Tiga Bom Mobil Meledak Berurutan di Baghdad, 32 Orang Tewas
Minggu, 4 April 2010 19:08 WIB
TEMPO Interaktif , Baghdad – Penyerang meledakkan bom mobil di dekat tiga kedutaan besar di Baghdad pada hari Minggu (4/4). Ledakan ini menewaskan sedikitnya 32 orang dan melukai lebih dari 100 orang lainnya.
Serangan terjadi di luar kedutaan besar Jerman, Mesir dan Iran ini semakin memperdalam kekhawatiran bahwa pemberontak akan merebut kemenangan dalam kekacauan politik setelah pemilu parlemen bulan lalu untuk menabur ketidakstabilan.
Ledakan bom itu hanya selang beberapa menit satu sama lainnya, kata Mayor Jenderal Qassim al-Moussawi, jurubicara untuk operasi kota pusat komando. Saat ini masih belum jelas apakah orang dari kedutaan besar di antara orang yang tewas atau terluka.
"Ledakan ini ditargetkan kepada misi diplomatik," kata Al-Moussawi. Dia mengatakan ketiga ledakan itu dipicu oleh penyerang bunuh diri di mobil yang sarat bahan peledak. Beberapa, pemboman terkoordinasi di ibukota menjadi ciri khas Al-Qaida di Irak.
Pejabat Polisi mengatakan sedikitnya 18 orang tewas di luar Kedutaan Besar Iran. Seorang pria menggendong seorang gadis kecil mengenakan gaun putih dalam pelukannya. "Mereka tidak bisa menakut-nakuti kami," teriaknya.
Al-Moussawi mengatakan sedikitnya 140 orang luka-luka dalam tiga serangan. Pejabat polisi lainnya, mengatakan jumlah cedera telah mencapai 185. "Ledakan terjadi di gerbang kedutaan, targetnya pengunjung dan polisi Irak," kata Duta Besar Iran untuk Irak, Hasan Kazemi Qomi. "Ada beberapa kerusakan gedung kedutaan tapi tidak ada karyawan yang dirugikan."
Menurut Al-Moussawi, polisi menahan seorang pria yang dicurigai berencana meledakkan bom mobil di dekat bekas Kedutaan Besar Jerman, yang sekarang gedung sebuah bank. “Pria itu ditangkap di dalam mobil penuh dengan bahan peledak.”
Ledakan hari Minggu itu datang dua hari setelah serangan yang menewaskan sedikitnya 24 warga Sunni di sebuah desa di selatan Baghdad. Pembunuhan ini menghidupkan kembali kekhawatiran pertempuran sektarian pada tahun 2006 dan 2007.
Ada kekhawatiran pemberontak akan mengambil keuntungan dari periode setelah pemilu untuk lebih mendestabilisasi negara. Pemilihan pada 7 Maret lalu membuat parlemen gagal memberikan kemenangan setiap calon yang menentukan.
AP| NUR HARYANTO