Hillary Clinton Minta Cina Mainkan Peran Masalah Nuklir Iran

Reporter

Editor

Selasa, 30 Maret 2010 10:26 WIB

Hillary Clinton. AP Photo
TEMPO Interaktif, Ottawa - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton pada pembukaan pertemuan menteri luar negeri KTT G-8 di Ottawa, Senin waktu setempat, mengklaim masyarakat internasional tidak dapat menerima senjata nuklir Iran, dan Cina akan terlibat dalam mempertimbangkan sanksi baru terhadap Iran yang diusulkan Amerika.

Berbicara pada pertemuan tersebut, Clinton fokus pada masalah nuklir Iran. Ia tak terlalu mengkhawatirkan Cina akan berbeda langkah dengan anggota tetap Dewan Keamanan PBB lainnya dalam masalah pengenaan babak keempat sanksi terhadap Teheran.

"Bahkan, Cina adalah bagian dari kelompok penasihat yang telah bergabung selama ini, yang mengatakan dengan sangat jelas bahwa senjata nuklir Iran tidak dapat diterima oleh masyarakat internasional," kata Clinton dalam sebuah wawancara dengan CTV.

"Saya pikir, hal tersebut sebagai kemajuan dalam pekan ini, dan kami mulai bekerja keras berusaha untuk mencapai resolusi Dewan Keamanan, Cina akan terlibat. Mereka akan memberi saran-saran mereka," lanjutnya.

"Seperti dalam setiap usaha, kita harus mencoba untuk mencapai suatu konsensus dan kami berada di tengah-tengah proses itu."

Clinton menyatakan, awal pertemuan menteri luar negeri dari Kelompok Delapan negara-negara industri -Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Perancis, Jepang, Jerman, Italia dan Rusia- adalah catatan optimistis terbaru dari Washington bahwa Cina akan memperoleh ide sanksi baru terhadap Iran.

Tiga anggota Dewan Keamanan dari Barat -Amerika Serikat, Perancis dan Inggris- bersama dengan Jerman Barat telah mendorong keras untuk terwujudnya putaran baru sanksi terhadap Iran atas program nuklirnya. Mereka mengkhawatirkan masalah produksi senjata atom Iran.

Sikap Rusia kurang antusias dalam pemberian sanksi baru atas masalah nuklir Iran. Tapi baru-baru ini dilaporkan kemungkinan pihak Rusia akan datang sesuai jadwal yang telah direncanakan.

Cina yang memiliki hubungan ekonomi dekat dengan Iran, telah berulang kali menyatakan bahwa dunia membutuhkan lebih banyak waktu untuk mencari solusi diplomatik guna mengatasi kebuntuan atas program nuklir Iran, yang Teheran berkeras program itu semata-mata untuk tujuan damai.

Tapi, seorang pejabat Cina pekan lalu mengambil bagian dalam undangan konferensi dengan kekuatan kelompok lain untuk mendiskusikan usulan sanksi Amerika terhadap Iran. Ini adalah langkah pertama Beijing pada bulan-bulan pembicaraan serius masalah nuklir Iran.

REUTERS l BASUKI RAHMAT

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya