TEMPO Interaktif, Jakarta -
Manila – Hanya sehari setelah Presiden Filipina Gloria Macapagal Arroyo menyatakan keadaan darurat, polisi berhasil menemukan dalang pembunuhan massal di Propinsi Maguindanao, Pulau Mindanao, Filipina selatan.
Menurut polisi, kemarin, dalang peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap lebih dari 40 orang tersebut adalah putra seorang politisi lokal yang sangat berpengaruh dan dekat dengan Presiden Arroyo.
Melalui juru bicaranya, Leonardo Espina, kepolisian nasional Filipina mengatakan rombongan bersenjata, pelaku aksi keji itu, diketuai oleh Andal Ampatuan Junior, anak Andal Ampatuan.
Ampatuan senior adalah pendukung utama Lakas Kampi CMD, koalisi pemerintahan yang dipimpin Arroyo. Sedangkan Ampatuan Junior adalah seorang Walikota Datu Unsay.
“Berdasarkan laporan awal, pelaku penculikan dan pembunuhan yang awalnya menyetop rombongan dipimpin oleh Walikota Datu Unsay,” kata Espina.
Hingga kemarin, jasad korban yang berhasil ditemukan bertambah menjadi 52 orang. Menurut kepala polisi regional di Propinsi Maguindanao, Josefino Cataluna, jasad korban berhasil ditemukan setelah petugas menggali kuburan dangkal, di sekitar rerumputan di puncak bukit tempat terjadinya pembunuhan. Sebelumnya di tempat ini, polisi menemukan 46 jasad korban.
Di antara 52 korban adalah istri dan keluarga kandidat calon gubernur Esmael Mangudadatu, lawan Ampatuan dalam pemilihan gubernur Mei mendatang, dan 18 jurnalis yang mendampingi kerabatnya menyerahkan surat pencalonan Mangudadatu.
Selain kecaman dari kelompok hak asasi manusia, kemarin, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan pernyataan yang menyesali terjadinya peristiwa itu. “Sekretaris jenderal PBB berduka cita terhadap keluarga korban dan berharap semua pelaku diadili dan mempertanggung jawabkan perbuatan mereka,” tulis pernyataan itu.
TIMES ONLINE | NEW YORK TIMES | AFP | SUNARIAH