Italia Bantah Telah Membayar Taliban  

Reporter

Editor

Jumat, 16 Oktober 2009 10:29 WIB

TEMPO Interaktif, Roma - Pemerintah Italia membantah laporan hari Kamis yang menyatakan bahwa negara itu telah membayar komandan Taliban dan penguasa militer lokal agar tidak melakukan serangan kepada pasukannya di Afganistan.

Tindakan Italia itu dinilai berpotensi mengorbankan jiwa pasukan Prancis yang menggantikan posisi mereka dan tidak menyadari kebijakan Italia itu.

Harian Times Inggris mengatakan dinas rahasia Italia telah membayar puluhan ribu dolar kepada pemberontak untuk menjaga wilayah Sarobi di timur Kabul agar tidak bergejolak saat pasukannya ditugaskan di sana. Laporan itu mengutip sumber militer Barat tanpa nama.

Tanpa mengetahui kebijakan itu serta hanya membawa sedikit amunisi karena percaya lokasi itu aman, pasukan Prancis yang kemudian mengambil alih wilayah itu di pertengahan 2008 pun terkejut oleh serangan Taliban yang menewaskan 10 pasukannya, kata laporan itu.

Kantor Perdana Menteri Silvio Berlusconi menolak tuduhan itu seraya mengungkapkan beberapa serangan terhadap pasukan Italia di semester pertama 2008 sebagai bukti Italia tidak membayar siapa pun.

"Pemerintahan Berlusconi tidak pernah memberi otoritas atau mengizinkan segala bentuk pembayaran sejumlah uang kepada anggota Taliban di Afganistan, dan tidak mengetahui inisiatif serupa itu oleh pemerintahan sebelumnya," ujar pernyataan pemerintah Italia.

Menteri Pertahanan Ignazio La Russa menyebut laporan itu "sampah" dan "menjijikkan" serta mengatakan dia telah memerintahkan staf untuk melakukan gugatan terhadap Times.

Militer Prancis tidak memiliki informasi independen terhadap tuduhan itu, namun berdasarkan kontak reguler dengan pasukan Italia dan Turki di wilayah itu, laporan itu tanpa dasar, kata juru bicara militer Prancis Christophe Prazuck.

"Organisasi komando di wilayah itu, pertukaran informasi antara pasukan Italia, Turki, dan Prancis membuat kami untuk mengatakan bahwa apa yang muncul di pers Inggris itu tanpa dasar," ujarnya dalam konferensi pers di Paris.

"Kami memiliki akses terhadap semua informasi yang dimiliki Italia tentang apa yang mereka lakukan di Sarobi."

Saat ditanya apakah praktek yang normal untuk membayar Taliban guna menghindari serangan, dia mengatakan: "Itu bukan praktek Prancis di Afganistan dalam beberapa kasus."

Italia juga membantah laporan Times bahwa duta besar Amerika telah menyampaikan komplain resmi setelah menemukan melalui percakapan telepon yang disadap bahwa Italia telah membayar militan di provinsi Herat.

Juru bicara kedutaan Amerika di Roma mengatakan kedutaan tidak mengomentari "percakapan diplomatik internal yang mungkin atau tidak mungkin terjadi," sementara juru bicara Pentagon Bryan Whitman mengatakan tidak memiliki informasi atas tuduhan itu.

Surat kabar itu mengutip sumber pejabat tinggi intelijen Barat yang menyebut tindakan Italia "sangat memalukan" dan bahwa "Italia harus menjawab banyak hal."

REUTERS | ERWIN Z

Berita terkait

Kenapa Amerika Gagal di Afghanistan, Menurut Mantan Pejabat Hingga Veteran AS

23 Agustus 2021

Kenapa Amerika Gagal di Afghanistan, Menurut Mantan Pejabat Hingga Veteran AS

Amerika Serikat telah mengucurkan dukungan keuangan masif dan pasukan ke Afghanistan. Lantas kenapa gagal memenangkan perang setelah 20 tahun?

Baca Selengkapnya

241 Ribu Orang Tewas Sejak Amerika Serikat Perangi Taliban

22 Agustus 2021

241 Ribu Orang Tewas Sejak Amerika Serikat Perangi Taliban

Selama 20 tahun Amerika Serikat memerangi Taliban, ratusan ribu orang baik prajurit maupun warga sipil tewas di Afganistan dan Pakistan

Baca Selengkapnya

20 Tahun Perangi Taliban, Amerika Serikat Habiskan Rp 31 Ribu Triliun

22 Agustus 2021

20 Tahun Perangi Taliban, Amerika Serikat Habiskan Rp 31 Ribu Triliun

Uang yang Amerika Serikat keluarkan setara dengan membagikan Rp 116 juta bagi 271 juta penduduk Indonesia

Baca Selengkapnya

Reuters/Ipsos: Popularitas Joe Biden di Level Terendah Usai Kemenangan Taliban

18 Agustus 2021

Reuters/Ipsos: Popularitas Joe Biden di Level Terendah Usai Kemenangan Taliban

Peringkat persetujuan Presiden Joe Biden mencapai level terendah sejak menjabat setelah pemerintah Afganistan dukungan AS runtuh oleh Taliban.

Baca Selengkapnya

Ini Faktor Kenapa Taliban Bisa Kuasai Afganistan Nyaris Tanpa Perlawanan

18 Agustus 2021

Ini Faktor Kenapa Taliban Bisa Kuasai Afganistan Nyaris Tanpa Perlawanan

Taliban menguasai Afganistan hanya beberapa hari dan bahkan nyaris tanpa perlawanan dari pasukan pemerintah. Apa faktor kemenangan mulus Taliban?

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Risiko Lumpuh Wajah Vaksin Sinovac Hingga Kemenangan Taliban

18 Agustus 2021

Top 3 Dunia: Risiko Lumpuh Wajah Vaksin Sinovac Hingga Kemenangan Taliban

Tiga berita terpopuler dunia pada 17 Agustus 2021 yakni risiko lumpuh wajah vaksin Sinovac hingga karier politik Joe Biden terancam karena Taliban.

Baca Selengkapnya

Pendiri Taliban Mullah Baradar Dikabarkan Akan Kembali ke Afganistan

17 Agustus 2021

Pendiri Taliban Mullah Baradar Dikabarkan Akan Kembali ke Afganistan

Pendiri Taliban Mullah Baradar dikabarkan akan pulang ke Afganistan setelah 20 tahun tidak pernah menginjakkan kaki di negara itu.

Baca Selengkapnya

40.000 Orang Terluka Selama Pertempuran di Afganistan Sejak Juni

17 Agustus 2021

40.000 Orang Terluka Selama Pertempuran di Afganistan Sejak Juni

Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan 40.000 orang lebih yang terluka selama pertempuran di Afganistan telah dirawat sejak Juni.

Baca Selengkapnya

Wakil Presiden Afganistan Amrullah Saleh Ajak Rakyat Bergabung Melawan Taliban

17 Agustus 2021

Wakil Presiden Afganistan Amrullah Saleh Ajak Rakyat Bergabung Melawan Taliban

Wakil presiden pemerintahan Afganistan yang digulingkan, Amrullah Saleh, meminta warga negaranya untuk bergabung dalam perlawanan menentang Taliban.

Baca Selengkapnya

Mengenang Momen Jokowi Kunjungi Afganistan di Tengah Serangan Taliban

17 Agustus 2021

Mengenang Momen Jokowi Kunjungi Afganistan di Tengah Serangan Taliban

Beberapa jam sebelum Jokowi mendarat ada penyerangan ke Akademi Militer di Afganistan.

Baca Selengkapnya