Sebabkan Polusi, India Larang Kembang Api dan Petasan di Perayaan Diwali
Reporter
Savero Aristia Wienanto
Editor
Dewi Rina Cahyani
Sabtu, 2 November 2024 20:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Warga India tetap menggunakan kembang api dan petasan untuk memeriahkan perayaan Diwali atau Deepavali pada Kamis hingga Jumat lalu. Padahal, di beberapa kota, termasuk New Delhi, ada larangan penggunaan kembang api dan petasan untuk menekan tingkat polusi terburuk dunia di negara itu.
“Petasan merusak lingkungan, tetapi merupakan cara untuk mendatangkan keberuntungan bagi kita,” kata seorang pengusaha lokal, Yash Gadani, di Ahmedabad, Gujarat, dikutip dari Reuters, Sabtu, 2 November 2024.
Diwali merupakan perayaan untuk menghormati kembalinya Dewa Rama, salah satu sosok penting dalam ajaran Hindu yang paling dihormati. Diwali juga dikenal sebagai festival cahaya untuk melambangkan kemenangan cahaya atas kegelapan, atau kebaikan atas kejahatan. Oleh sebab itu, kembang api menjadi simbol penting dalam perayaan tersebut.
Larangan soal kembang api dan petasan tidak menghentikan orang-orang untuk menggunakannya.
Meski begitu, pabrik-pabrik produsen kembang api dan petasan mengalami penurunan penjualan akibat meningkatnya biaya, termasuk harga petasan yang lebih tinggi yang berujung pada kurangnya permintaan.
Berdasarkan laporan Reuters, ribuan pekerja dengan bubuk mesiu membuat petasan di desa Vanch, dekat Ahmedabad. Industri ini sebagian besar bersifat informal dengan standar keselamatan yang longgar.
Hampir semua dari 10.000 penduduk Vanch terlibat dan para pekerja dibayar 500 rupee atau Rp 94 ribu per hari dengan durasi pekerjaan hingga 16 jam sehari.
“Beberapa kebakaran di pabrik serta hujan yang tidak sesuai musim telah menyebabkan kenaikan harga bahan baku,” ujar Dipan Patel, salah seorang pengelola sebuah unit di Vanch.
Larangan kembang api dan petasan sulit diterapkan, terutama selama Diwali, meskipun ada ancaman penjara dan denda.
Adapun New Delhi, kota berpenduduk 20 juta orang, adalah ibu kota paling tercemar di dunia. Sejak Oktober setiap tahun, kualitas udara memburuk karena faktor-faktor seperti pembakaran jerami pertanian setelah panen, asap mobil, dan asap petasan terperangkap di atas kota.
"Insiden pembakaran jerami menurun, tetapi asap yang dihasilkan oleh petasan perlu dikendalikan," ucap Menteri Lingkungan Hidup Delhi Gopal Rai kepada kantor berita ANI, dilansir dari Reuters.
REUTERS
Pilihan editor: Israel Klaim Bunuh Pejabat Senior Terakhir Hamas di Khan Younis