Naim Qassem Pimpin Hizbullah Gantikan Hassan Nasrallah, Menhan Israel: Tidak Akan Lama, Hitung Mundur Dimulai
Reporter
Sukma Kanthi Nurani
Editor
S. Dian Andryanto
Kamis, 31 Oktober 2024 08:27 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hizbullah mengumumkan pada Selasa, 29 Oktober 2024, bahwa mereka telah memilih wakil ketua Naim Qassem untuk menggantikan Sekretaris Jenderal Hassan Nasrallah, yang tewas lebih dari sebulan lalu dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut.
Dalam pernyataan tertulisnya, kelompok tersebut menjelaskan bahwa Dewan Syura telah memilih Naim Qassem, 71 tahun, sesuai dengan prosedur yang berlaku untuk pemilihan sekretaris jenderal.
Qassem diangkat sebagai wakil ketua Hizbullah pada 1991 oleh sekretaris jenderal saat itu, Abbas al-Musawi, yang juga gugur dalam serangan helikopter Israel pada tahun berikutnya.
Sejak Hassan Nasrallah terbunuh pada 27 September 2024, Qassem telah tampil dalam tiga pidato yang disiarkan televisi, termasuk satu pada 8 Oktober, di mana ia menyatakan dukungan kelompok tersebut terhadap upaya mencapai gencatan senjata bagi Lebanon.
Profil Naim Qassem
Dilansir dari hezbollah.org, Naim Qassem lahir pada 1953 di desa Kfar Kila di Provinsi Nabatieh, Lebanon selatan. Qassem dikenal sebagai salah satu ideolog utama dan anggota senior Hizbullah. Ia tergabung dalam kelompok cendekiawan radikal yang mendirikan Hizbullah, bersama tokoh-tokoh seperti Abbas al-Mousaoui, Subhi al-Tufaili, Mohammad Yazbek, Ibrahim Amin al-Sayyed, dan Hassan Nasrallah.
Keterlibatan Qassem dalam politik dimulai pada 1970-an sebagai anggota Partai Amal yang didirikan oleh Imam Musa al-Sadr. Ia turut membantu al-Sadr mendirikan "Gerakan Orang-Orang yang Dirampas (Harakat al-Mahrumin)."
Qassem fasih berbahasa Prancis dan meraih gelar Sarjana Sains Kimia dari Universitas Lebanon pada 1970-an, sembari mendalami studi agama dan teologi di bawah bimbingan Ayatollah Mohammad Hussein Fadlallah.
Ia juga merupakan anggota pendiri Persatuan Pelajar Muslim Lebanon serta menjabat sebagai ketua Asosiasi Pendidikan Agama Islam dari 1974 hingga 1988.
Dilansir dari indiatoday.in, Pada 1991, Qassem terpilih sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah dan mulai menjalankan peran tersebut setelah pembunuhan Abbas al-Moussaoui. Ia juga menempati posisi penting dalam Dewan Syura Hizbullah, badan eksekutif organisasi ini, di mana ia mengawasi operasi pemerintahan dan kegiatan paramiliter. Keterlibatan dalam kedua bidang ini menegaskan pengaruhnya dalam aspek politik dan operasional Hizbullah.
Qassem adalah penulis yang produktif dengan lebih dari selusin buku yang membahas topik agama dan politik, termasuk karya Hizbullah: the Story from Within, yang menggambarkan dasar dan ideologi gerakan tersebut dari sudut pandangnya. Buku ini telah diterbitkan dalam beberapa edisi dan diterjemahkan ke dalam enam bahasa: Arab, Inggris, Persia, Prancis, Indonesia, Turki, dan Urdu.
Israel menjadikan para pemimpin Hizbullah sebagai sasaran pembunuhan dalam upaya menghancurkan organisasi perlawanan tersebut. Hashem Safieddine, sepupu Nasrallah yang sebelumnya dianggap sebagai kandidat utama untuk memimpin Hizbullah yang didukung Iran, tewas sebelum sempat diangkat.
Akun resmi pemerintah Israel berbahasa Arab di platform X memposting, "Masa jabatannya mungkin akan menjadi yang terpendek dalam sejarah organisasi teroris ini jika ia mengikuti jejak Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine."
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, juga mengancam di platform X dalam Bahasa Inggris, menyebut Naim Qassem, kepala Hizbullah yang baru, sebagai "penunjukan sementara. Tidak akan bertahan lama."
"Hitung mundur telah dimulai," tulis Gallant dalam postingan terpisah dalam bahasa Ibrani.
Ali Rizk, seorang analis keamanan dan politik yang berbasis di Beirut, mengatakan bahwa keputusan untuk menunjuk Naim Qassem sebagai Sekretaris Jenderal Hizbullah menunjukkan bahwa kelompok bersenjata tersebut sedang membangun kembali setelah pembunuhan beberapa pemimpin puncaknya.
SUKMA KANTHI NURANI I IDA ROSDALINA I HEZBOLLAH .ORG
Pilihan Editor: Media Israel: Hizbullah Terus Menguras Israel, Perang Harus Diakhiri