Media Israel: Hizbullah Terus Menguras Israel, Perang Harus Diakhiri
Editor
Ida Rosdalina
Kamis, 31 Oktober 2024 04:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Hizbullah dapat terus menguras Israel dan meluncurkan proyektil-proyektilnya selama berbulan-bulan, surat kabar Israel, Maariv, mengatakan pada Selasa, 29 Oktober 2024.
Surat kabar itu juga menyoroti bahwa Perlawanan Lebanon masih mempertahankan kemampuan roketnya dan akan terus melakukan peluncuran dalam beberapa hari mendatang, dengan tembakan yang signifikan yang diarahkan ke Safad dan Haifa.
Dalam konteks yang sama, media Israel mengutip mantan komandan Divisi Gaza, Jenderal Cadangan Gadi Shamni, yang mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah "orang yang berhati dingin" yang tidak peduli dengan para tawanan yang ditahan di Gaza dan terputus hubungan dengan "rakyat dan tentaranya".
Shamni mengakui kegagalan total pemerintahan Netanyahu, dengan menegaskan bahwa perdana menteri tersebut telah menyebabkan kerusakan besar pada Israel.
"Israel" harus mengakhiri perang dan membawa pulang para tawanan, tegasnya.
Sementara itu, mantan komandan Korps Utara Israel, Noam Tibon, menyoroti bahwa lebih dari 800 tentara Israel telah terbunuh dan sekitar 12.000 lainnya terluka, dengan ribuan orang menderita gangguan stres pascatrauma (PTSD) sejak perang dimulai setahun yang lalu.
"Kami telah kehilangan tenaga satu divisi, dan kami membutuhkan tiga divisi tambahan; jika tidak, kami akan kesulitan untuk mempertahankan Israel," Tibon menegaskan.
Pada Senin, media Israel melaporkan bahwa jumlah tentara Israel yang terbunuh di Lebanon selatan meningkat setiap hari dan bukannya menurun dari waktu ke waktu.
Sebuah analisis oleh Seth Frantzman yang diterbitkan di surat kabar Israel, The Jerusalem Post, menunjukkan bahwa, setelah sebulan berperang dengan Lebanon, operasi Israel mulai "memakan korban".
Serangan-serangan yang dilakukan Israel untuk melemahkan komando dan kendali Hizbullah telah gagal mencapai tujuannya, karena kepemimpinan kelompok Lebanon itu tetap utuh dan mampu melanjutkan operasi-operasi mematikannya, demikian Frantzman mengindikasikan.
Meskipun pembunuhan para komandan Hizbullah dan Sekretaris Jenderal Sayyed Hassan Nasrallah "seharusnya melemahkan komando dan kendali kelompok tersebut," perang Gaza telah mengungkapkan bahwa gerakan-gerakan semacam itu "mampu mengganti para komandan meskipun mereka mengalami kekalahan," demikian menurut Frantzman.
"Hizbullah terus melawan," tegas sang penulis.
"Tantangan di Lebanon selatan adalah bahwa meskipun Hizbullah telah mengalami pukulan terhadap komando dan kendalinya, kelompok ini tampaknya masih bertahan dan mampu melanjutkan operasi mematikan."