10 Diktator Paling Kejam di Dunia yang Jarang Diketahui, Ada dari Asia

Selasa, 22 Oktober 2024 08:00 WIB

Pemimpin junta militer Myanmar Than Shwe. AP /David Longstreath

TEMPO.CO, Jakarta -Diktator dalam sistem perpolitikan modern adalah seseorang yang mempunyai kekuasaan politik absolut di suatu negara atau wilayah. Istilah diktator berasal dari gelar Latin di Republik Romawi yang merujuk pada hakim sementara yang diberi kuasa luar biasa untuk menangani krisis negara.

Namun, menurut Britannica, diktator modern lebih menyerupai tiran kuno daripada diktator kuno. Diktator biasanya menggunakan kekerasan untuk mendapatkan kekuasaan politik yang dipertahankan melalui intimidasi, teror, dan penindasan kebebasan hak warga sipil.

Diktator juga mungkin menggunakan teknik propaganda untuk mempertahankan dukungan publik. Lantas, siapa saja pemimpin diktator paling kejam di dunia?

Daftar Diktator Paling Kejam di Dunia

Melansir Business Insider, berikut 10 diktator brutal yang jarang dikenal:

1. Francisco Solano Lopez

Presiden dan pemimpin militer Paraguay, Francisco Solano Lopez menjadi salah satu tokoh yang dihormati selama beberapa dekade setelah kematiannya. Namun, dia dikenal tidak bijaksana karena memprovokasi negara tetangga, Brasil dan Argentina untuk ikut campur dalam perang saudara di Uruguay pada 1860-an.

Advertising
Advertising

Setelah perang berakhir, Lopez menolak persyaratan perdamaian yang ditawarkan oleh tiga negara. Akibatnya, terjadi konflik yang menghancurkan, di mana banyak anak-anak yang direkrut menjadi tentara, eksekusi ratusan wakilnya (termasuk wakilnya sendiri), dan memicu kerugian teritorial yang besar.

Pada saat Lopez tewas dalam pertempuran pada 1870, populasi Paraguay diperkirakan turun dari 525 ribu menjadi 221 ribu jiwa. Selain itu, hanya ada 29 ribu penduduk laki-laki berusia di atas 15 tahun yang masih bertahan.

2. Josef Tiso

Seorang pendeta Katolik yang memimpin masa fasis di Slovakia, Josef Tiso dikenal dengan tindakannya yang keras setelah pemberontakan anti-fasis pada 1944. Dia memfasilitasi deportasi sebagian besar orang Yahudi di negaranya ke kamp konsentrasi Nazi.

Saat itu, populasi Yahudi di Slovakia lebih dari 88 ribu jiwa. Namun, setelah konflik berakhir, hanya ada sekitar 5.000 orang yang tersisa.

3. Dome Sztojay

Pemimpin Hungaria, Miklos Horthy pernah menjadi sekutu Nazi dan bekerja sama dengan rezim Adolf Hitler untuk memulihkan kendali di negaranya akibat Perang Dunia I. Horthy mulai memetakan jalur independen dari Nazi pada 1944 dan sebagian besar menolak deportasi orang Yahudi, sehingga memicu pelantikan Dome Sztojay sebagai pemimpin boneka.

Selama enam bulan menjabat sebagai perdana menteri, Sztojay telah mendeportasi lebih dari 440 ribu orang Yahudi di Hungaria ke kamp konsentrasi. Akhirnya, dia ditangkap oleh pasukan Amerika Serikat setelah perang dan dieksekusi pada 1946.

4. Ante Pavelic

Ante Pavelic mengawali kariernya sebagai politisi yang menentang sentralisasi Kerajaan Yugoslavia. Setelah raja mendeklarasikan diri, Pavelic meninggalkan negaranya pada 1929 dan mengorganisasi gerakan ultra-nasionalis yang dikenal sebagai Ustase.

Ustase bertekad mendirikan Kroasia yang merdeka dan membunuh Raja Alexander pada 1944. Setelah pasukannya mengambil alih Yugoslavia pada 1941, Pavelic bertindak sebagai kepala negara merdeka Kroasia, yang pada dasarnya merupakan negara boneka fasis Italia dan Nazi Jerman. Di bawah kepemimpinannya, orang-orang Serbia Ortodoks, Yahudi, dan Romani banyak yang dianiaya.

5. Khorloogiin Choibalsan

Setelah bertemu dengan Joseph Stalin, Khorloogiin Choibalsan dikenal karena mengadopsi kebijakan dan metode pemimpin Soviet di Mongolia. Dia membangun sistem diktator dengan menangkap dan membunuh para anggota partai, pemerintah, berbagai organisasi sosial selain perwira militer, dan kaum terpelajar mulai 1930-an.

6. Le Duan

Le Duan tidak pernah menjadi kepala negara resmi Vietnam, tetapi dikenal sebagai pembuat keputusan yang dominan dalam rezim komunis di negaranya selama lebih dari 20 tahun. Setelah perang Vietnam dan invasi Korea Utara ke Vietnam Selatan, Duan mengawasi aksi pembersihan massa antikomunis dengan memenjarakan dua juta orang dan memaksa lebih dari 800 ribu orang untuk meninggalkan negara tersebut.

7. Michel Micombero

Seorang menteri pertahanan Burundi berusia 26 tahun kala itu, Michel Micombero memimpin kudeta balasan pada 1966 yang memberinya jabatan perdana menteri. Setelah menduduki kursi perdana menteri, dia menghapuskan sistem monarki di negaranya dan mengasingkan raja yang baru berusia 19 tahun.

Micombero membina elit dari etnisnya, yaitu Tutsi dalam militer dan pemerintahan, sehingga memicu ketegangan dengan etnis Hutu. Pada 1972, Micombero menumpas pemberontakan Hutu dengan memerintahkan pembunuhan massal terhadap 150 ribu hingga 300 ribu orang.

8. Yahya Khan

Jenderal Pakistan dan veteran Angkatan Darat Inggris dalam Perang Dunia II, Yahya Khan memerintahkan pasukannya untuk menumpas gerakan separatis yang berkembang di Pakistan Timur pada 1971. Melalui Operasi Searchlight, dia menyasar kaum nasionalis dan intelektual Bengali, sehingga menghasilkan gelombang 10 juta pengungsi.

Selama pertemuan tingkat tinggi pada Februari 1971, Khan terekam mengatakan untuk “membunuh tiga juga dari mereka”, yang merujuk pada kaum separatis. Pada akhir tahun, ratusan ribu orang tewas dan dia digulingkan.

9. Radovan Karadzic

Presiden Republika Srpska, republik etnis di Serbia, yaitu Radovan Karadzic memproklamirkan diri dari Bosnia. Sebagai presiden, dia mengawasi kampanye pembersihan etnis terhadap Muslim Bosnia yang mencakup pelanggaran hak asasi manusia (HAM) paling parah yang dilakukan di Eropa sejak Perang Dunia II.

Karadzic diyakini telah membunuh lebih dari 8.000 Muslim Bosnia dalam kurun waktu tiga hari pada Juli 1995. Pada 2008, dia ditangkap di Serbia dan dikirim ke Pengadilan Internasional untuk Negara Bekas Yugoslavia di Den Haag, Belanda.

10. Than Shwe

Pemimpin junta militer di Myanmar, Than Shwe telah dikritik oleh negara-negara Barat karena pelanggaran HAM. Dia dilaporkan mengirim hingga satu juta orang ke kamp kerja paksa.

Walaupun telah mengundurkan diri pada 2011, Shwe diyakini masih memilih pengaruh yang cukup besar “di balik layar”. Baru-baru ini, dia mendukung mantan musuhnya, Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin masa depan Myanmar.

Pilihan Editor: People Power 22-25 Februari 1986, Perjuangan Rakyat Filipina Melawan Rezim Diktator Ferdinand Marcos

BRITANNICA | BUSINESS INSIDER

Berita terkait

Pulau Phu Quoc Pilihan Utama Turis di Dunia, Kalahkan Koh Samui dan Langkawi

1 hari lalu

Pulau Phu Quoc Pilihan Utama Turis di Dunia, Kalahkan Koh Samui dan Langkawi

Pulau Phu Quoc, di Vietnam, meraih posisi kedua di Penghargaan Pilihan Pembaca 2024 Conde Nast Traveller.

Baca Selengkapnya

Aktivis Yahudi Anti-Zionis Kutuk Serangan Israel terhadap Palestina

1 hari lalu

Aktivis Yahudi Anti-Zionis Kutuk Serangan Israel terhadap Palestina

Aktivis Yahudi mengkritik rezim Zionis Israel yang melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap Palestina.

Baca Selengkapnya

Pemicu Perbedaan Ideologi Korea Selatan dan Korea Utara hingga Bermusuhan

3 hari lalu

Pemicu Perbedaan Ideologi Korea Selatan dan Korea Utara hingga Bermusuhan

Inilah awal mula Perang Korea dan bagaimana konflik ini memperkuat perbedaan ideologis antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Yayasan IJMI Dukung Penyelamatan 12 WNI dari Myanmar

4 hari lalu

Yayasan IJMI Dukung Penyelamatan 12 WNI dari Myanmar

Kementerian Luar Negeri membebaskan 12 WNI yang terindikasi menjadi korban penyekapan di wilayah konflik Mywaddy, Myanmar

Baca Selengkapnya

4 Negara dengan Jumlah Menteri Terbanyak

4 hari lalu

4 Negara dengan Jumlah Menteri Terbanyak

Berikut daftar empat negara dengan jumlah menteri terbanyak tanpa mempertimbangkan luas wilayah dan jumlah warga negara.

Baca Selengkapnya

Pelaku Penyelundupan Benih Bening Lobster Diupah Rp5 Juta, BC Batam Buru Aktor Utama

5 hari lalu

Pelaku Penyelundupan Benih Bening Lobster Diupah Rp5 Juta, BC Batam Buru Aktor Utama

Diduga 6 penyelundup benih bening lobster itu sudah menyiapkan diri dengan cara tidak membawa paspor dan KTP.

Baca Selengkapnya

Isu Myanmar Jadi Fokus KTT ASEAN di Laos

5 hari lalu

Isu Myanmar Jadi Fokus KTT ASEAN di Laos

Para pemimpin negara ASEAN menaruh perhatian terhadap konflik di Myanmar.

Baca Selengkapnya

Sekjen Tekankan Peran Penting ASEAN di Kawasan Regional dan Global

6 hari lalu

Sekjen Tekankan Peran Penting ASEAN di Kawasan Regional dan Global

ASEAN diharapkan bisa berperan dalam menjalin hubungan dengan negara-negara berpengaruh di dunia.

Baca Selengkapnya

Sekjen Dorong Keanggotaan Penuh Timor Leste di ASEAN

6 hari lalu

Sekjen Dorong Keanggotaan Penuh Timor Leste di ASEAN

Sekjen ASEAN mengungkapkan bahwa pemimpin negara-negara anggota ASEAN mendukung keanggotaan penuh Timor Leste.

Baca Selengkapnya

Kemlu Sebut 15 Korban TPPO Myanmar Berhasil Dipulangkan

6 hari lalu

Kemlu Sebut 15 Korban TPPO Myanmar Berhasil Dipulangkan

Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) WNI yang berada di Myanmar mengalami kekerasan.

Baca Selengkapnya