Pesan Terakhir Shaaban Al-Dalu, Pemuda Palestina yang Terbakar Hidup-hidup oleh Bom Israel
Editor
Ida Rosdalina
Rabu, 16 Oktober 2024 12:50 WIB
Penghafal Al Quran
"Shaaban bukan hanya seorang saudara, dia adalah seorang teman dan pendukung. Kehilangannya tak tertahankan," kata adiknya, yang tidak menyebutkan namanya, seperti dikutip Anadolu.
Shaaban tetap berkomitmen pada pendidikannya, belajar secara online. Setiap hari, ia harus melakukan perjalanan jauh untuk mengakses internet dan mengikuti kelasnya.
Terlepas dari kesulitan yang disebabkan oleh perang dan pengepungan Israel, Shaaban tetap berpegang teguh pada mimpinya. Dia menghafal kitab suci Islam, Al-Quran, dan bertekad membangun masa depan yang lebih baik bagi dirinya dan keluarganya.
Dia bekerja tanpa kenal lelah untuk membantu keluarganya mengatasi keadaan yang menghancurkan akibat perang, kata saudaranya.
"Seminggu sebelum dia terbunuh, Shaaban sedang membaca Al-Quran di masjid dekat Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa. Dia selesai mengaji sekitar pukul 1 pagi, dan sekitar setengah jam kemudian, pesawat-pesawat tempur Israel mengebom masjid tersebut. Dia secara ajaib selamat dari serangan itu," tambahnya.
Shaaban menderita luka ringan dalam serangan itu. Dia kembali tinggal bersama keluarganya di tenda mereka di halaman rumah sakit, tanpa menyadari bahwa dalam beberapa hari, dia akan bertemu kembali dengan teman-temannya dari masjid.
Malam itu, ketika pesawat tempur Israel menargetkan tenda perkemahan, Shaaban tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri. Kobaran api, lebih cepat daripada dia bisa melarikan diri, melahapnya dan tenda-tendanya, memadamkan mimpi dan hidupnya.
Pesan Terakhir
Sebelum kematiannya, Shaaban membagikan sebuah postingan di akun Instagram-nya yang mengungkapkan penderitaannya di bawah perang Israel.
"Dulu saya bermimpi besar, tetapi perang menghancurkan mimpi-mimpi itu. Perang membuat saya kewalahan, membuat saya sakit secara fisik dan mental. Saya menderita depresi dan rambut rontok karena trauma yang terus berlanjut," tulisnya.
Ia juga mengungkapkan harapannya akan masa depan yang lebih cerah bagi keluarganya dan anak-anak yang mengalami kengerian perang, serta menyerukan kepada orang-orang untuk mendukung para pengungsi Palestina dan meringankan penderitaan mereka.
"Momen yang paling menyakitkan malam itu adalah melihat dia terbakar di depan semua orang, tanpa ada yang bisa menolong. Api melalap semuanya, dan tidak ada yang bisa mendekat karena api yang sangat besar," kenang adiknya.
Israel telah melanjutkan serangan brutal di Gaza setelah serangan lintas batas oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Hampir 42.400 orang telah terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 99.000 orang terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Pilihan Editor: Netanyahu Dibawa ke Tempat Persembunyian Usai Sirine Serangan Udara Meraung