Imam Besar Masjid Nabawi Singgung Soal Ekstremisme Beragama di UIN Jakarta
Reporter
Savero Aristia Wienanto
Editor
Dewi Rina Cahyani
Kamis, 10 Oktober 2024 21:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Imam Besar Masjid Nabawi, Syekh Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi, menyinggung soal ekstremisme dalam kuliah umumnya di Universitas Islam Indonesia (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis siang. Ahmad menuturkan bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad memiliki corak yang moderat, bukan bertendensi ekstrem.
"Ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu syariat Islam, adalah syariat yang berada di pertengahan, bukan termasuk ajaran yang mengajarkan pada ekstrem kanan, bukan juga ajaran yang mengajarkan pada ekstrem kiri," kata Ahmad di hadapan mahasiswa UIN Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024.
Ahmad mengingatkan kepada umat Islam untuk tidak bersikap berlebihan, meski dalam hal agama. Dia menjelaskan bahwa Allah telah menyampaikan bahwa umat Islam adalah umat pertengahan.
"Pertengahan itu artinya yang tidak berlebihan dan juga tidak berkekurangan," ujar Imam Besar Masjid Nabawi ini.
Dalam tradisi Islam, ekstremisme dikenal sebagai al-tatharruf, yakni sikap berlebih-lebihan dalam beragama, tepatnya menerapkan agama secara kaku dan keras hingga melewati batas kewajaran.
Adapun ekstrem kanan merujuk pada konservatisme, yakni keinginan mempertahankan gagasan lama. Di sisi lain, ekstrem kiri cenderung ingin mendobrak tradisi lama dengan pemikiran baru.
Ahmad menuturkan bahwa Nabi Muhammad telah mengajarkan untuk mengenalkan Islam dengan cara yang lembut. "Waspadailah sikap ekstrem, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kita binasa karena sikap ekstrim," tuturnya.
Ahmad menilai bahwa seseorang tidak mungkin mengamalkan seluruh ajaran Islam sekaligus secara cepat dalam waktu singkat. "Secara pribadi dia tidak bisa melakukan itu, apalagi kalau dia mengharuskan orang lain untuk melakukan hal tersebut," ucapnya.
Selanjutnya, Ahmad mengingatkan umat Islam untuk tidak langsung meninggalkan hal-hal yang secara fisik. Sebab, kata dia, Islam tetap memerhatikan keadaan jasmani umat manusia.
Berdasarkan pantauan Tempo, Ahmad tiba di kawasan UIN Jakarta sekitar pukul 13.10. Dia datang bersama Duta Besar Arab Saudi untuk Republik Indonesia H.E. Faisal bin Abdullah H. Amodi.
Kehadiran Ahmad dan Faisal disambut langsung oleh Rektor UIN Jakarta Asep Saepudin Jahar. Mereka memasuki area kuliah umum di Auditorium Harun Nasution UIN Jakarta. Rombongan dari Arab Saudi itu baru meninggalkan kampus pada pukul 15.00.
Pilihan editor: Hizbullah Serang Balik Tentara Israel