TEMPO.CO, Jakarta -Imam Besar Masjid Nabawi, Syekh Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi, mengunjungi Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta Selatan hari ini. Dalam lawatan itu, Ahmad turut memuji para santri dan pendidikan Islam di Indonesia, khususnya di pondok pesantren itu.
Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah KH Hadiyanto Arief menyampaikan bahwa kehadiran Syekh Ahmad menjadi momen penting bagi lembaga yang dia pimpin. Hadiyanto menyebut para pengajar dan santri di pondok pesantrennya telah menantikan kedatangannya imam besar Masjid Nabawi itu.
"Suatu kehormatan besar bagi kami hari ini untuk menerima Imam dan Khatib Masjid Nabawi yang duduk bersama kami di Pesantren Darunnajah dan Universitas Darunnajah Jakarta," kata Hadiyanto pada Kamis, 10 Oktober 2024.
Hadiyanto menuturkan bahwa Pondok Pesantren Darunnajah dan Universitas Darunnajah telah menjalin kerja sama dengan Universitas Islam di Madinah dan Universitas Umm Al-Qura di Makkah.
Dalam kolaborasi ini, kata Hadiyanto, telah diadakan 22 kursus pelatihan dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Arab untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat Indonesia.
"Kami menantikan lebih banyak pelajar Indonesia, terutama dari Pondok Pesantren dan Universitas Darunnajah, yang memiliki kesempatan untuk melanjutkan studi mereka di universitas bergengsi di Arab Saudi," ujarnya.
Lebih lanjut, Hadiyanto bercerita bahwa Syekh Ahmad menyebut Mekah dan Madinah sebagai tanah yang istimewa, tempat diturunkannya Al-Quran dan wahyu Allah.
"Para ulama memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan risalah ini kepada umat, menjaga kebenaran, dan mempersatukan umat, bukan memecah belah," tuturnya.
Hadiyanto menyoroti salah satu pesan yang disampaikan Syekh Ahmad, yakni wasatiyah atau moderasi. Syekh Ahmad, jelas Hadiyanto, menyebut bahwa umat Islam adalah umat yang moderat, berada di antara dua ekstrem.
"Keseimbangan dalam diri manusia—nafsu, ruh, kalbu, dan tubuh—adalah kunci untuk mencapai kesempurnaan," ucap Hadiyanto mengulangi nasihat Syekh Ahmad.
Selanjutnya, Hadiyanto mengatakan bahwa Syekh Ahmad juga menyoroti peran penting lembaga pendidikan, seperti Darunnajah, dalam mengembangkan potensi santri. Dia menyebut pondok pesantren memiliki peran untuk menyeimbangkan ilmu agama dan ilmu umum para santri sehingga mereka dapat berkontribusi positif dalam masyarakat.
"Diakhir beliau menegaskan pentingnya berpegang pada Al-Quran dan Sunnah serta menjaga persatuan di antara umat Islam," kata Hadiyanto.
Berdasarkan pantauan Tempo, persiapan para santri telah digelar sejak pukul 9.30. Mereka menyambut kedatangan rombongan dari Arab Saudi itu dengan berbagai penampilan ekstrakurikuler, seperti paskibra hingga pencak silat.
Ahmad baru tiba pada pukul 11.00 dengan pengawalan sebuah mobil polisi. Dia datang dengan pakaian putih dengan balutan jubah berwarna emas serta penutup kepala berwarna merah muda.
Di antara rombongan itu terlihat pula Duta Besar Arab Saudi untuk Republik Indonesia H.E. Mr. Faisal Bin Abdullah H. Amodi. Kedatangan mereka langsung disambut para petinggi pondok pesantren lewat jabatan tangan dan pelukan.
"Ahlan wa sahlan wa marhaban," kata para pimpinan ponpes saat menyambut rombongan imam besar.
Adapun rombongan Syekh Ahmad baru meninggalkan pondok pesantren itu pada pukul 12.20 untuk melanjutkan kunjungan ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sebagai informasi, Pondok Pesantren Darunnajah didirikan oleh K.H. Abdul Manaf Mukhayyar pada tahun 1942, awalnya bernama Sekolah Islam. Saat ini, pondok tersebut telah berkembang dengan 22 cabang di berbagai daerah di Indonesia dan satu universitas, serta jumlah santri yang mencapai lebih dari 13.000 orang. Luas tanah wakaf yang awalnya dimulai dari enam ratus meter kini telah mencapai lebih dari seribu hektar.
Pilihan Editor: Imam Besar Masjid Nabawi dan Duta Besar Arab Saudi Kunjungi Ponpes Darunnajah