Wakil Pemimpin Hizbullah Dukung Gencatan Senjata Israel Hizbullah: Menelisik Sosok Naim Qassem
Reporter
Linda Lestari
Editor
Dwi Arjanto
Kamis, 10 Oktober 2024 15:16 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pada Selasa, 1 Oktober 2024, Iran, sponsor Hizbullah dan Hamas, menembakkan rudal ke Israel. Di hari tersebut Iran memperingatkan Israel agar tidak melakukan ancaman pembalasan.
Menteri luar negeri Iran mengatakan serangan apa pun terhadap infrastruktur Iran akan dibalas. Sementara seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada negara-negara Teluk bahwa serangan itu tidak dapat diterima dan akan menimbulkan respons jika mereka mengizinkan wilayah udara mereka digunakan untuk melawan Iran.
Dikutip dari Reuters, Negara-negara Barat tengah mencari solusi diplomatik, karena khawatir konflik tersebut dapat mengguncang Timur Tengah yang lebih luas, sebagai penghasil minyak. Pentagon pada Selasa, 8 Oktober 2024 mengumumkan bahwa Gallant tidak akan melanjutkan kunjungan ke Washington.
Dalam pidato yang disiarkan televisi dari lokasi yang dirahasiakan, wakil pemimpin Hizbullah Naim Qassem mengatakan dia mendukung upaya untuk mengamankan gencatan senjata. Untuk pertama kalinya, berakhirnya perang di Gaza tidak disebutkan sebagai prasyarat untuk menghentikan pertempuran di Lebanon. Qassem mengatakan Hizbullah mendukung langkah Ketua Parlemen Nabih Berri, sekutu Hizbullah, untuk mengamankan penghentian pertempuran.
Kantor Netanyahu menolak mengomentari pernyataan Qassem. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan dalam sebuah pengarahan di Washington bahwa Hizbullah telah mengubah pendirian mereka dan menginginkan gencatan senjata karena kelompok tersebut dalam posisi yang lemah dan semakin terpukul di medan perang.
Qassem mengatakan kemampuan Hizbullah masih utuh meskipun mendapat “pukulan menyakitkan" dari Israel.
"Puluhan kota berada dalam jangkauan rudal perlawanan. Kami jamin kemampuan kami baik-baik saja,” kata Qassem dikutip dari Reuters.
Militer Israel mengatakan pada Selasa, 8 Oktober 2024 bahwa serangan udara besar-besaran terhadap instalasi bawah tanah Hizbullah di Lebanon selatan selama 24 jam sebelumnya menewaskan sedikitnya 50 pejuang termasuk enam komandan sektor dan pejabat regional.
"Kami telah melemahkan kemampuan Hizbullah. Kami telah mengalahkan ribuan teroris, termasuk (Hassan) Nasrallah sendiri dan pengganti Nasrallah, serta pengganti dari penggantinya," kata Netanyahu, tanpa menyebut nama dua orang terakhir.
Profil Naim Qassem
Sebelumnya, Naim Qassem menyebut kelompok tersebut mendukung upaya juru bicara parlemen Nabih Berri, sekutu Hizbullah untuk mengamankan gencatan senjata, untuk pertama kalinya tidak menyebutkan kesepakatan gencatan senjata Gaza. Pidatonya yang disiarkan televisi selama 30 menit disampaikan beberapa hari setelah tokoh senior Hizbullah Hashem Safieddine diduga menjadi sasaran serangan Israel dan 11 hari setelah terbunuhnya sekretaris jenderal Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah .
Qassem diangkat sebagai wakil kepala pada tahun 1991 oleh sekretaris jenderal kelompok bersenjata saat itu, Abbas al-Musawi, yang tewas akibat serangan helikopter Israel pada tahun berikutnya. Qassem tetap memegang perannya saat Nasrallah menjadi pemimpin, dan telah lama menjadi salah satu juru bicara utama Hizbullah, melakukan wawancara dengan media asing termasuk saat permusuhan lintas perbatasan dengan Israel berkecamuk selama setahun terakhir.
Pidato Qassem yang disiarkan televisi pada hari Selasa adalah yang kedua sejak permusuhan antara Israel dan Hizbullah meningkat pada September 2024. Dia adalah anggota pertama pimpinan tinggi Hizbullah yang menyampaikan pernyataan di televisi setelah terbunuhnya Nasrallah dalam serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut pada 27 September 2024 lalu.
Pada 30 September 2024, Qassem mengatakan Hizbullah akan memilih pengganti sekretaris jenderalnya yang terbunuh "pada kesempatan paling awal" dan akan terus memerangi Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina.
"Apa yang kami lakukan hanyalah hal yang paling minimum... Kami tahu bahwa pertempuran ini mungkin akan berlangsung lama," katanya dalam pidato berdurasi 19 menit dilansir dari Reuters.
Lahir pada tahun 1953 di Beirut dari keluarga asal Lebanon selatan, aktivisme politik Qassem dimulai dengan Gerakan Amal Syiah Lebanon. Dia meninggalkan kelompok tersebut pada tahun 1979 setelah Revolusi Islam Iran, yang membentuk pemikiran politik banyak aktivis muda Syiah Lebanon.
Qassem mengambil bagian dalam pertemuan yang mengarah pada pembentukan Hizbullah, yang didirikan dengan dukungan Garda Revolusi Iran sebagai respons terhadap invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982. Dia telah menjadi koordinator umum kampanye pemilihan parlemen Hizbullah sejak kelompok itu pertama kali mengikutinya pada tahun 1992.
Pada tahun 2005, ia menulis sejarah Hizbullah yang dianggap sebagai pandangan orang dalam yang langka terhadap organisasi tersebut. Qassem mengenakan sorban putih tidak seperti Nasrallah dan Safieddine, yang sorban hitamnya menunjukkan status mereka sebagai keturunan Nabi Muhammad.
REUTERS
Pilihan editor: Rusia Puji Ketangguhan Hizbullah Meski Diserang Israel