8 Tentaranya Tewas, Ini Alasan Mengapa Serangan Darat Israel di Lebanon Tidak Akan Mudah
Editor
Ida Rosdalina
Kamis, 3 Oktober 2024 12:55 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan pendudukan Israel, Rabu, 2 Oktober 2024, mengakui kematian delapan tentara pendudukan selama konfrontasi dengan pejuang Perlawanan Islam di perbatasan Lebanon selatan, termasuk dua kapten.
Menurut Israel Channel 12, para tentara yang tewas itu jatuh di dua lokasi terpisah setelah dikonfrontasi oleh para pejuang Perlawanan dalam jarak yang berdekatan.
Selain itu, lima tentara lainnya dari Unit Komando Egoz, termasuk seorang perwira, terluka.
Ketika Perlawanan Islam terus mengintensifkan operasinya melawan pasukan pendudukan, Radio Angkatan Darat Israel mengungkapkan bahwa satu unit pasukan Komando bertemu dengan para pejuang di dalam sebuah bangunan di sebuah desa di Lebanon Selatan.
Ketika operasi untuk mengevakuasi tentara pendudukan sedang berlangsung, para pejuang Hizbullah terus meluncurkan peluru mortir. Sebuah unit evakuasi medis diminta untuk merawat tentara yang terluka di lapangan.
Menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Perlawanan Lebanon, para pejuang Hizbullah mampu menghancurkan tiga tank Merkava Israel dengan menggunakan peluru kendali ketika mereka maju ke kota Maroun al-Ras di Lebanon selatan.
Mengomentari hasil konfrontasi yang telah berlangsung sejak pagi hari, seorang sumber lapangan dari Perlawanan Lebanon mengatakan kepada Al Mayadeen, "Epik heroik yang dilakukan para pejuang kami terhadap pasukan elit Israel di beberapa titik di Lebanon Selatan mengakibatkan terbunuhnya dan terlukanya lebih dari 80 tentara dan perwira, dan hampir lima tank hancur."
Inilah bukti mengapa serangan darat Israel melawan Hizbullah tidak pernah mudah.
Pertempuran 2006
Perang selama sebulan yang dimulai pada Juli 2006 membuat tentara Israel terjebak dalam pertempuran sengit, ketika para pejuang Hizbullah memimpin satu demi satu kolom tank ke dalam penyergapan yang telah dipersiapkan dengan cermat.
Setidaknya 20 tank hancur dan 121 tentara Israel tewas. Komisi Winograd yang ditunjuk pemerintah untuk menilai hasil perang menyimpulkan bahwa "Israel memulai perang yang panjang, yang berakhir tanpa kemenangan militer yang jelas".
Kampanye tersebut - dengan nama sandi Operasi Perubahan Arah - menghasilkan apa yang disebut oleh komisi tersebut sebagai sebuah kegagalan. "Secara keseluruhan, [militer Israel] gagal, terutama karena perilaku komando tinggi dan pasukan darat, untuk memberikan respons militer yang efektif terhadap tantangan yang ditimbulkan oleh perang di Lebanon," kata komisi itu.