8 Tentaranya Tewas, Ini Alasan Mengapa Serangan Darat Israel di Lebanon Tidak Akan Mudah
Editor
Ida Rosdalina
Kamis, 3 Oktober 2024 12:55 WIB
Dua Dekade Kemudian
Hampir dua dekade kemudian, Israel Kembali datang membawa dendam. Percaya diri dengan kemampuannya tetapi juga mengkhawatirkan kekalahan masa lalu, militer Israel, Selasa, 1 Oktober 2024, mengumumkan peluncuran operasi darat yang "terbatas, terlokalisasi dan bertarget" di Lebanon selatan terhadap Hizbullah.
Namun bukti-bukti di lapangan, berdasarkan sifat dan skala pasukan dan tank yang dikerahkan oleh Israel untuk operasi tersebut, menunjukkan bahwa negara itu mungkin sedang mempersiapkan diri untuk invasi yang lebih lama ke Lebanon.
Sekitar 60.000 penduduk Israel utara telah mengungsi akibat pengeboman Hizbullah. Tujuan Israel seperti yang berulang-ulang dinyatakan oleh Netanyahu adalah mengembalikan warganya ke rumah masing-masing tanpa ada rasa takut. Dan itu baru bisa diwujudkan ketika Hizbullah lenyap.
Namun, para analis mengatakan bahwa pemerintahnya mungkin meremehkan kemampuan kelompok ini untuk bertempur di dalam negeri dan risiko bahwa Israel dapat terjebak dalam perang yang berlarut-larut di Lebanon.
Kesiapan tempur
Kepala Staf Angkatan Darat Israel Herzi Halevi tampak mengangguk-angguk pada pelajaran yang dipetik dari 2006 tentang kesiapan tempur ketika berbicara kepada Brigade Lapis Baja ke-7 minggu lalu, menjelang serangan darat.
"[Dalam] pertemuan Kalian dengan para pejuang Hizbullah, [Kalian] akan menunjukkan kepada mereka apa artinya menghadapi pasukan yang profesional, sangat terampil, dan berpengalaman dalam pertempuran," katanya kepada sekelompok tentara. "Kalian akan datang dengan lebih kuat dan jauh lebih berpengalaman daripada mereka. Kalian akan masuk, menghancurkan musuh di sana, dan dengan tegas menghancurkan infrastruktur mereka."
Editor Pertahanan Al Jazeera, Alex Gatopoulos, mengatakan bahwa dengan mengirimkan unit-unit elitnya, Israel menyampaikan pesan kepada Hizbullah bahwa mereka serius untuk menghancurkannya.
"Divisi ini berkekuatan sekitar 12.000 hingga 14.000 tentara elite dan akan didukung oleh puluhan tank dan, tentu saja, artileri," kata Gatapoulos.
Tentara yang dikerahkan di Lebanon selatan juga "sangat terlatih untuk bertempur, meskipun sudah kelelahan, setelah satu tahun konflik [di Gaza]".
Tidak seperti tahun 2006, ketika Israel dengan tergesa-gesa melancarkan operasi untuk menanggapi pembunuhan delapan tentaranya oleh pejuang Hizbullah dan penculikan dua perwira lainnya, militer telah meletakkan dasar untuk serangan militernya saat ini.
Pada 23 September, Israel meluncurkan rentetan pengeboman udara besar-besaran yang menargetkan gudang-gudang senjata, depot-depot, dan peluncur-peluncur Hizbullah di seluruh Lebanon, kurang dari seminggu setelah pager dan walkie-talkie yang digunakan oleh para anggota Hizbullah meledak dalam sebuah serangan yang dituduhkan kepada Israel.
Pada Jumat, pemimpin Hizbullah selama 32 tahun terakhir, Hassan Nasrallah, terbunuh dalam serangan udara Israel di Beirut - sebuah pelanggaran keamanan yang dramatis bagi kelompok Lebanon yang tertutup itu. Beberapa pemimpin dan komandan senior Hizbullah lainnya juga terbunuh dalam beberapa hari terakhir.