Israel Kirim Peringatan lewat Pesan Teks, Apakah Jaringan Telekomunikasi Lebanon Diretas?
Editor
Ida Rosdalina
Selasa, 24 September 2024 21:15 WIB
Apakah ini lebih dari sekadar peringatan?
Israel mengatakan bahwa tentaranya mengirimkan peringatan sebelum melakukan pengeboman untuk meminimalisir korban sipil. Hal ini juga menjadi argumen negara tersebut di Gaza selama perang yang sedang berlangsung di sana.
Namun, fakta di lapangan tidak mendukung hal itu. Dalam banyak kasus, bom-bom Israel mendarat di gedung-gedung yang penghuninya tidak menerima peringatan. Dalam kasus-kasus lain di Gaza, warga sipil yang melarikan diri diserang oleh pasukan Israel.
Peringatan itu bisa datang dalam bentuk pesan teks, panggilan telepon atau selebaran yang dijatuhkan. Namun, para ahli mengatakan bahwa peringatan yang disampaikan melalui telepon di Gaza selama ini juga merupakan contoh perang psikologis, yaitu sebuah pengingat bagi warga Palestina bahwa aparat keamanan Israel mengetahui dengan pasti di mana mereka berada pada saat itu juga.
Alat yang sama yang digunakan untuk peringatan yang tepat juga telah membantu Israel menargetkan rudalnya.
Pada Senin, pola itu, yang akrab dengan Gaza, tampaknya telah meluas ke Lebanon.
Bagaimana Israel menyusup ke jaringan telekomunikasi Lebanon?
Pekan lalu, sedikitnya 37 orang tewas setelah ribuan pager berteknologi rendah dan walkie-talkie yang diduga milik anggota kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon meledak. Hampir 3.000 orang terluka. Lebanon, Hizbullah dan sekutu-sekutu kelompok tersebut seperti Iran menyalahkan Israel. Meskipun Israel tidak mengaku bertanggung jawab, sebagian besar ahli menyimpulkan bahwa Israel berada di balik ledakan tersebut.
Meskipun para ahli meyakini bahwa Israel telah menanam bahan peledak di dalam perangkat-perangkat tersebut beberapa bulan sebelum diledakkan, kemampuan untuk mengirimkan peringatan yang ditargetkan kepada individu-individu di wilayah-wilayah tertentu di Lebanon menunjukkan bahwa Israel memiliki akses terhadap informasi waktu nyata mengenai warga sipil Lebanon - tidak hanya musuh-musuhnya di Hizbullah.
Hal ini tidak mengherankan, kata Elijah Magnier, seorang analis risiko dan konflik.
Magnier, yang mengamati dengan seksama konflik-konflik Israel di Timur Tengah, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa Israel telah meretas jaringan Lebanon jauh sebelum tanggal 8 Oktober.
"Mereka memiliki akses ke telepon rumah, nomor plat mobil, telepon genggam - sampai-sampai mereka dapat berkomunikasi dengan siapa pun di selatan Lebanon, sama seperti yang dapat mereka lakukan di Tepi Barat atau Gaza," katanya.