Polisi Prancis Tangkap CEO Telegram Pavel Durov, Apa Saja Tuduhan Kepadanya?

Senin, 26 Agustus 2024 19:01 WIB

Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov. REUTERS/Albert Gea

TEMPO.CO, Jakarta - Pada Sabtu malam lalu, Pavel Durov pendiri dan CEO aplikasi Telegram, ditangkap di Bandara Le Bourget, Prancis. Hingga saat ini, belum ada konfirmasi resmi dari pihak berwenang Prancis mengenai penangkapan Durov, yang berusia 39 tahun dan merupakan warga negara Prancis serta Uni Emirat Arab.

Menurut laporan Wired pada Senin, 26 Agustus 2024, dua sumber kepolisian Prancis dan satu sumber dari Rusia mengungkapkan bahwa Durov ditangkap segera setelah kedatangannya di Bandara Le Bourget dengan jet pribadi dari Azerbaijan.

Pavel Durov, yang tiba di Bandara Le Bourget bersama seorang pengawal dan seorang wanita, menghabiskan malam tersebut di sel penjara Prancis. Sebelum jet pribadinya tiba, polisi Prancis sudah mengetahui bahwa Durov termasuk dalam daftar penumpang dan segera melakukan penangkapan karena ia menjadi target surat perintah penangkapan di negara tersebut.

Penangkapan ini merupakan bagian dari penyelidikan awal yang dipimpin oleh OFMIN (Kantor Pencegahan Kekerasan terhadap Anak di Bawah Umur) Prancis. OFMIN, lembaga yang baru dibentuk pada bulan November, telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Durov dengan tuduhan mencakup pencucian uang, perdagangan narkoba, dan penyebaran konten pelecehan seksual anak melalui Telegram.

Media lokal seperti BFMTV dan TF1 melaporkan bahwa penyelidikan ini berfokus pada kemungkinan eksploitasi Telegram oleh kelompok kriminal serta dugaan kegagalan Durov dalam menerapkan langkah-langkah efektif untuk mencegah aktivitas ilegal di platformnya. Kekurangan moderasi di Telegram dan dugaan penyalahgunaan oleh entitas kriminal menjadi bagian dari isu yang sedang diselidiki.

Advertising
Advertising

Profil Pavel Durov

Pavel Durov dilahirkan di Saint Petersburg, Rusia, pada tahun 1984 dan menempuh pendidikan Magister Sains di Universitas Negeri Saint Petersburg. Sejak peluncurannya pada tahun 2013, aplikasi Telegram yang ia kembangkan telah meraih lebih dari 700 juta pengguna aktif bulanan di seluruh dunia.

Sebagai platform gratis, Telegram bersaing ketat dengan aplikasi perpesanan lain seperti WhatsApp yang dimiliki oleh Facebook. Durov bahkan dijuluki sebagai "Zuckerberg-nya Rusia" karena kesuksesannya menciptakan VKontakte, jejaring sosial terbesar di Rusia, pada usia 22 tahun.

Kekayaan Durov diperkirakan mencapai $15,5 miliar menurut Forbes, menjadikannya sebagai individu yang berada di urutan ke-120 dalam daftar orang terkaya di dunia. Pada tahun 2014, Durov meninggalkan Rusia setelah menolak untuk memenuhi permintaan pemerintah Rusia agar menutup komunitas oposisi di platform VKontakte.

Telegram mengalami pelarangan di Rusia dari 2018 hingga 2021. Meskipun kebijakan tersebut tidak sepenuhnya mempengaruhi ketersediaan aplikasi tersebut di Rusia, hal ini memicu protes besar-besaran di Moskow dan kritik dari lembaga swadaya masyarakat. Telegram memainkan peran penting di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet, terutama sebagai sumber informasi vital mengenai perang Rusia di Ukraina, yang digunakan oleh pejabat dari kedua pihak, Moskow dan Kyiv. Beberapa analis bahkan menyebut Telegram sebagai "medan perang virtual" untuk konflik tersebut.

Popularitas Telegram yang terus meningkat juga telah menarik perhatian negara-negara Eropa, termasuk Prancis, terkait masalah keamanan dan pelanggaran data. Pada tahun 2018, Durov dan saudaranya, Nikolai, berhasil mengumpulkan $1,7 miliar dari investor untuk mengembangkan TON, sebuah sistem blockchain. Namun, proyek ini akhirnya dihentikan pada tahun 2020 setelah SEC AS melarangnya.

Pavel Durov memiliki kewarganegaraan ganda, yakni Prancis dan Uni Emirat Arab, dan menjadi warga negara Prancis pada Agustus 2021. Ia dan Telegram pindah ke Dubai pada tahun 2017. Selain itu, Pavel juga merupakan warga negara St. Kitts dan Nevis, sebuah negara kepulauan di Karibia.

MICHELLE GABRIELA | NI MADE SUKMASARI

Pilihan Editor: Elon Musk dan Reaksi atas Penangkapan Pavel Durov CEO Telegram

Berita terkait

Gazalba Saleh Merasa Terzalimi Atas Tuntutan 15 Tahun Penjara: Palu Godam Penyidik Terhadap Saya

14 jam lalu

Gazalba Saleh Merasa Terzalimi Atas Tuntutan 15 Tahun Penjara: Palu Godam Penyidik Terhadap Saya

Hakim Agung nonaktif Gazalba Saleh mengklaim munculnya perkara dugaan korupsi berupa gratifikasi dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang menjeratnya disebabkan keraguan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Baca Selengkapnya

Dituntut 15 Tahun Penjara, Gazalba Saleh Sebut Tuntutan Jaksa KPK Sebagai Balas Dendam

20 jam lalu

Dituntut 15 Tahun Penjara, Gazalba Saleh Sebut Tuntutan Jaksa KPK Sebagai Balas Dendam

Dalam pembelaannya, Gazalba Saleh menyatakan tidak terima atas tuntutan Jaksa KPK dan membandingkannya dengan perkara gratifikasi lain.

Baca Selengkapnya

Diduga Terlibat Perdagangan Seks, Sean 'Diddy' Combs Ditangkap FBI

22 jam lalu

Diduga Terlibat Perdagangan Seks, Sean 'Diddy' Combs Ditangkap FBI

Musisi kenamaan Amerika Serikat, Sean 'Diddy' Combs sebagai bagian penyelidikan federal atas dakwaan terlibat dalam perdagangan seks.

Baca Selengkapnya

KPK Tak Perpanjang Masa Cegah Hanan Supangkat, Sempat Terseret Kasus TPPU Syahrul Yasin Limpo

1 hari lalu

KPK Tak Perpanjang Masa Cegah Hanan Supangkat, Sempat Terseret Kasus TPPU Syahrul Yasin Limpo

Meskipun status cegah Hanan Supangkat tidak diperpanjang, KPK masih melakukan penyidikan dalam kasus TPPU bekas Mentan Syahrul Yasin Limpo.

Baca Selengkapnya

Eks Produser Hollywood, Harvey Weinstein Hadapi Dakwaan Baru Tuduhan Pelecehan Seksual

1 hari lalu

Eks Produser Hollywood, Harvey Weinstein Hadapi Dakwaan Baru Tuduhan Pelecehan Seksual

Harvey Weinstein, mantan produser Hollywood, kembali didakwa oleh juri agung New York atas tuduhan pelecehan seksual baru.

Baca Selengkapnya

Perempuan Prancis Demo, Dukung Nenek 72 Tahun yang Diperkosa Ratusan Kali

2 hari lalu

Perempuan Prancis Demo, Dukung Nenek 72 Tahun yang Diperkosa Ratusan Kali

Ratusan perempuan di Prancis memprotes pemerkosaan yang dilakukan terhadap Gisele Picolot, perempuan 72 tahun.

Baca Selengkapnya

Dugaan Perundungan dan Pelecehan Seksual di Binus School Simprug, Kuasa Hukum Sekolah Ancam Lakukan Ini

3 hari lalu

Dugaan Perundungan dan Pelecehan Seksual di Binus School Simprug, Kuasa Hukum Sekolah Ancam Lakukan Ini

Pihak Binus School Simprug menilai ada upaya pencemaran baik dalam laporan dugaan perundungan dan pelecehan seksual.

Baca Selengkapnya

Satgas PPKS Unsoed Beberkan Modus Penipuan Tawaran Kerja yang Berujung pada Kekerasan Seksual Terhadap Mahasiswa

3 hari lalu

Satgas PPKS Unsoed Beberkan Modus Penipuan Tawaran Kerja yang Berujung pada Kekerasan Seksual Terhadap Mahasiswa

Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual telah emetakan tiga modus utama pelaku untuk menjebak korban.

Baca Selengkapnya

Geger Pelecehan di Panti Sosial, Kepolisian Malaysia Akan Panggil Yayasan GISB

4 hari lalu

Geger Pelecehan di Panti Sosial, Kepolisian Malaysia Akan Panggil Yayasan GISB

Kepolisian Malaysia akan memanggil pucuk pimpinan panti sosial yang dikelola yayasan GISB.

Baca Selengkapnya

Eks Rektor UP Edie Toet Tak Mau Bayar Pengacara Kasus Pecelehan Seksualnya, Faizal: Ngaku Orang Miskin

4 hari lalu

Eks Rektor UP Edie Toet Tak Mau Bayar Pengacara Kasus Pecelehan Seksualnya, Faizal: Ngaku Orang Miskin

Kuasa hukum eks Rektor Universitas Pancasila Edie Toet Hendratno kini dari kantor hukum eks Kapolda Metro Jaya Nugroho Djayusman, ND Solicitor.

Baca Selengkapnya