PBB: 9 Staf UNRWA Mungkin Terlibat dalam Serangan 7 Oktober

Selasa, 6 Agustus 2024 11:00 WIB

Anak-anak Palestina yang mengungsi duduk di Sekolah UNRWA, yang rusak akibat serangan udara Israel, di tengah konflik Israel-Hamas, di Khan Younis, di selatan Jalur Gaza, 20 Juni 2024. REUTERS/Doaa Mohammed

TEMPO.CO, Jakarta -Sembilan orang staf badan bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mungkin terlibat dalam serangan yang dilancarkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 dan akan segera dipecat, kata PBB pada Senin, 5 Agustus 2024.

“Untuk sembilan orang, bukti sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa mereka mungkin terlibat dalam serangan tanggal 7 Oktober,” kata Farhan Haq, wakil juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, dalam pengarahan pers.

Ketika ditanya apakah ini berarti PBB menganggap bahwa kesembilan orang itu “kemungkinan besar atau sangat mungkin” turut andil dalam serangan tersebut, ia menjawab: “Itu cara yang tepat untuk menggambarkannya.”

Kantor Layanan Pengawasan Internal (OIOS), badan investigasi tertinggi dalam sistem PBB, telah menyelesaikan penyelidikannya terhadap 19 anggota staf UNRWA terkait dugaan keterlibatan mereka dalam serangan bersenjata pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.

OIOS membuat temuan terkait dengan masing-masing dari 19 anggota staf UNRWA yang diduga terlibat dalam serangan tersebut.

“Dalam satu kasus, tidak ada bukti yang diperoleh OIOS untuk mendukung dugaan keterlibatan anggota staf tersebut, sementara dalam sembilan kasus lainnya, bukti yang diperoleh OIOS tidak cukup untuk mendukung keterlibatan anggota staf tersebut,” kata Haq.

Sehubungan dengan sembilan kasus yang tersisa, bukti yang diperoleh OIOS menunjukkan bahwa staf UNRWA mungkin terlibat dalam serangan bersenjata pada 7 Oktober 2023. “Pekerjaan orang-orang ini akan dihentikan demi kepentingan badan tersebut,” ujar Haq.

Ia mengatakan bahwa kesembilan orang yang mungkin terlibat adalah laki-laki, tanpa memberikan informasi lebih lanjut tentang tindakan yang mungkin telah mereka lakukan.

Namun, ia menambahkan, “Bagi kami, setiap partisipasi dalam serangan tersebut merupakan pengkhianatan besar terhadap jenis pekerjaan yang seharusnya kami lakukan atas nama rakyat Palestina.”

PBB meluncurkan penyelidikan setelah Israel menuduh pada Januari 2024 bahwa 12 staf UNRWA ikut serta dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober, yang disusul oleh serangan Israel di Gaza. Tujuh kasus tambahan dilaporkan ke PBB pada Maret dan April.

Pada Maret, Israel meningkatkan tuduhannya dengan mengatakan lebih dari 450 staf UNRWA adalah anggota militer dalam “kelompok teroris” Gaza.

Tuduhan Israel menyebabkan belasan negara menangguhkan pendanaan mereka kepada UNRWA, yang berperan sebagai badan bantuan utama yang memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Gaza sejak didirikan pada 1949.

Tak lama setelah pengumuman PBB, juru bicara militer Israel Nadav Shoshani berkomentar di platform media sosial X, mengatakan, “Badan 'bantuan' Anda secara resmi telah merosot ke tingkat yang lebih rendah dan sudah saatnya dunia melihat wajah Anda yang sebenarnya.”

Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengeluarkan pernyataan yang mengakui selesainya penyelidikan tersebut.

“Saya telah memutuskan bahwa dalam kasus sembilan staf yang tersisa ini, mereka tidak dapat bekerja untuk UNRWA. Semua kontrak staf ini akan dihentikan demi kepentingan Badan tersebut,” katanya.

Investigasi bersifat rahasia

Haq mengatakan rincian investigasi OIOS bersifat rahasia, dan informasi yang digunakan oleh pejabat otoritas Israel untuk mendukung tuduhan mereka tetap berada di tangan mereka.

Ia mengungkap, investigasi OIOS melibatkan kunjungan ke Israel untuk berdiskusi dengan para pejabat dan melihat serta meninjau informasi yang dimiliki oleh otoritas di sana. Para investigator juga melakukan perjalanan ke Amman, Yordania, untuk memperoleh dan meninjau informasi relevan yang dimiliki oleh UNRWA, termasuk tentang staf dan operasinya.

Menurut PBB, mereka juga meninjau data teknologi informasi dan komunikasi, seperti catatan surel dan informasi tentang kendaraan lembaga, selain informasi dari berbagai sumber lain, termasuk yang dirilis ke media dan sumber publik lainnya, dan komunikasi dengan beberapa negara anggota PBB.

“OIOS tidak dapat secara independen mengautentikasi sebagian besar informasi yang diberikan kepadanya,” kata Haq.

Pilihan Editor: Memasuki Bulan ke-10, Perang Israel melawan Anak-anak Gaza Berlanjut

REUTERS

Advertising
Advertising

Berita terkait

Militer Israel Bunuh Komandan Perang Sayap Bersenjata Hamas

2 jam lalu

Militer Israel Bunuh Komandan Perang Sayap Bersenjata Hamas

Militer Israel mengklaim telah membunuh salah satu komandan Brigade Al Qassam yang merupakan sayap bersenjata Hamas.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Sarankan WNI di Lebanon Ikut Evakuasi Selagi Masih Ada Kesempatan

3 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Sarankan WNI di Lebanon Ikut Evakuasi Selagi Masih Ada Kesempatan

Kementerian Luar Negeri meminta WNI di Lebanon agar tidak menunda evakuasi selagi masih ada kesempatan.

Baca Selengkapnya

Peran Besar Amerika Dalam Penggunaan Iron Dome

4 jam lalu

Peran Besar Amerika Dalam Penggunaan Iron Dome

Dalam pembangunan Iron Dome, Israel mendapat banyak bantuan Amerika

Baca Selengkapnya

Dokter Lintas Batas Ajukan 7 Tuntutan pada Israel dan Amerika Serikat

6 jam lalu

Dokter Lintas Batas Ajukan 7 Tuntutan pada Israel dan Amerika Serikat

Dokter Lintas Batas prihatin selama satu tahun, sekutu Israel terus memberikan dukungan militer, sementara anak-anak di Gaza dibunuh secara massal

Baca Selengkapnya

Dibom Tiap Hari, Dokter Lintas Batas Gambarkan Buruknya Kesehatan Warga Gaza

7 jam lalu

Dibom Tiap Hari, Dokter Lintas Batas Gambarkan Buruknya Kesehatan Warga Gaza

Dokter Lintas Batas menyebut korban pengeboman di Jalur Gaza berjatuhan setiap hari akibat serangan Israel.

Baca Selengkapnya

Ketika Krisis Gaza Meluas ke Lebanon, di Mana Pemimpin Hamas Yahya Sinwar?

8 jam lalu

Ketika Krisis Gaza Meluas ke Lebanon, di Mana Pemimpin Hamas Yahya Sinwar?

Israel masih belum mampu melacak keberadaan Yahya Sinwar setelah setahun berperang.

Baca Selengkapnya

Surat Wasiat Anak Gaza yang Terbunuh Bom Israel: 'Tolong, Jangan Tangisi Saya'

14 jam lalu

Surat Wasiat Anak Gaza yang Terbunuh Bom Israel: 'Tolong, Jangan Tangisi Saya'

Rasha Al-Ar'eer yang berusia 10 tahun menuliskan surat wasiat sebelum terbunuh oleh serangan udara Israel yang menargetkan rumah keluarganya di Gaza.

Baca Selengkapnya

Ketika Mata Dunia Beralih ke Lebanon, Hal Ini yang Ditakutkan Warga Gaza

15 jam lalu

Ketika Mata Dunia Beralih ke Lebanon, Hal Ini yang Ditakutkan Warga Gaza

Serangan-serangan Israel ke Lebanon membuat mata dunia dan laporan-laporan media massa teralihkan dari Gaza.

Baca Selengkapnya

Menelisik 2 Ledakan Dekat Kedubes Israel di Denmark, Apa Hasil Penyelidikan Aparat?

16 jam lalu

Menelisik 2 Ledakan Dekat Kedubes Israel di Denmark, Apa Hasil Penyelidikan Aparat?

Dua ledakan diduga bom terjadi di Kedutaan Besar Israel di Kopenhagen, Denmark. Upaya penyelidikan masih berlangsung hingga akhir pekan ini.

Baca Selengkapnya

Dilarang Masuk Israel, UNRWA dan Sekjen PBB Malah Jadi Favorit Raih Nobel Perdamaian

16 jam lalu

Dilarang Masuk Israel, UNRWA dan Sekjen PBB Malah Jadi Favorit Raih Nobel Perdamaian

UNRWA, ICJ dan Sekjen PBB Antonio Guterres adalah beberapa di antara favorit untuk mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini.

Baca Selengkapnya