Putin Singgung Perang Dingin, Ancam Rusia Siap Produksi Senjata Nuklir

Reporter

Tempo.co

Senin, 29 Juli 2024 19:42 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Kremlin di Moskow, Rusia, 24 Juli 2024. Sputnik/Valeriy Sharifulin/Pool via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Minggu, 28 Juli 2024, mengancam akan meluncurkan kembali produksi senjata nuklir jarak menengah jika Amerika Serikat mengonfirmasi niatnya untuk menyebarkan rudal ke Jerman atau tempat lain di Eropa.

"Jika Amerika Serikat melaksanakan rencana tersebut, kami akan menganggap diri kami terbebas dari moratorium sepihak yang sebelumnya diadopsi terkait pengerahan kemampuan serangan jarak menengah dan pendek," kata Putin saat parade angkatan laut di Saint Petersburg.

Putin menambahkan bahwa sekarang di Rusia pengembangan sejumlah sistem semacam itu sedang dalam tahap akhir. "Kami akan mengambil langkah-langkah serupa dalam penyebarannya, dengan mempertimbangkan tindakan AS, satelitnya di Eropa, dan di wilayah lain di dunia," ujarnya.

Rudal semacam itu, yang dapat menempuh jarak antara 500 km dan 5.500 km, menjadi subjek perjanjian pengendalian senjata yang ditandatangani oleh AS dan Uni Soviet pada tahun 1987.

Namun, baik Washington maupun Moskow menarik diri dari Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah pada tahun 2019, masing-masing menuduh pihak lain melakukan pelanggaran.

Advertising
Advertising

Rusia kemudian mengatakan tidak akan memulai kembali produksi rudal tersebut selama Amerika Serikat tidak menyebarkan rudal di luar negeri.

Pada awal Juli, Washington dan Berlin mengumumkan bahwa "penempatan episodik" rudal jarak jauh AS, termasuk rudal jelajah Tomahawk, ke Jerman akan dimulai pada tahun 2026.

Putin mengatakan bahwa "lokasi administratif dan militer penting Rusia" akan berada dalam jangkauan rudal tersebut yang "di masa depan dapat dilengkapi dengan hulu ledak nuklir, sehingga wilayah kami akan berada dalam jarak sekitar 10 menit" dari peluncuran serangan.

Presiden Rusia juga menyebutkan bahwa AS telah mengerahkan sistem rudal jarak menengah Typhon di Denmark dan Filipina dalam latihan baru-baru ini.

"Situasi ini mengingatkan kita pada peristiwa Perang Dingin yang terkait dengan penempatan rudal jarak menengah Pershing Amerika di Eropa," kata Putin.

AS mengerahkan rudal balistik Pershing AS di Jerman Barat pada tahun 1980-an pada puncak Perang Dingin. Rudal AS terus ditempatkan hingga penyatuan kembali Jerman dan tahun 1990-an.

Namun setelah berakhirnya Perang Dingin, Amerika Serikat secara signifikan mengurangi jumlah rudal yang ditempatkan di Eropa karena ancaman dari Moskow mereda.

Kremlin telah memperingatkan pada pertengahan Juli bahwa usulan penempatan AS akan berarti bahwa ibu kota Eropa akan menjadi sasaran rudal Rusia.

"Kami mengambil langkah pasti menuju Perang Dingin. Semua atribut Perang Dingin dengan konfrontasi langsung kembali," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan TV pemerintah.

CNA

Pilihan editor: Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Resmi Dukung Presiden Terpilih Masoud Pezeshkian

Berita terkait

Kim Jong Un Ancam Gunakan Senjata Nuklir Jika Negaranya Diserang

21 jam lalu

Kim Jong Un Ancam Gunakan Senjata Nuklir Jika Negaranya Diserang

Kim Jong Un mengatakan siap menggunakan senjata nuklir bila Korea Utara diserang oleh AS dan Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Warga Negara Rusia di Israel Disarankan Segera Keluar Selagi Penerbangan Masih Ada

1 hari lalu

Warga Negara Rusia di Israel Disarankan Segera Keluar Selagi Penerbangan Masih Ada

Duta Besar Rusia untuk Israel Anatoly Viktorov mendesak warga negara Rusia yang ada di Israel agar angkat kaki dari sana menyusul naiknya ketegangan

Baca Selengkapnya

Sukses di Rusia, CIA Perluas Perekrutan Informan ke Cina, Iran dan Korea Utara

2 hari lalu

Sukses di Rusia, CIA Perluas Perekrutan Informan ke Cina, Iran dan Korea Utara

CIA meluncurkan upaya baru untuk merekrut informan di Cina, Iran, dan Korea Utara.

Baca Selengkapnya

Peringatan Hari Penyatuan Jerman Digelar di Jakarta, Bagaimana Sejarahnya?

2 hari lalu

Peringatan Hari Penyatuan Jerman Digelar di Jakarta, Bagaimana Sejarahnya?

Kedutaan Besar Jerman menggelar peringatan Hari Penyatuan Jerman yang diperingati setiap 3 Oktober.

Baca Selengkapnya

Kecuali AS, Dewan Keamanan PBB Deklarasi Dukungan kepada Sekjen PBB setelah Larangan Masuk Israel

3 hari lalu

Kecuali AS, Dewan Keamanan PBB Deklarasi Dukungan kepada Sekjen PBB setelah Larangan Masuk Israel

Rusia, Cina, Prancis, dan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB lainnya menyuarakan dukungan untuk Antonio Guterres dan mengecam keputusan Israel y

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Masuk Negara Terdepan dalam Pengembangan Kecerdasan Buatan

3 hari lalu

Rusia Klaim Masuk Negara Terdepan dalam Pengembangan Kecerdasan Buatan

Perdana Menteri Mikhail Mishustin mengklaim Rusia masuk negara-negara terdepan dalam mengembangkan kecerdasan buatan.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Bagaimana Cara Israel Bunuh Hassan Nasrallah?

5 hari lalu

Top 3 Dunia: Bagaimana Cara Israel Bunuh Hassan Nasrallah?

Berita Top 3 Dunia pada Senin 30 September 2024 masih seputar pembunuhan pemimpin Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah.

Baca Selengkapnya

Megawati ke Rusia Pesan Perdamaian dan Kerja Sama Ilmu Pengetahuan

5 hari lalu

Megawati ke Rusia Pesan Perdamaian dan Kerja Sama Ilmu Pengetahuan

Megawati Soekarnoputri memberikan kuliah umum di Universitas St. Petersburg, Rusia. Menyampaikan pesan perdamaian dan mengajak bertukar ilmu pengetahuan.

Baca Selengkapnya

Deretan Negara yang Memiliki Senjata Nuklir Terbanyak

6 hari lalu

Deretan Negara yang Memiliki Senjata Nuklir Terbanyak

Rusia memperingatkan Barat bahwa mereka bisa menggunakan senjata nuklir jika diserang. Selain Rusia, deretan negara yang memiliki senjata nuklir terbanyak.

Baca Selengkapnya

Rusia Minta Israel Hentikan Pembunuhan Warga Palestina dengan Senjata AS

6 hari lalu

Rusia Minta Israel Hentikan Pembunuhan Warga Palestina dengan Senjata AS

Menlu Rusia meminta agar pembunuhan warga Palestina dengan senjata AS dihentikan oleh Israel. Hukuman kolektif massal tak bisa diterima.

Baca Selengkapnya