Mengapa di Pemilihan Presiden Amerika Serikat Hanya Diikuti 2 Partai Politik: Partai Republik dan Partai Demokrat?

Rabu, 17 Juli 2024 11:01 WIB

Kandidat presiden dari Partai Demokrat Presiden AS Joe Biden mendengarkan kandidat presiden dari Partai Republik dan mantan Presiden AS Donald Trump berbicara selama debat mereka di Atlanta, Georgia, AS, 27 Juni 2024. REUTERS/Brian Snyder

TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada 5 November 2024 menarik perhatian dunia. Sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, AS memiliki sistem politik yang unik dan berbeda dari kebanyakan negara lain. Salah satu ciri khas dari sistem politik AS adalah dominasi dua partai politik utama, yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan: mengapa di Amerika Serikat hanya ada dua partai politik yang dominan?

Sejarah Awal Sistem Dua Partai di Amerika Serikat

Sejarah sistem dua partai di Amerika Serikat bisa ditelusuri kembali ke masa awal berdirinya negara ini. Pada akhir abad ke-18, dua faksi utama muncul di kalangan pendiri negara: Federalis yang dipimpin oleh Alexander Hamilton dan Demokrat-Republikan yang dipimpin oleh Thomas Jefferson. Federalis mendukung pemerintahan pusat yang kuat, sementara Demokrat-Republikan mendukung hak-hak negara bagian dan pemerintahan yang lebih terbatas.

Persaingan antara dua faksi ini menandai awal dari sistem dua partai di Amerika Serikat. Meskipun Federalis akhirnya meredup dan digantikan oleh partai-partai lain, seperti Whig, pola dua partai tetap bertahan. Pada pertengahan abad ke-19, Partai Republik muncul sebagai kekuatan baru dan menggantikan Partai Whig, bersaing langsung dengan Partai Demokrat. Sejak saat itu, Amerika Serikat telah menjadi negara dengan sistem dua partai yang kuat.

Advertising
Advertising

Salah satu faktor utama yang mendukung dominasi dua partai di Amerika Serikat adalah sistem pemilihan yang dikenal sebagai "pemenang-mengambil-semua" (winner-takes-all). Dalam sistem ini, kandidat yang memperoleh suara terbanyak di suatu daerah pemilihan akan memenangkan kursi tersebut, tanpa memperhatikan berapa banyak suara yang diperoleh oleh kandidat lain. Sistem ini diterapkan baik dalam pemilihan kongres maupun pemilihan presiden.

Dalam pemilihan presiden, sistem ini diwujudkan melalui Electoral College. Setiap negara bagian memiliki sejumlah suara electoral yang proporsional dengan jumlah penduduknya.

Kandidat yang memenangkan suara terbanyak di suatu negara bagian akan memperoleh semua suara electoral dari negara bagian tersebut (kecuali di Maine dan Nebraska yang menggunakan sistem proporsional). Akibatnya, partai-partai kecil sulit untuk memenangkan suara electoral, sehingga mereka tidak memiliki insentif untuk mencalonkan kandidat presiden.

Sistem pemenang-mengambil-semua menciptakan situasi di mana pemilih cenderung memilih salah satu dari dua partai besar untuk memastikan suara mereka tidak terbuang sia-sia. Ini dikenal sebagai "spoiler effect", di mana suara yang diberikan kepada partai kecil bisa membantu partai yang paling tidak diinginkan memenangkan pemilihan. Akibatnya, pemilih cenderung mengonsolidasikan dukungan mereka pada dua partai besar.

Hambatan bagi Partai Kecil

Selain sistem pemenang-mengambil-semua, ada beberapa hambatan struktural lain yang menghalangi pertumbuhan partai kecil di Amerika Serikat. Salah satunya adalah persyaratan yang ketat untuk masuk ke dalam surat suara pemilu (ballot access). Setiap negara bagian memiliki aturan yang berbeda mengenai bagaimana sebuah partai atau kandidat independen dapat muncul di surat suara, sering kali melibatkan pengumpulan tanda tangan dalam jumlah besar dan memenuhi berbagai persyaratan administratif.

Partai besar seperti Partai Demokrat dan Partai Republik memiliki sumber daya dan jaringan yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan ini, sementara partai kecil sering kali kesulitan. Selain itu, undang-undang pendanaan kampanye sering kali menguntungkan partai besar yang memiliki akses lebih mudah ke dana kampanye yang besar.

Hambatan lainnya adalah debat presiden yang diselenggarakan oleh Komisi Debat Presiden (CPD). CPD menetapkan kriteria yang ketat bagi kandidat untuk ikut serta dalam debat, seperti harus memiliki dukungan minimal 15 persen dalam jajak pendapat nasional. Kriteria ini sering kali sulit dipenuhi oleh kandidat dari partai kecil, sehingga mereka tidak mendapatkan eksposur yang sama seperti kandidat dari dua partai besar.

Budaya Politik dan Identitas Partai

Budaya politik di Amerika Serikat juga memainkan peran penting dalam mempertahankan sistem dua partai. Identitas partai telah menjadi bagian penting dari identitas politik banyak pemilih Amerika. Partai Demokrat dan Partai Republik masing-masing memiliki basis pemilih yang setia dan kuat yang terbentuk berdasarkan isu-isu politik, ideologi, dan demografi.

Partai Demokrat umumnya didukung oleh pemilih yang lebih progresif, termasuk minoritas etnis, kaum muda, dan penduduk perkotaan. Mereka cenderung mendukung kebijakan yang lebih progresif dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sementara itu, Partai Republik umumnya didukung oleh pemilih yang lebih konservatif, termasuk penduduk pedesaan, kaum religius, dan kelompok usia yang lebih tua. Mereka cenderung mendukung kebijakan yang lebih konservatif dalam hal pajak, regulasi, dan kebebasan individu.

Identitas partai ini memperkuat polarisasi politik di Amerika Serikat, di mana pemilih lebih cenderung mengidentifikasi diri mereka dengan salah satu dari dua partai besar dan mengabaikan partai-partai kecil. Polarisasi ini juga tercermin dalam media, di mana saluran berita cenderung memiliki bias politik yang sesuai dengan salah satu dari dua partai besar, sehingga memperkuat persepsi pemilih tentang pentingnya mendukung salah satu dari dua partai ini.

Media massa di Amerika Serikat juga berkontribusi pada dominasi dua partai politik. Saluran berita utama sering kali berfokus pada kandidat dari Partai Demokrat dan Partai Republik, memberikan sedikit perhatian pada kandidat dari partai kecil. Hal ini menciptakan lingkungan di mana pemilih kurang mendapatkan informasi tentang alternatif politik selain dua partai besar.

Selain itu, dalam era media sosial dan internet, algoritma platform media sosial sering kali memperkuat bias yang ada dengan menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna. Akibatnya, pemilih sering kali terjebak dalam "gelembung informasi" di mana mereka hanya melihat pandangan yang sejalan dengan partai politik yang mereka dukung, dan tidak terbuka terhadap ide-ide dari partai kecil.

EIBEN HEIZIER I HISTORY.COM I USHISTORY.ORG I BRITANNICA

Pilihan Editor: Profil JD Vance, Calon Wakil Presiden Amerika Serikat Pendamping Donald Trump

Berita terkait

Polisi Tangkap Tersangka Percobaan Pembunuhan Kedua Donald Trump

9 jam lalu

Polisi Tangkap Tersangka Percobaan Pembunuhan Kedua Donald Trump

David Aronberg, jaksa negara bagian Palm Beach County, mengonfirmasi tersangka percobaan pembunuhan Donald Trump adalah Ryan Wesley Routh.

Baca Selengkapnya

Aktivis AS Bakar Diri Dekat Konsulat Israel, Protes Genosida di Gaza

10 jam lalu

Aktivis AS Bakar Diri Dekat Konsulat Israel, Protes Genosida di Gaza

Seorang aktivis AS bakar diri di depan Konsulat Israel di Boston, Amerika Serikat sebagai protes terhadap genosida di Gaza

Baca Selengkapnya

Donald Trump Kembali Selamat dari Percobaan Pembunuhan

14 jam lalu

Donald Trump Kembali Selamat dari Percobaan Pembunuhan

Anggota secret service telah melihat dan melumpuhkan seseorang yang membawa senjata di dekat area tempat Donald Trump bermain golf

Baca Selengkapnya

Soal Artis Maju Pilkada 2024, Akademikus: Popularitas Saja Belum Cukup Jadi Modal Politik

1 hari lalu

Soal Artis Maju Pilkada 2024, Akademikus: Popularitas Saja Belum Cukup Jadi Modal Politik

Pengamat menilai banyaknya artis yang jadi calon kepala daerah pada Pilkada 2024 membuktikan parpol gagal mencetak kader berkualitas.

Baca Selengkapnya

Perbandingan Jumlah Kementerian di Indonesia, AS, Rusia, dan India

1 hari lalu

Perbandingan Jumlah Kementerian di Indonesia, AS, Rusia, dan India

Penambahan kementerian di Kabinet Prabowo menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah kementerian terbanyak di dunia.

Baca Selengkapnya

Capres AS Kamala Harris Mengaku Punya Pistol, Ungkap Alasannya

1 hari lalu

Capres AS Kamala Harris Mengaku Punya Pistol, Ungkap Alasannya

Kamala Harris membuat pengakuan mengejutkan bahwa ia memiliki senjata api. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Wapres dan Menlu Turki Hadiri Pemakaman Aktivis yang Dibunuh oleh Israel di Tepi Barat

2 hari lalu

Wapres dan Menlu Turki Hadiri Pemakaman Aktivis yang Dibunuh oleh Israel di Tepi Barat

Para pejabat Turki dan tokoh-tokoh dari berbagai spektrum politik berkumpul untuk menghormati pemakaman aktivis Turki-Amerika Aysenur Ezgi Eygi

Baca Selengkapnya

Aysenur Ezgi Eygi yang Ditembak Mati Israel di Tepi Barat Dimakamkan Hari Ini di Turki

2 hari lalu

Aysenur Ezgi Eygi yang Ditembak Mati Israel di Tepi Barat Dimakamkan Hari Ini di Turki

Para pelayat berkumpul di barat daya Turki pada Sabtu 14 September 2024 untuk menghadiri pemakaman Aysenur Ezgi Eygi

Baca Selengkapnya

Kata Pengamat soal Tantangan Anies Baswedan Mau Dirikan Partai Politik

2 hari lalu

Kata Pengamat soal Tantangan Anies Baswedan Mau Dirikan Partai Politik

Pengamat menjelaskan sejumlah tantangan bagi Anies Baswedan dalam mendirikan partai politik.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Terang-terangan Jual Senjata ke Israel Senilai Rp 2,5 Triliun, Bagaimana Faktanya

2 hari lalu

Amerika Serikat Terang-terangan Jual Senjata ke Israel Senilai Rp 2,5 Triliun, Bagaimana Faktanya

Belum lama ini, Pemerintahan Joe Biden disebut akan jual peralatan militer ke Israel senilai Rp 2,5 triliun, bagaimana fakta aksi Amerika Serikat ini?

Baca Selengkapnya