Kongsi Dua Menteri Israel Sayap Kanan Pecah, Smotrich Kecam Ben-Gvir
Editor
Ida Rosdalina
Senin, 1 Juli 2024 11:00 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perpecahan di dalam tubuh pemerintah Israel semakin dalam seiring dengan meletusnya perang kata-kata antara Menteri Kepolisian Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich. Pada Minggu, 30 Juni 2024, Ben-Gvir meminta sekutu pemilihannya, Smotrich, untuk menahan diri dari serangan-serangan pribadi. Permohonan ini muncul setelah Smotrich, sesama anggota kabinet sayap kanan, menuduh Ben-Gvir "gagal mengekang kekerasan dalam komunitas Arab Israel."
Berbicara di sebuah konferensi yang disponsori bersama oleh surat kabar nasional-religius Makor Rishon dan Sekolah Tinggi Teknologi Yerusalem, Smotrich menuduh bahwa Iran sedang mencoba untuk mengacaukan "Israel" dengan membanjiri komunitas Arab dengan "ratusan ribu senjata ilegal." Dia juga mengkritik pihak berwenang, dengan menyatakan bahwa mereka "jauh dari melakukan apa yang diperlukan untuk menetralisir risiko ini sebelumnya."
"Dalam hal ini, polisi dan orang yang dipercayakan dengan hal ini telah gagal total," tegasnya, seraya menyatakan bahwa masalah ini "tidak diselesaikan dengan senjata untuk regu keamanan" - sebuah langkah kebijakan utama yang diawasi oleh Ben-Gvir.
"Ketika semua anak kita bersatu di depan, kita harus bersatu dan tidak terseret ke dalam serangan pribadi," jawab Ben-Gvir kepada Smotrich dalam sebuah pernyataan. "Kaum kiri menggosok-gosokkan tangan mereka dengan gembira karena kata-kata menteri keuangan."
"Terlepas dari serangan dari sayap kiri dan, sayangnya, juga dari mitra kami, kami akan melanjutkan proyek regu keamanan" dan distribusi senjata kepada para pemukim, mengacu pada persetujuan lebih dari 100.000 lisensi senjata sejak 7 Oktober.
Sekutu Berubah Jadi Musuh
Selain mengecam Ben-Gvir, Smotrich membela keputusan pemerintah untuk melegalkan beberapa pos di Tepi Barat dan menjatuhkan sanksi terhadap Otoritas Palestina. Dia menjelaskan bahwa tindakannya itu bertujuan untuk mencegah berdirinya negara Palestina, yang menurutnya akan menimbulkan "bahaya eksistensial langsung bagi Negara Israel."
"Rezim Iran memiliki rencana yang teratur untuk menghancurkan Negara Israel secara konvensional," katanya, seraya menekankan bahwa negara Palestina di Tepi Barat akan "melipatgandakan Gaza 20 kali lipat dan menempatkannya di wilayah yang secara topografi dan geografis mendominasi seluruh Negara Israel."
"Orang-orang Arab di Tepi Barat dapat mengubah Kfar Saba menjadi Kfar Aza, Ra'anana menjadi Be'eri, Netanya menjadi Nahal Oz, dan Tel Aviv menjadi Sderot dalam hitungan jam," tambah Smotrich, sambil mengecam para politisi seperti Benny Gantz dan Gadi Eisenkot, yang ia tuduh mendesak kembalinya Otoritas Palestina ke Jalur Gaza.