TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok militan asal Lebanon, Hizbullah, mengatakan telah menembakkan lusinan roket Katyusha ke markas besar militer di Israel utara. Penembakan roket ini sebagai tanggapan atas serangan Israel yang menargetkan desa-desa di Lebanon selatan.

Sejak serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang memicu perang di Gaza, hampir setiap hari terjadi baku tembak lintas batas antara tentara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran.

Ketika ketegangan Israel-Iran berada pada titik tertinggi sepanjang masa, kelompok militan Syiah Lebanon semakin mengintensifkan serangannya terhadap sasaran militer Israel di seberang perbatasan. Sebuah pernyataan Hizbullah mengatakan mereka telah membombardir markas Brigade Infanteri ke-3 dari Divisi 91 di Pangkalan Ein Zeitim dengan puluhan roket Katyusha.

Hal ini sebagai respons terhadap serangan Israel terhadap "desa-desa di selatan dan rumah-rumah warga sipil, yang terbaru di Srifa, Odaisseh dan Rab Tlatin. Kantor Berita Nasional resmi Lebanon (NNA) melaporkan serangan Israel di tiga desa tersebut pada hari Senin.

Militer Israel mengatakan Hizbullah meluncurkan 35 roket yang diidentifikasi melintasi dari Lebanon ke daerah Ein Zeitim di Israel utara. Tidak ada korban luka akibat peristiwa tersebut.

Sejak 7 Oktober, setidaknya 376 orang telah tewas di Lebanon, sebagian besar adalah pejuang Hizbullah tetapi juga 70 warga sipil. Israel mengatakan 10 tentara dan delapan warga sipil tewas di sisi perbatasannya.

Sejak awal perang antara Israel - Hizbullah, korban jiwa terus meningkat di kedua belah pihak. Di Lebanon, setidaknya 376 orang telah tewas yang sebagian besar pejuang Hizbullah. Sebanyak 70 orang lainnya adalah warga sipil. Di pihak Israel, 10 tentara dan delapan warga sipil tewas.

Ketegangan antara Israel dan Iran terus meningkat. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani memperingatkan bahwa kesalahan lebih lanjut yang dilakukan Israel akan memicu respons yang lebih keras dan tegas dari Iran.

AL ARABIYA

Pilihan editor: 10 Negara Paling Tidak Aman di Dunia, Indonesia Termasuk?