Telegram Diduga Digunakan untuk Rekrut Orang Bersenjata dalam Penembakan Moskow

Kamis, 28 Maret 2024 19:29 WIB

Seorang tersangka penyerangan penembakan di tempat konser Balai Kota Crocus dikawal di dalam pengadilan distrik Basmanny di Moskow, Rusia 24 Maret 2024. REUTERS/Shamil Zhumatov

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Rusia atau Kremlin meminta pemilik Telegram Pavel Durov untuk lebih berhati-hati, setelah aplikasi pesan tersebut diduga digunakan untuk membantu merekrut orang-orang bersenjata yang menyerang gedung konser Balai Kota Crocus di luar Moskow pekan lalu.

Saat ini tidak ada rencana untuk memblokir Telegram di Rusia, kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov, namun Durov harus lebih memperhatikan fakta bahwa jejaring sosial ini telah digunakan oleh teroris.

“Tidak, tidak ada rencana seperti itu saat ini,” kata Peskov kepada saluran SHOT Telegram ketika ditanya apakah Rusia berencana memblokir Telegram, dikutip oleh TASS pada Jumat, 28 Maret 2024.

“Tetapi, tentu saja, kami mengharapkan Pavel Durov untuk lebih memperhatikan fakta bahwa sumber daya unik dan fenomenal ini, yang telah matang di hadapan generasi kita, semakin menjadi alat di tangan para teroris – digunakan untuk tujuan teroris,” katanya.

Telegram sekarang berbasis di Dubai sejak 2017, didirikan oleh Durov yang meninggalkan Rusia pada 2014 setelah kehilangan kendali atas perusahaan sebelumnya. Mengutip majalah Forbes, dia menolak bekerja sama dengan dinas rahasia Rusia dan memberikan data terenkripsi dari pengguna jejaring sosial pertamanya.

Pria berusia 39 tahun itu merupakan kelahiran Rusia yang tinggal di Dubai dan memiliki kewarganegaraan ganda yaitu Uni Emirat Arab dan Prancis. Durov diperkirakan memiliki kekayaan US$15,5 miliar oleh Forbes.

Aplikasinya, yang gratis untuk digunakan, bersaing dengan aplikasi pesan lainnya seperti WhatsApp milik Facebook. Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022, Telegram telah menjadi sumber informasi penting namun juga tempat tersebarnya disinformasi terkait konflik tersebut.

Kantor berita pemerintah Rusia RIA mengatakan para penyerang gedung konser Moskow direkrut melalui saluran radikal di Telegram milik kelompok Negara Islam Khorasan (ISIS-K).

Meski ISIS-K telah mengklaim tanggung jawab, Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Ukraina terlibat dalam penembakan. Dalam pidatonya pada akhir pekan lalu, ia berkata bahwa para pelaku mencoba bergerak menuju Ukraina, di mana telah dipersiapkan “celah” agar mereka dapat melintasi perbatasan.

Kremlin juga mengaku tidak percaya bahwa ISIS-K merupakan pelaku penembakan tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pada Rabu, 27 Maret 2024 bahwa “sangat sulit dipercaya” ISIS-K memiliki kapasitas untuk melancarkan serangan tersebut, yang menewaskan setidaknya 143 orang.

REUTERS | TASS

Pilihan editor: Nahkoda Sempat Minta Bantuan sebelum Kapal Menabrak Jembatan Francis Scott Key

Berita terkait

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

42 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

Login ke Telegram Bisa Tanpa Sinyal, Waspadai Bahayanya

43 hari lalu

Login ke Telegram Bisa Tanpa Sinyal, Waspadai Bahayanya

Skema login baru membuat Telegram bisa diakses di luar daerah bersinyal. Namun, di baliknya ada risiko peretasan.

Baca Selengkapnya

Putin Sebut Kelompok Islam Radikal di Balik Serangan Moskow

44 hari lalu

Putin Sebut Kelompok Islam Radikal di Balik Serangan Moskow

Putin menyatakan penembakan massal di Moskow dilakukan oleh kelompok Islam radikal, namun tetap ada hubungannya dengan Ukraina.

Baca Selengkapnya

Kisah Heroik Islam Khalilov, Remaja 15 Tahun Selamatkan 100 Orang dalam Penembakan Moskow

44 hari lalu

Kisah Heroik Islam Khalilov, Remaja 15 Tahun Selamatkan 100 Orang dalam Penembakan Moskow

Seorang remaja berusia 15 tahun berhasil menyelamatkan 100 nyawa dalam penembakan massal di Moskow, Jumat pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Profil 4 Tersangka Penembakan Massal di Moskow, Terancam Penjara Seumur Hidup

44 hari lalu

Profil 4 Tersangka Penembakan Massal di Moskow, Terancam Penjara Seumur Hidup

Korban penembakan di Moskow bertambah menjadi 137 orang. Berikut profil empat tersangka.

Baca Selengkapnya

Cerita Shobur Membangun Jaringan Pornografi Anak Lintas Negara di Grup Telegram

52 hari lalu

Cerita Shobur Membangun Jaringan Pornografi Anak Lintas Negara di Grup Telegram

Terpidana kasus jaringan pornografi anak Muhamad Shobur menceritakan bagaimana ia membuat jaringan pornografi anak melalui aplikasi Telegram.

Baca Selengkapnya

Puncak Gunung Es Pornografi Anak di Indonesia, Terbongkar Karena Informasi dari FBI

52 hari lalu

Puncak Gunung Es Pornografi Anak di Indonesia, Terbongkar Karena Informasi dari FBI

Kasus pornografi anak di Indonesia ibarat puncak gunung es yang melibatkan jaringan internasional. Terbongkar setelah ada informasi dari FBI.

Baca Selengkapnya

Polisi Ungkap Kode Transaksi Jual Beli Konten Pornografi Anak di Media Sosial

52 hari lalu

Polisi Ungkap Kode Transaksi Jual Beli Konten Pornografi Anak di Media Sosial

Terdapat kode khususn yang diberikan saat seorang pelaku ingin membeli konten video pornografi anak.

Baca Selengkapnya

Kasus Pornografi Anak Laki-laki di Bawah Umur, Polres Bandara Soekarno-Hatta Temukan 3.870 Video

24 Februari 2024

Kasus Pornografi Anak Laki-laki di Bawah Umur, Polres Bandara Soekarno-Hatta Temukan 3.870 Video

Polres Bandara Soekarno-Hatta menemukan sebanyak 3.870 video dan 1.245 foto bermuatan pornografi anak laki-laki.

Baca Selengkapnya

Polres Bandara Soekarno-Hatta Ungkap Jual Beli Video Porno Diperankan Anak Indonesia ke Jaringan lnternasional

24 Februari 2024

Polres Bandara Soekarno-Hatta Ungkap Jual Beli Video Porno Diperankan Anak Indonesia ke Jaringan lnternasional

"Pak Kapolres Berto terima adalah adanya video porno atau konten pornografi yang diduga di dalamnya anak anak Indonesia sebagai pemeran."

Baca Selengkapnya