Prioritaskan Karir, Populasi Lajang di Cina 239 Juta Jiwa

Reporter

Tempo.co

Jumat, 8 Maret 2024 16:00 WIB

Seorang wanita memegang akta nikahnya saat pasangan berpartisipasi dalam pernikahan massal yang dipentaskan, yang diselenggarakan sebagai bagian dari acara perjodohan untuk menginspirasi para lajang untuk menikah, di daerah pinggiran kota Shanghai, 18 Mei 2013. REUTERS/Carlos Barria

Chai Wanrou, seorang pekerja paruh waktu, memiliki pemikiran kalau pernikahan adalah sebuah institusi yang tidak adil. Sepeti perempuan muda di Cina lainnya, Chai menjadi bagian dari gerakan hidup melajang tanpa suami dan tanpa anak. Gerakan ini ujian bagi Pemerintah Cina mengingat populasi Cina sekarang anjlok menjadi terbesar kedua dunia dan angka kelahiran bayi di Cina menyentuh rekor terendah dalam sejarah.

“Terlepas apakah Anda bener-benar sukses atau biasa-biasa saja, perempuan tetap menjadi pihak yang harus berkorban paling banyak,” kata Chai, 28 tahun, feminis.

Menurutnya, banyak perempuan yang menikah pada generasi sebelumnya, mereka mengorbankan dirinya, kemajuan karirnya dan ujungnya tidak mendapatkan kebahagiaan yang dijanjikan. Menjalani hidup sendiri saja sekarang ini juga sudah susah.

Advertising
Advertising

Pada tahun lalu, Presiden Cina Xi Jinpin menekankan perlunya memangkas budaya baru soal pernikahan dan beban tanggungan anak. Sebab Cina yang dulunya negara dengan populasi terbesar di dunia, sekarang ada di nomor urut dua.

Bukan hanya itu, Perdana Menteri Cina Li Qiang juga bersumpah akan mengupayakan agar masyarakat Cina tidak khawatir punya anak dengan mendorong penyediaan layanan penitipan anak. Beijing memandang keluarga inti adalah landasan bagi stabilitas sosial dengan perempuan yang tidak menikah terstigmatisasi dan tak mendapatkan banyak tunjangan. Namun sekarang ini, semakin banyak perempuan berpendidikan menghadapi ketidak-nyamanan di tengah tingginya angka pengangguran pada kalangan usia muda dan perekonomian Cina yang menurun sehingga mereka menganut singelisme.

Pada 2021, populasi lajang di Cina sebanyak 239 juta jiwa. Warga Cina yang mendaftarkan pernikahan mereka mengalami kenaikan sedikit pada tahun lalu karena dampak pandemi Covid-19 setelah menyentuh rekor terendah dalam sejarah pada 2022. Sebuah survei yang dilakukan Communist Youth League pada 2021 dengan 2.900 responden yang belum menikah dikalangan masyarakat urban menemukan 44 persen perempuan di Cina tak punya rencana untuk menikah.

Menikah masih dianggap tonggak saat masuk kehidupan dewasa seseorang di Cina, namun proporsi orang dewasa di Cina yang menikah masih tetap rendah. Menurut sensus, banyak warga Cina menunda menikah dengan rata-rata 24.89 pada 2010 menjadi 28.67 pada 2020. Di Shanghai, pada tahun lalu angka ini menyentuh 30.6 untuk laki-laki dan 29.2 untuk perempuan.

“Aktivits feminis pada dasarnya tidak diperbolehkan di Cina, namun tidak menikah dan tidak punya anak bisa dikatakan bentuk lain pembangkangan tanpa kekerasan di negara patriarki,” kata Lu Pin, seorang aktivis perempuan yang berkantor di Amerika Serikat.

Sumber: Reuters

Pilihan editor: Hari Perempuan Internasional: Ribuan Perempuan Palestina Dibunuh dan Haknya Dirampas

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

6 jam lalu

Top 3 Dunia: Daftar Orang Terkaya di Singapura dan Korsel, Cina Diminta Bantu Negara Miskin

Top 3 dunia kemarin adalah daftar konglomerat Singapura dan Korsel yang masuk daftar Forbes hingga Cina diminta membantu negara miskin dari utang.

Baca Selengkapnya

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

11 jam lalu

Membawa Kuliner Sichuan ke Jakarta

Menikmati kuliner hotpot dan bbq dari Sichuan, Cina

Baca Selengkapnya

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

19 jam lalu

Cina Minta Israel Berhenti Menyerang Rafah

Beijing menyerukan kepada Israel untuk mendengarkan seruan besar masyarakat internasional, dengan berhenti menyerang Rafah

Baca Selengkapnya

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

20 jam lalu

Cina Perpanjang Kebijakan Bebas Visa ke 12 Negara Usai Xi Jinping Lawatan ke Prancis

Cina memperpanjang kebijakan bebas visa untuk 12 negara di Eropa dan Asia setelah kunjungan kerja Presiden Xi Jinping ke Prancis

Baca Selengkapnya

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

1 hari lalu

Jangan Coba Kasih Tip ke Staf Hotel atau Restoran di Dua Negara Ini, Bisa Dianggap Tak Sopan

Layanan kepada pelanggan di restoran dipandang sebagai bagian dari makanan yang telah dibayar, jadi tak mengharapkan tip.

Baca Selengkapnya

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

1 hari lalu

Jerman Minta Cina Bantu Negara-Negara Miskin yang Terjebak Utang

Kanselir Jerman Olaf Scholz meminta Cina memainkan peran lebih besar dalam membantu negara-negara miskin yang terjebak utang.

Baca Selengkapnya

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

1 hari lalu

Invasi Israel di Rafah, UN Women: 700.000 Perempuan dan Anak Perempuan Palestina dalam Bahaya

UN Women memperingatkan bahwa serangan darat Israel di Rafah, Gaza, akan memperburuk penderitaan 700.000 perempuan dan anak perempuan Palestina

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

2 hari lalu

Jokowi Sebut Impor Produk Elektronik Bikin Defisit hingga Rp 30 Triliun Lebih

Jokowi menyayangkan perangkat teknologi dan alat komunikasi yang digunakan di Tanah Air saat ini masih didominasi oleh barang-barang impor.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

2 hari lalu

Pentingnya Mendukung Perempuan Mengejar Kesempatan di Berbagai Bidang

Masyarakat perlu mendukung perempuan dalam mengejar kesempatan dan kesuksesan di berbagai bidang, termasuk di menjadi pemandu wisata perempuan.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

2 hari lalu

Bamsoet Dorong Peningkatan Peran Politik Perempuan

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, bekerjasama dengan Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) untuk meningkatkan edukasi politik bagi perempuan.

Baca Selengkapnya