Hamas Diperkirakan Bertemu Fatah di Moskow, Ini Agendanya

Reporter

Editor

Ida Rosdalina

Jumat, 1 Maret 2024 03:14 WIB

Pejabat Fatah dan Hamas menunggu pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan perwakilan kelompok dan gerakan Palestina sebagai bagian dari pembicaraan intra-Palestina di Moskow pada 12 Februari 2019. [Pavel Golovkin/Pool via Reuters]

TEMPO.CO, Jakarta - Perwakilan dari faksi politik Palestina, termasuk Hamas dan Fatah, diperkirakan akan bertemu di ibu kota Rusia, Moskow, untuk membahas pembentukan pemerintahan Palestina yang bersatu di tengah perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 30.000 orang.

Yulia Shapovalova dari Al Jazeera, melaporkan dari Moskow, Kamis, 29 Februari 2024, mengatakan bahwa meskipun ada banyak “ketidakpastian”, pertemuan tersebut diperkirakan akan berlangsung selama tiga hari bagi faksi-faksi untuk mengembangkan “strategi terpadu”.

“Rusia sebelumnya telah mengadakan pertemuan serupa, jadi kita tahu bahwa kali ini, ini adalah pertemuan keempat, dan jelas mereka [akan] mencoba membantu mencapai rekonsiliasi antara semua faksi Palestina,” kata Shapovalova.

Menjelang pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Palestina Riad Malki, Rabu, mengatakan bahwa dia tidak mengharapkan “keajaiban” dari pertemuan tersebut.

“Kami berharap ada hasil yang baik dalam hal saling pengertian antarsemua faksi tentang perlunya mendukung pemerintahan teknokratis yang akan muncul,” kata Malki.

Advertising
Advertising

“Tentu saja, kami tidak mengharapkan keajaiban terjadi hanya dalam pertemuan sederhana di Moskow, namun saya yakin pertemuan di Moskow harus segera diikuti dengan pertemuan lain di kawasan ini.”

Pertemuan itu terjadi beberapa hari setelah Perdana Menteri Otoritas Palestina (PA) Mohammad Shtayyeh mengumumkan pengunduran diri pemerintahannya, yang memerintah sebagian Tepi Barat yang diduduki. Ia menyebut meningkatnya kekerasan di wilayah pendudukan dan perang di Gaza sebagai alasan di balik pengunduran dirinya.

“Saya melihat bahwa tahap selanjutnya dan tantangan-tantangannya memerlukan pengaturan pemerintahan dan politik baru yang mempertimbangkan realitas baru di Gaza dan perlunya konsensus Palestina-Palestina berdasarkan persatuan Palestina dan perluasan kesatuan otoritas atas tanah Palestina, ”katanya, Senin.

Shtayyeh, yang akan tetap menjabat sebagai pejabat sementara sampai perdana menteri baru diumumkan, mengatakan pemerintahan baru perlu mempertimbangkan kenyataan yang muncul di Gaza setelah lima bulan pengeboman intensif Israel.

Namun pengunduran dirinya menandakan perubahan yang menggarisbawahi keinginan Presiden Mahmoud Abbas untuk memastikan PA mempertahankan klaimnya atas kepemimpinan seiring meningkatnya tekanan internasional untuk menghidupkan kembali upaya pembentukan negara Palestina.

Namun, Otoritas Palestina, yang dibentuk 30 tahun lalu sebagai bagian dari Perjanjian Damai Oslo, mendapat kritik luas mengenai efektivitasnya, dan para pemimpinnya hanya mempunyai sedikit kekuatan praktis. Otoritas ini sangat tidak populer di kalangan warga Palestina.

Namun Malki, yang berbicara di sela-sela Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, mengatakan pengunduran diri pemerintah dirancang untuk mencegah mitra internasional mengatakan bahwa Otoritas Palestina tidak bekerja sama.

“Kami ingin menunjukkan kesiapan kami… untuk terlibat dan bersiap, hanya agar tidak dianggap sebagai hambatan dalam penerapan proses apa pun yang harus dilakukan lebih jauh,” katanya.

Israel pernah mengatakan tidak akan menerima Otoritas Palestina untuk memerintah Gaza setelah perang dan berjanji untuk “menghancurkan” Hamas setelah serangannya pada 7 Oktober, yang menewaskan 1.139 warga Israel.

Dalam lima bulan perang, sekitar 30.000 warga sipil Palestina telah terbunuh dalam respons Israel terhadap serangan tersebut, Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan.

AL JAZEERA

Pilihan Editor: Menjelang Pilpres, Putin Berpidato di Depan Parlemen, Ini Poin-poin Pentingnya

Berita terkait

Militer Israel Kepung Gaza dari Utara Hingga Selatan, Kondisi Warga Palestina Semakin Sulit

49 menit lalu

Militer Israel Kepung Gaza dari Utara Hingga Selatan, Kondisi Warga Palestina Semakin Sulit

Pasukan Israel menyerbu jauh ke dalam reruntuhan di tepi utara Gaza , di saat bersamaan tank dan tentara Israel menerobos jalan raya menuju Rafah

Baca Selengkapnya

Shin Bet Selidiki Kegagalan Keamanannya dalam Serangan 7 Oktober: Seharusnya Bisa Dicegah

3 jam lalu

Shin Bet Selidiki Kegagalan Keamanannya dalam Serangan 7 Oktober: Seharusnya Bisa Dicegah

Kepala Shin Bet Ronan Bar mengakui Shin Bet gagal memberikan payung keamanan kebanggaannya bagi Israel dalam serangan 7 Oktober.

Baca Selengkapnya

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

3 jam lalu

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

Antony Blinken memperingatkan serangan Israel bisa memicu sebuah pemberontakan.

Baca Selengkapnya

Ketua Partai di Palestina Tewas dalam Serangan Israel di Kota Gaza

3 jam lalu

Ketua Partai di Palestina Tewas dalam Serangan Israel di Kota Gaza

Anggota politbiro Front Demokratik Palestina untuk Pembebasan Palestina (DFLP) dilaporkan tewas dalam serangan udara Israel di Kota Gaza.

Baca Selengkapnya

Korea Utara Dukung Resolusi PBB untuk Keanggotaan Palestina

4 jam lalu

Korea Utara Dukung Resolusi PBB untuk Keanggotaan Palestina

Korea Utara pada Ahad mendukung resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberikan "hak dan keistimewaan" kepada Palestina

Baca Selengkapnya

Jelang 76 Tahun Nakba, Palestina Rilis Laporan Kekejaman Israel

4 jam lalu

Jelang 76 Tahun Nakba, Palestina Rilis Laporan Kekejaman Israel

Jelang 76 tahun Nakba, Palestina merilis laporan mengenai kematian, penahanan, dan pembangunan permukiman ilegal yang dilakukakukan Israel

Baca Selengkapnya

Inilah Daftar 143 Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

5 jam lalu

Inilah Daftar 143 Negara yang Mendukung Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Ada sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota PBB, termasuk Indonesia. Berikut daftarnya.

Baca Selengkapnya

Berkali-kali Konflik dengan Israel, Berapa Jumlah Orang Palestina Saat Ini?

6 jam lalu

Berkali-kali Konflik dengan Israel, Berapa Jumlah Orang Palestina Saat Ini?

Menurut Biro Statistik Palestina, jumlah orang Palestina di wilayah pendudukan dan di luar negeri meningkat sepuluh kali lipat sejak Nakba 1948.

Baca Selengkapnya

Recep Tayyip Erdogan Menilai Amerika Serikat dan Eropa Masih Kurang Tegas terhadap Israel

9 jam lalu

Recep Tayyip Erdogan Menilai Amerika Serikat dan Eropa Masih Kurang Tegas terhadap Israel

Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan mengkritik respons Amerika Serikat dan Eropa masih kurang tegas terhadap Israel.

Baca Selengkapnya

UEA Murka Namanya Dicatut Netanyahu untuk Kelola Gaza

13 jam lalu

UEA Murka Namanya Dicatut Netanyahu untuk Kelola Gaza

Israel menyebut nama UEA untuk mengelola Gaza setelah perang selesai dengan Hamas.

Baca Selengkapnya