Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh Mengundurkan Diri

Senin, 26 Februari 2024 20:30 WIB

PM Palestina Mohammad Shtayyeh. Reuters

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina Mohammad Shtayyeh resmi mengundurkan diri. Shtayyeh pada Senin, 26 Februari 2024, mengatakan telah mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Mahmoud Abbas.



“Saya menyampaikan pengunduran diri pemerintah kepada Presiden Mahmoud Abbas pada 20 Februari 2024 dan hari ini saya menyampaikannya secara tertulis,” ujarnya dalam sebuah pernyataan kepada kabinet seperti dilansir media Palestina WAFA.


Pengunduran dirinya masih harus diterima oleh Abbas, yang mungkin akan memintanya untuk tetap menjabat sebagai pengurus sampai pengganti permanen ditunjuk. Keputusan tersebut diambil Shtayyeh di tengah pembombardiran Israel di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 dan eskalasi kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.



“Hal ini terjadi mengingat apa yang dihadapi rakyat Palestina, perjuangan Palestina kita, dan sistem politik kita dari serangan yang ganas dan belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya.



Dia menyebut Palestina sedang menghadapi genosida, upaya pemindahan paksa, kelaparan di Gaza, intensifikasi kolonialisme, terorisme penjajah, dan invasi berulang-ulang ke wilayah Palestina.Politikus yang telah menjabat perdana menteri sejak 2019 itu menambahkan Palestina juga menghadapi pendudukan kembali wilayahnya, pencekikan keuangan, upaya untuk melikuidasi badan bantuan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), penolakan terhadap semua perjanjian yang ditandatangani, aneksasi bertahap atas tanah Palestina, dan upaya untuk menjadikan Otoritas Nasional Palestina sebagai otoritas administratif keamanan tanpa konten politik.

Advertising
Advertising



“Kami akan tetap berkonfrontasi dengan pendudukan, dan Otoritas Palestina akan terus berjuang mendirikan negara di tanah Palestina,” kata dia.


Tahap selanjutnya di Palestina, menurut Shtayyeh, memerlukan pengaturan pemerintahan dan politik baru yang mempertimbangkan realitas di Gaza, perundingan persatuan nasional, dan “kebutuhan mendesak akan konsensus antar-Palestina”.

Otoritas Palestina, yang dibentuk 30 tahun lalu berdasarkan Perjanjian Oslo, menjalankan pemerintahan terbatas di sebagian wilayah Tepi Barat yang diduduki, namun kehilangan kekuasaan di Gaza setelah perselisihan dengan Hamas pada 2007. Fatah, faksi yang mengendalikan Otoritas Palestina, telah melakukan upaya untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas mengenai pemerintahan persatuan. Keduanya akan bertemu di Moskow, Rusia pada Rabu, 28 Februari 2024.



REUTERS | WAFA

Pilihan editor: UNRWA Ingatkan Gaza Kekurangan Air Bersih dan Sampah Menumpuk

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Berita terkait

Warga Israel Blokir Bantuan Makanan untuk Warga Gaza, Isinya Dirusak

35 menit lalu

Warga Israel Blokir Bantuan Makanan untuk Warga Gaza, Isinya Dirusak

Warga Israel yang marah menyerang truk bantuan berisi bahan makanan untuk pengungsi di Gaza. Mereka

Baca Selengkapnya

Gilad Erdan Dubes Israel Sobek Salinan Piagam PBB Usai Voting Status Palestina, Ini Profilnya

3 jam lalu

Gilad Erdan Dubes Israel Sobek Salinan Piagam PBB Usai Voting Status Palestina, Ini Profilnya

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan merobek salinan Piagam PBB, memprotes pemungutan suara resolusi yang mendukung keanggotaan penuh Palestina.

Baca Selengkapnya

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

4 jam lalu

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

Sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB, 9 negara menolak dan 25 negara lain abstain. Apa alasan mereka menolak?

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

5 jam lalu

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gedung Putih membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Warga Palestina yang tewas di Gaza sudah lebih dari 35.000 orang.

Baca Selengkapnya

Donor Internasional Janjikan Bantuan Lebih dari Rp32 Triliun untuk Gaza

7 jam lalu

Donor Internasional Janjikan Bantuan Lebih dari Rp32 Triliun untuk Gaza

Sebuah konferensi donor internasional di Kuwait menjanjikan bantuan lebih dari US$2 miliar atau sekitar Rp32 triliun ke Gaza

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Pasien Penerima Transplantasi Ginjal Babi Hasil Rekayasa Meninggal

9 jam lalu

Top 3 Dunia; Pasien Penerima Transplantasi Ginjal Babi Hasil Rekayasa Meninggal

Top 3 dunia pada 13 Mei 2024, di antaranya berita pasien penerima transplantasi ginjal babi hasil rekayasa genetika pertama meninggal

Baca Selengkapnya

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

10 jam lalu

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza

Baca Selengkapnya

UNRWA Mencatat 360 Ribu Warga Tinggalkan Rafah

17 jam lalu

UNRWA Mencatat 360 Ribu Warga Tinggalkan Rafah

Jumlah warga Palestina yang terpaksa meninggalkan Rafah karena serangkaian serangan militer Israel meningkat menjadi 360 ribu orang.

Baca Selengkapnya

Militer Israel Kepung Gaza dari Utara Hingga Selatan, Kondisi Warga Palestina Semakin Sulit

18 jam lalu

Militer Israel Kepung Gaza dari Utara Hingga Selatan, Kondisi Warga Palestina Semakin Sulit

Pasukan Israel menyerbu jauh ke dalam reruntuhan di tepi utara Gaza , di saat bersamaan tank dan tentara Israel menerobos jalan raya menuju Rafah

Baca Selengkapnya

Shin Bet Selidiki Kegagalan Keamanannya dalam Serangan 7 Oktober: Seharusnya Bisa Dicegah

20 jam lalu

Shin Bet Selidiki Kegagalan Keamanannya dalam Serangan 7 Oktober: Seharusnya Bisa Dicegah

Kepala Shin Bet Ronan Bar mengakui Shin Bet gagal memberikan payung keamanan kebanggaannya bagi Israel dalam serangan 7 Oktober.

Baca Selengkapnya