Wartawan New York Times Loloskan Diri Sekapan Taliban
Minggu, 21 Juni 2009 10:40 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta: Wartawan New York Times, David Rohde, berhasil meloloskan diri dari sekapan Taliban yang sudah tujuh bulan menahan di Afganistan dan Pakistan dengan memanjat dinding. Rohde lolos bersama wartawan lokal Tahir Ludin tapi sopir mereka, Asadullah Mangal, tidak ikut lolos.
Rohde terbang ke Afganistan pada November silam. Ia hendak menulis buku tentang sejarah keterlibatan negerinya, Amerika Serikat, di Afganistan. Saat itu ia ditawari wawancara seorang panglima Taliban di Provinsi Logar, pinggiran Kabul.
Rohde, yang pernah 10 hari disekap tentara Serbia saat membuat laporan bukti pembantaian ribuan muslim di Srebrenica, Bosnia, pada 1995, sudah berjaga-jaga terhadap kemungkinan buruk. Ia sudah memberi pesan kepada kantor New York Times di Kabul, siapa saja yang dihubungi jika ia tidak kembali.
Nasib buruk mendatangi mereka. Taliban menangkap pada 10 November tahun lalu di pinggiran Kabul, Afganistan. Para penangkap ini kemudian membawa mereka menyeberang ke wilayah Pakistan, di provinsi Waziristan Utara, yang berjarak hanya sekitar 160 kilometer dari sana.
Di sekitar waktu penculikan Rohde, wartawan Kanada dan wartawan Belanda juga diculik di pinggiran Kabul. Tapi kedua wartawan itu dilepas hanya setelah sebulan disekap.
Tapi Rohde, mungkin karena warga negara Amerika, tidak juga dilepas. Rohde dan Ludin berhasil meloloskan diri dengan memanjat dinding komplek tempatnya disekap pada Jumat (19/6). Mereka berdua segera menuju sebuah pos tentara perbatasan Pakistan dan Sabtu (20/6) mereka diterbangkan ke pangkalan Amerika Serikat di Bagram, pinggiran Kabul, Afganistan.
Laporan saat ini menyatakan Rohde dalam keadaan baik-baik saja, sedang Ludin cedera kaki saat meloloskan diri. Ludin sendiri adalah wartawan Afganistan. Ia menjadi "fixer", wartawan yang bertugas membantu wartawan asing di tempatnya. Sedang sopirnya, Mangal, adalah pemilik mobil sewaan. Ia biasa disewa Ludin.
Penyekapan Rohde ini tidak diberitakan di media Barat atas permintaan New York Times. Koran berpengaruh di Amerika Serikat itu meminta kabar penyekapan tidak disebarkan agar posisi Rohde lebih buruk.
Redaktur Pelaksana New York Times, Bill Keller, mengatakan bahwa permintaan agar penyekapan ini tidak diberitakan, dinasehatkan oleh pihak pemerintah. Pihak New York Times dan keluarga Rohde juga menolak menjelaskan dengan rinci soal penyekapan, agar kasusnya tidak dipelajari para penculik lain.
Rohde, di kalangan rekan sekantor, dikenal biasa berpakaian sederhana tapi rapi. Seringkali disertai topi tim bisbol kesayangan, Boston Red Sox. Ia juga biasa berbicara lembut, tidak suka membualkan pengalamannya di medan perang sebagai wartawan. Ia lebih suk menyimpan ceritanya sebagai wartawan perang dalam berita atau buku.
Rohde memulai karir jurnalistik dengan bergabung the Christian Science Moniter--koran yang terkenal karena tulisan dalam dan ficer-ficernya tapi sekarang tidak lagi terbit--pada pertengahan 1990-an.
Christian Science Monitor mengirimnya ke Balkan yang saat itu sedang diguncang perpecahan Yugoslavia. Laporannya adalah termasuk yang pertama menceritakan kekejian Serbia di Srebrenica.
Rohde menjadi wartawan Barat pertama yang menyusup ke wilayah Bosnia Serbia untuk mencari bukti kuburan massal kaum muslim. Ia melihat jejak awal di sebuah lapangan sepakbola: di sana melihat darah dan kotoran manusia--tanda-tanda kemungkinan para tawanan muslim Bosnia dibantai Serbia.
Ia juga melihat bekas jejak roda buldoser ke kotak tanah merah di lapangan itu. Ia juga melihat kotak peluru kosong serta sebuah kaki manusia yang membusuk.
Tapi Rohde merasa bukti ini tidak terlalu kuat untuk menunjukkan terjadi pembantaian massal. Jadi, ia nekat menyusup sendirian di wilayah Bosnia Serbia.
"Saya mendapat email panjang yang mengatakan ia tidak bisa diam melihat pembantaian itu dibiarkan saja, jadi ia kembali untuk mencari bukti lebih banyak," kata redakturnya di Monitor saat itu, Faye Bowers.
Tidak berapa lama, saat ia menemukan kuburan massal lain dan memotret tumpukan baju serta tulang manusia di dekat sebuah dam, ia dilihat oleh seorang pengawas.
Ia pun ditangkap pihak Bosnia Serbia pada akhir November 1995. Rohde akhirnya lepas setelah 10 hari dipenjara. Dalam penjara itu, ia terus-menerus diinterogasi dan dipaksa tidak tidur.
Para redaktor Monitor dan keluarga Rohde beramai-ramai datang ke Dayton, Ohio, tempat perundingan damai Bosnia dilangsungkan. Mereka meminta diplomat Amerika membebaskan Rohde.
Berita yang ia buat itu membuatnya meraih hadiah tertinggi jurnalistik Amerika Serikat, Pulitzer, pada 1996. Ia juga menulis buku hasil investigasinya itu yakni "Endgame: The Betrayal and Fall of Srebrenica."
AP/NYT/NURKHOIRI