Korut Makin Gila, Uji Coba Senjata Nuklir Bawah Air untuk Protes AS Cs

Reporter

Tempo.co

Jumat, 19 Januari 2024 17:18 WIB

Rudal balistik antarbenua Hwasong-17 dipamerkan dalam parade militer untuk menandai peringatan 90 tahun berdirinya Tentara Revolusioner Rakyat Korea di Pyongyang, Korea Utara, pada April 26, 2022. Korea Utara akan mempercepat pengembangan persenjataan nuklirnya, kata pemimpin Kim Jong Un saat mengawasi parade militer besar-besaran yang menampilkan rudal balistik antarbenua (ICBM) dan senjata lainnya. KCNA via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara atau Korut telah melakukan uji coba sistem senjata nuklir bawah airnya sebagai protes terhadap latihan militer gabungan yang dilakukan Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang pada pekan ini. Menurut media pemerintah KCNA pada Jumat, 19 Januari 2024 mengatakan uji coba sistem "Haeil-5-23", nama yang diberikan Korea Utara untuk drone serangan bawah air berkemampuan nuklir, dilakukan oleh lembaga Kementerian Pertahanan di perairan lepas pantai timur.

Juru bicara kementerian pertahanan Korut yang tidak disebutkan namanya menuduh Amerika Serikat, Korea Selatan dan Jepang menjadi panik dengan latihan militer. Korea Utara memperingatkan konsekuensi bencana karena latihan gabungan itu.

Angkatan laut ketiga negara mengadakan latihan reguler selama tiga hari hingga Rabu, bersama dengan kapal induk AS Carl Vinson. Latihan digelar sebagai bagian dari upaya untuk menanggapi ancaman nuklir dan rudal Pyongyang yang terus berkembang.

“Postur perlawanan berbasis nuklir bawah air tentara kami semakin disempurnakan dan berbagai tindakan responsif maritim dan bawah air akan terus menghalangi manuver militer angkatan laut AS dan sekutunya,” kata juru bicara Kementerian Korea Utara dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh KCNA.

Televisi pemerintah Korea Utara telah menayangkan uji coba ledakan atmosfer sebelumnya, yang telah dipantau oleh otoritas AS dan Korea Selatan. Namun belum jelas senjata bawah air yang digunakan oleh Korea Utara itu.

Advertising
Advertising

Dijuluki "Haeil", yang berarti tsunami, sistem drone baru ini dilaporkan pertama kali diuji pada Maret 2023. Media pemerintah mengatakan bahwa drone tersebut dimaksudkan untuk melakukan serangan diam-diam di perairan musuh dan menghancurkan penyerang di laut dan pelabuhan operasional utama. Caranya dengan menciptakan gelombang radioaktif besar melalui ledakan bawah air.

Uji coba bawah air terbaru dilaporkan terjadi beberapa hari setelah Korut atau Korea Utara menembakkan rudal hipersonik berbahan bakar padat jarak menengah baru. Rudal hipersonik ini diprotes oleh AS, Korea Selatan dan Jepang sebagai pelanggaran serius terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB.

Utusan nuklir ketiga sekutu tersebut berkumpul di Seoul pada hari Kamis. Ketiga negara itu juga mengutuk perdagangan senjata Pyongyang dengan Rusia. Korea Utara juga terus menunjukkan kedekatan dengan Rusia. Beberapa waktu lalu, menteri luar negeri Korea Utara mengunjungi Moskow dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin.

REUTERS

Berita terkait

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

8 jam lalu

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

Mantan pilot Marinir AS yang menentang ekstradisi dari Australia, tanpa sadar bekerja dengan seorang peretas Tiongkok, kata pengacaranya.

Baca Selengkapnya

Jepang Gelontorkan Utang Rp14 T, Ini Pengembangan MRT dari Lebak Bulus ke Ancol dan Cikarang ke Balaraja

8 jam lalu

Jepang Gelontorkan Utang Rp14 T, Ini Pengembangan MRT dari Lebak Bulus ke Ancol dan Cikarang ke Balaraja

Pemerintah Indonesia dan Jepang menandatangani pertukaran nota pinjaman sekitar Rp14,5 triliun untuk proyek MRT Jalur Timur-Barat.

Baca Selengkapnya

Jaksa Interogasi Pendeta Pemberi Hadiah Tas Mewah Ibu Negara Korea Selatan

9 jam lalu

Jaksa Interogasi Pendeta Pemberi Hadiah Tas Mewah Ibu Negara Korea Selatan

Kejaksaan Korea Selatan menginterogasi pendeta yang diam-diam merekam dirinya menyerahkan tas tangan mewah merk Dior kepada Ibu Negara Kim Keon Hee

Baca Selengkapnya

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

10 jam lalu

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

Antony Blinken memperingatkan serangan Israel bisa memicu sebuah pemberontakan.

Baca Selengkapnya

Jepang Perkenalkan Pemesanan Online untuk Mendaki Gunung Fuji

10 jam lalu

Jepang Perkenalkan Pemesanan Online untuk Mendaki Gunung Fuji

Sistem pemesanan online untuk jalur paling populer Gunung Fuji diumumkan pada Senin 13 Mei 2024 oleh otoritas Jepang

Baca Selengkapnya

Kekayaan Pendiri Google Mencapai Bilangan Kuadriliun, Berapa Triliun?

11 jam lalu

Kekayaan Pendiri Google Mencapai Bilangan Kuadriliun, Berapa Triliun?

Gabungan kekayaan pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin mencapai kuadriliun. Berapa triliun banyaknya?

Baca Selengkapnya

Korea Utara Dukung Resolusi PBB untuk Keanggotaan Palestina

11 jam lalu

Korea Utara Dukung Resolusi PBB untuk Keanggotaan Palestina

Korea Utara pada Ahad mendukung resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa yang memberikan "hak dan keistimewaan" kepada Palestina

Baca Selengkapnya

7 Momen Langka Sidang Majelis Umum PBB Sepanjang Masa: Terbaru Dubes Israel Hancurkan Piagam PBB

13 jam lalu

7 Momen Langka Sidang Majelis Umum PBB Sepanjang Masa: Terbaru Dubes Israel Hancurkan Piagam PBB

Dubes Israel untuk PBB Gilad Erdan mengeluarkan mesin penghancur kertas di podium Sidang Majelis Umum PBB pada Jumat, 10 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Jepang Kucurkan Pinjaman Rp14 Triliun ke Indonesia untuk Proyek MRT Koridor Timur-Barat

14 jam lalu

Jepang Kucurkan Pinjaman Rp14 Triliun ke Indonesia untuk Proyek MRT Koridor Timur-Barat

Jepang dan Kementerian Luar Negeri menandatangani pertukaran nota atau E/N senilai Rp14 triliun untuk Proyek MRT Koridor Timur-Barat

Baca Selengkapnya

Dugaan Pelecehan Seksual, Perempuan Jepang Kurang Berminat Daftar Tentara

17 jam lalu

Dugaan Pelecehan Seksual, Perempuan Jepang Kurang Berminat Daftar Tentara

Jumlah tentara Jepang hanya 9 persen. Beberapa korban mengatakan budaya pelecehan yang mengakar telah membuat perempuan enggan mendaftar ke militer.

Baca Selengkapnya