Nauru Alihkan Hubungan Diplomatik dari Taiwan ke Cina, AS: Janji Beijing Sering Tak Terpenuhi

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Selasa, 16 Januari 2024 14:30 WIB

Republik Nauru. prweb.com

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat mengecam keputusan Nauru memutuskan hubungan dengan Taiwan untuk menjalin keja sama diplomatik dengan Cina dan memperingatkan bahwa janji-janji Beijing sering kali tidak terpenuhi.

Laura Rosenberger, ketua Institut Amerika di Taiwan (AIT) yang berbasis di Virginia, mengatakan kepada wartawan di Taipei bahwa tindakan Nauru “disayangkan” dan Amerika Serikat mendorong semua negara untuk memperluas hubungan dengan Taiwan.

“Meskipun tindakan pemerintah Nauru merupakan keputusan yang berdaulat, namun keputusan tersebut mengecewakan,” katanya, Selasa, 16 Januari 2024.

Pasifik, tempat Nauru berada, telah menjadi sumber persaingan pengaruh antara Washington yang selama ini memandang wilayah tersebut sebagai halaman belakangnya, dan Beijing, yang menargetkan sekutu diplomatik Taiwan di wilayah tersebut.

Cina mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sehingga dianggap tidak memiliki hak untuk menjalin hubungan antar negara, suatu posisi yang ditentang Taiwan.

Advertising
Advertising

Para pejabat AS sebelumnya menyatakan keprihatinannya atas tindakan Cina yang mengurangi sekutu Taiwan, terutama di Amerika Tengah. Setelah Nauru mengakhiri hubungan dengan Taiwan pada hari Senin, hanya dua hari setelah pemilihan presiden di Taiwan, kini tinggal tersisa 12 negara yang secara resmi mengakui pulau tersebut.

“RRC sering memberikan janji-janji sebagai imbalan atas hubungan diplomatik yang pada akhirnya tidak terpenuhi,” kata Rosenberger, merujuk pada Republik Rakyat Cina.

Amerika Serikat mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taipei ke Beijing pada tahun 1979, namun Amerika Serikat merupakan pendukung internasional Taiwan yang paling penting dan pemasok senjata utama.

Pemerintah Taiwan mengatakan Cina secara khusus memilih waktu setelah pemilihan presiden hari Sabtu untuk mengambil tindakan terhadap Nauru.

Ketua Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taiwan, Lai Ching-te, memenangkan pemilu, seperti yang diperkirakan, dan akan menjabat pada tanggal 20 Mei. Menjelang pemilu, Cina berulang kali menyebutnya sebagai separatis yang berbahaya.

Tidak seperti biasanya, pernyataan Nauru menyebutkan Resolusi PBB 2758, yang disahkan pada tahun 1971 dan menyatakan bahwa pemerintah Beijing menggantikan Taipei di kursi PBB di Cina, sebagai alasan atas keputusan tersebut.

Rosenberger mengatakan resolusi tersebut disalahartikan.

“Resolusi PBB 2758 tidak menentukan status Taiwan, tidak menghalangi negara-negara untuk menjalin hubungan diplomatik dengan Taiwan, dan tidak menghalangi partisipasi Taiwan dalam sistem PBB,” katanya.

“Sangat mengecewakan melihat narasi yang menyimpang tentang Resolusi PBB 2758 yang digunakan sebagai alat untuk menekan Taiwan, membatasi suaranya di panggung internasional dan membatasi hubungan diplomatiknya.”

Di Pasifik, hanya Palau, Tuvalu, dan Kepulauan Marshall yang kini memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan.

Rosenberger mengatakan dia memperkirakan upaya AS untuk meningkatkan dan memperluas keterlibatan dengan negara-negara Kepulauan Pasifik akan terus berlanjut.

Pemerintah Taiwan menuduh Cina menawarkan sejumlah besar uang kepada Nauru. Kementerian Luar Negeri Cina tidak menjawab pertanyaan mengenai tuduhan tersebut pada hari Senin, hanya mengatakan bahwa Nauru telah membuat “pilihan yang tepat”.

Dokumen anggaran Nauru menunjukkan dua pertiga pendapatan pemerintah tahun lalu berasal dari biaya yang dibayarkan oleh Australia untuk menjadi tuan rumah pusat pemrosesan pengungsi, yang mulai ditutup pada bulan Juli.

Pendanaan dari Australia untuk pusat tersebut kemungkinan akan berakhir pada tahun 2026, sehingga mempunyai “dampak signifikan terhadap perekonomian Nauru.”

Australia mengatakan pada hari Selasa bahwa pendanaannya untuk pusat pengungsi, yang merupakan bagian penting dari kebijakannya untuk mencegah pencari suaka yang tiba di perairan Australia dengan perahu, tidak berubah.

"Nauru tetap menjadi fasilitas pemrosesan lepas pantai. Pengaturan pendanaan untuk pengelolaan fasilitas tersebut tidak berubah," kata juru bicara Menteri Dalam Negeri Australia Clare O'Neil dalam pernyataannya kepada Reuters.

Menteri Pasifik Australia Pat Conroy mengatakan Australia menghormati keputusan Nauru dan telah diberitahu sebelumnya mengenai pengumuman tersebut, meskipun tidak ada diskusi mengenai keputusan tersebut.

REUTERS

Pilihan Editor Menlu Retno Marsudi Minta Masukan Ahli Hukum Internasional sebelum Bicara di ICJ soal Palestina

Berita terkait

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

8 menit lalu

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

Harrison Mann, perwira Angkatan Darat Amerika Serikat mengumumkan mundur sebagai protes atas dukungan Washington terhadap perang Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

1 jam lalu

Tingkat Perekonomian Indonesia Turun, Ada Dampak dari Perlambatan di Cina

Perlambatan perekonomian di Cina memberi dampak ke Indonesia. Sebab sasaran pasar terbesar untuk kegiatan ekspor komoditas alam berada di Cina

Baca Selengkapnya

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

5 jam lalu

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

Sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB, 9 negara menolak dan 25 negara lain abstain. Apa alasan mereka menolak?

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

6 jam lalu

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gedung Putih membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Warga Palestina yang tewas di Gaza sudah lebih dari 35.000 orang.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

10 jam lalu

Terpopuler: Jokowi Berlakukan Kelas Standar BPJS Kesehatan, Muhammadiyah Tanggapi Bagi-bagi Izin Tambang Ala Bahlil

Terpopuler: Jokowi memberlakukan kelas standar untuk rawat inap pasien BPJS Kesehatan, Muhammadiyah tanggapi bagi-bagi izin tambang untuk Orman.

Baca Selengkapnya

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

11 jam lalu

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza

Baca Selengkapnya

Huawei Vs Amerika: Pura 70 Pro Gunakan Komponen Lokal Cina Lebih Banyak

19 jam lalu

Huawei Vs Amerika: Pura 70 Pro Gunakan Komponen Lokal Cina Lebih Banyak

Smartphone Huawei seri Pura 70 dinilai hampir menjadi simbol kemandirian Cina menghadapi tekanan sanksi dari Amerika. Chip masih titik terlemah.

Baca Selengkapnya

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

19 jam lalu

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

Mantan pilot Marinir AS yang menentang ekstradisi dari Australia, tanpa sadar bekerja dengan seorang peretas Tiongkok, kata pengacaranya.

Baca Selengkapnya

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

21 jam lalu

Antony Blinken Akui Israel Tak Punya Rencana Kredibel untuk Serang Rafah

Antony Blinken memperingatkan serangan Israel bisa memicu sebuah pemberontakan.

Baca Selengkapnya

Kekayaan Pendiri Google Mencapai Bilangan Kuadriliun, Berapa Triliun?

22 jam lalu

Kekayaan Pendiri Google Mencapai Bilangan Kuadriliun, Berapa Triliun?

Gabungan kekayaan pendiri Google Larry Page dan Sergey Brin mencapai kuadriliun. Berapa triliun banyaknya?

Baca Selengkapnya