Israel Gempur Gaza di Hari ke-99, Korban Tewas Hampir 24 Ribu Jiwa

Reporter

Tempo.co

Sabtu, 13 Januari 2024 14:29 WIB

Prosesi pemakaman anggota Bulan Sabit Merah Palestina yang menurut Bulan Sabit Merah, tewas ketika serangan Israel menghantam ambulans, diadakan di Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah, 11 Januari 2024. Palestine Red Crescent Society/Atallah Gaith/via REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Israel menggempur Gaza pada Sabtu 13 Januari 2024 ketika wilayah Palestina menderita dalam situasi kemanusiaan yang mengerikan dan bergulat dengan pemadaman telekomunikasi pada hari ke-99 perang.

Kekhawatiran akan meluasnya konflik semakin meningkat setelah pasukan Amerika dan Inggris menyerang kelompok Houthi yang pro-Hamas di Yaman menyusul serangan terhadap kapal-kapal Laut Merah, dan serangan udara baru Amerika dikonfirmasi pada Sabtu.

Para saksi melaporkan pemboman Israel di Gaza pada Sabtu dini hari, dan seorang jurnalis AFP mengatakan pada Jumat bahwa serangan dan penembakan telah menghantam daerah antara Kota Khan Yunis dan Rafah di selatan Gaza, yang dipenuhi oleh orang-orang yang melarikan diri dari utara.

Semua layanan internet dan telekomunikasi di Gaza terputus pada Jumat akibat pengeboman Israel, kata operator utama Paltel. “Gaza kembali gelap,” katanya dalam sebuah postingan di platform media sosial X.

Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan bahwa gangguan tersebut meningkatkan tantangan dalam “menjangkau mereka yang terluka dan terluka dengan segera.”

Advertising
Advertising

Bombardir Israel yang tiada henti di Gaza telah menewaskan sedikitnya 23.708 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut angka terbaru dari Kementerian Kesehatan pada Jumat.

Perang dimulai ketika Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober, yang mengakibatkan sekitar 1.140 kematian di Israel, separuhnya warga sipil, menurut angka resmi. Kelompok Hamas juga menyandera sekitar 250 orang.

<!--more-->

Pemblokiran Bantuan yang Sistematis

Kepala badan bantuan PBB OCHA untuk wilayah pendudukan Palestina mengatakan bahwa Israel terus-menerus memblokir konvoi bantuan kemanusiaan ke Gaza utara.

“Mereka sangat sistematis dengan tidak mengizinkan kami memberikan bantuan kepada rumah sakit, dan ini merupakan tindakan yang sangat tidak berperikemanusiaan yang bagi saya tidak dapat dipahami,” kata Andrea De Domenico.

Hal ini tidak seperti yang diungkapkan oleh Israel dalam pembelaannya di sidang Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan genosida di Gaza. Afrika Selatan sebagai penggugat menyatakan bahwa Israel secara sistematis memblokir bantuan kemanusiaan melalui pintu perbatasan di Rafah.

Israel justru menyalahkan Mesir, yang berbatasan dengan Gaza. Mereka menyebut Mesir yang mempersulit masuknya bantuan kemanusiaan, meski faktanya Israel-lah yang memiliki kuasa untuk mengizinkan bantuan masuk atau tidak di Rafah.

Di Gaza tengah, kekurangan bahan bakar memaksa generator utama Rumah Sakit Martir Al Aqsa di Deir el-Balah ditutup, kata kementerian kesehatan Gaza.

Para dokter di Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza khawatir pemadaman listrik membahayakan nyawa pasien mereka yang paling rentan.
“Situasi ini mengancam nyawa banyak pasien dan bayi baru lahir,” kata seorang dokter di fasilitas tersebut kepada Al Jazeera.

“Kami mencoba untuk bekerja dengan apa yang kami miliki tetapi kami harus berhenti bekerja sepenuhnya karena kami tidak mempunyai listrik.

“Ada pemadaman total. Bagaimana kami bisa merawat pasien?” dia bertanya.

Salah satu dari sedikit dokter yang tersisa di fasilitas tersebut mengatakan bahwa dia menggunakan flash di ponselnya untuk segera merawat pasien yang rentan, termasuk lebih dari selusin bayi.

“Kami berusaha mengelola sebaik mungkin, meski hanya sekedar mencarikan selimut untuk anak-anak dan bayi. Mereka menderita kekurangan gizi. Mereka mudah sakit, bahkan meninggal,” kata dokter tersebut kepada Al Jazeera.

Namun perang tidak menghentikan Afnan dan Moustapha untuk menikah di Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir.

“Rumah yang seharusnya menjadi tempat tinggal pengantin pria hancur, dan ketika perang masih berlangsung, kami pikir yang terbaik bagi mereka adalah menikah,” kata Ayman Shamlakh, paman pengantin pria.

“Kita semua mengalami tragedi yang sama. Namun, kita harus terus hidup, dan hidup harus terus berjalan.”

Mohamed Gebreel, ayah pengantin wanita, mengatakan dia tidak ragu untuk melanjutkan upacara tersebut. “Kami adalah orang-orang yang mencintai kehidupan meskipun ada kematian, pembunuhan, dan kehancuran,” katanya.

Pilihan Editor: Israel Minta ICJ Tolak Tuntutan Diakhirinya Serangan ke Gaza

AL ARABIYA | AL JAZEERA

Berita terkait

PBB Sahkan Resolusi Indonesia soal Penanganan Anak yang Terasosiasi Kelompok Teroris

1 jam lalu

PBB Sahkan Resolusi Indonesia soal Penanganan Anak yang Terasosiasi Kelompok Teroris

PBB melalui UNODC mengesahkan resolusi yang diajukan Indonesia mengenai penanganan anak yang terasosiasi dengan kelompok teroris.

Baca Selengkapnya

Militer Israel Temukan Jenazah 3 Sandera dari Jalur Gaza

2 jam lalu

Militer Israel Temukan Jenazah 3 Sandera dari Jalur Gaza

Kepala juru bicara militer Israel mengatakan mereka menemukan jenazah tiga orang yang disandera Hamas di Jalur Gaza.

Baca Selengkapnya

Joe Biden: RUU Penerbangan hingga Tarif Impor dari Cina

3 jam lalu

Joe Biden: RUU Penerbangan hingga Tarif Impor dari Cina

Joe Biden menandatangani rancangan undang-undang penerbangan yang bisa meningkatkan (kualitas) staf pengawas lalu-lintas udara

Baca Selengkapnya

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

3 jam lalu

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

Dari total sumbangan dana USD2.7 miliar (Rp43 triliun) yang dibutuhkan, baru 12 persen yang diterima OCHA untuk mengatasi kelaparan di Sudan.

Baca Selengkapnya

13 Negara Layangkan Surat Pernyataan Bersama untuk Israel soal Risiko Serangan ke Rafah

4 jam lalu

13 Negara Layangkan Surat Pernyataan Bersama untuk Israel soal Risiko Serangan ke Rafah

Sebanyak 13 negara melayangkan surat pernyataan bersama untuk Israel yang berisi peringatan jika nekat menyerang Rafah.

Baca Selengkapnya

Israel Ancam Serang Rafah, Uni Emirat Arab Rasakan Ketegangan Meningkat

5 jam lalu

Israel Ancam Serang Rafah, Uni Emirat Arab Rasakan Ketegangan Meningkat

Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab memperingatkan adanya peningkatan ketegangan di Timur Tengah menyusul meluasnya invasi tentara Israel ke Rafah.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Kaledonia Baru Rusuh dan Kisah Laki-laki Aljazair yang Ditemukan setelah Diculik 20 Tahun

6 jam lalu

Top 3 Dunia; Kaledonia Baru Rusuh dan Kisah Laki-laki Aljazair yang Ditemukan setelah Diculik 20 Tahun

Top 3 dunia, di urutan pertama berita tentang Kaledonia Baru yang berstatus darurat nasional setelah reformasi pemilu diprotes dan berujung ricuh.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri dan Mer-C Saling Kontak soal Kondisi WNI di Gaza

17 jam lalu

Kementerian Luar Negeri dan Mer-C Saling Kontak soal Kondisi WNI di Gaza

Kementerian Luar Negeri melakukan kontak setiap hari dengan para relawan Mer-C untuk memonitor kondisi mereka

Baca Selengkapnya

DPR Amerika Serikat Minta Joe Biden Kirim Senjata ke Israel

19 jam lalu

DPR Amerika Serikat Minta Joe Biden Kirim Senjata ke Israel

DPR AS meloloskan RUU yang akan mendesak Joe Biden untuk memulai lagi pengiriman senjata ke Isreal.

Baca Selengkapnya

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

21 jam lalu

PBB: Dermaga Bantuan Terapung Buatan AS di Gaza Kurang Layak

PBB menyebut dermaga terapung yang baru saja selesai dibangun di Gaza untuk pengiriman bantuan dinilai kurang layak dibandingkan jalur darat

Baca Selengkapnya