Israel Kesulitan Cari Bukti Pemerkosaan dalam Operasi Banjir Al Aqsa 7 Oktober
Editor
Ida Rosdalina
Jumat, 5 Januari 2024 13:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Israel mengalami kesulitan besar dalam mencari dan menemukan pemukim Israel yang menjadi korban pemerkosaan atau saksi dari tindakan yang diduga dilakukan oleh gerakan Perlawanan Hamas selama Operasi Banjir Al Aqsa 7 Oktober.
Menurut surat kabar Israel Haaretz, Kamis, 4 Januari 2024, salah satu penyebar utama klaim bahwa pejuang Perlawanan Palestina melakukan pelecehan seksual terhadap wanita Israel pada 7 Oktober, polisi tidak dapat menemukan korban atau saksi apa pun dari segala bentuk kekerasan seksual.
Meskipun pihak Israel sendiri secara praktis mengakui bahwa klaim mereka tidak berdasar.
“Bahkan dalam beberapa kasus di mana [polisi] mengumpulkan kesaksian tentang pelanggaran seksual yang dilakukan pada tanggal 7 Oktober, mereka gagal menghubungkan tindakan tersebut dengan korban yang dirugikan oleh tindakan tersebut,” kata Haaretz.
Karena putus asa setelah tidak ditemukannya kasus kekerasan seksual dan karena pendudukan Israel berusaha untuk tidak menampilkan diri mereka dalam sorotan yang buruk dan mengabaikan tuduhan mereka bahwa Perlawanan memperkosa pemukim Israel, polisi menyerukan kepada masyarakat tampil dan memberikan "kesaksian" tentang masalah ini.
Saat wawancara dengan Christiane Amanpour dari CNN, Josh Paul, yang menjabat sebagai direktur kongres dan urusan masyarakat untuk Biro Urusan Politik-Militer Departemen Luar Negeri selama lebih dari 11 tahun, mengenang sebuah insiden ketika dia sebelumnya menjadi bagian dari pemeriksaan hak asasi manusia untuk proses pengiriman senjata ke Israel.
Paul merinci bagaimana sebuah badan amal bernama Defense of Children International Palestine menarik perhatian Departemen Luar Negeri atas “tuduhan yang dapat dipercaya” mengenai seorang anak Palestina berusia 13 tahun yang diperkosa di pusat penahanan al-Mascobiyya di al-Quds.
Mantan pejabat AS itu menekankan pentingnya mengutuk kekejaman yang terjadi “setiap hari terhadap warga Palestina di Tepi Barat.”
Setelah menyampaikan tuduhan tersebut kepada rezim Israel, Paul mengenang bahwa keesokan harinya Israel “menyingkirkan komputer mereka dan menyatakannya sebagai entitas teroris.”
<!--more-->
Kemunafikan Israel
Banyak pejabat Israel dan AS yang berusaha mencemarkan nama baik Kelompok Perlawanan Palestina dengan melaporkan informasi yang belum diverifikasi yang diberikan oleh koresponden TV i24 Israel, yang menyatakan bahwa Hamas memenggal 40 bayi, sebuah klaim yang kemudian menjadi viral, begitu pula dengan penyangkalannya.
Namun pihak Israel, juru bicara IDF mengatakan kepada Anadolu Agency tidak memiliki informasi mengenai "Hamas yang memenggal kepala bayi."
Koresponden i24 yang dimaksud adalah Nicole Zedeck. Dia ditugaskan di unit IDF yang telah dikirim ke kibbutz "Kfar Aza" di mana konfrontasi sengit terjadi antara pejuang Perlawanan Palestina dan pasukan pendudukan serta pemukim Israel sejak Sabtu pagi.
Selama liputannya, Zedeck mengklaim bahwa komandan unit tersebut telah memberitahunya bahwa 40 bayi mati telah ditemukan di "Kfar Aza", beberapa di antaranya telah "dipenggal oleh teroris", katanya mengacu pada pejuang Perlawanan Palestina yang melintasi tembok pemisah dari Gaza untuk menghadapi tentara dan pemukim yang telah menduduki tanah air mereka selama lebih dari 75 tahun.
Zedeck kemudian memposting di X yang bertentangan dengan klaimnya, dengan mengatakan, "Tentara mengatakan kepada saya bahwa mereka yakin 40 bayi/anak-anak terbunuh."
Zedeck tidak memberikan bukti apa pun atas klaimnya, juga tidak memberikan sumber yang dapat dipercaya, karena sumbernya sendiri, yaitu tentara Israel, tidak benar-benar mengakui melihat dugaan pembantaian tersebut.
Dengan demikian, apa yang Zedeck nyatakan sebagai sebuah fakta, hanyalah desas-desus yang disebarkan dengan tujuan mutlak untuk mengutuk perlawanan Palestina dan membenarkan agresi brutal Israel di Jalur Gaza.
Media arus utama Barat dan politisi AS masih mengabaikan kejahatan besar-besaran yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap warga Palestina dan warga sipil, khususnya anak-anak di wilayah tersebut.
Hampir 10.000 anak-anak Palestina telah terbunuh di Gaza sejak dimulainya agresi Israel di Gaza, dengan ratusan anak-anak ditawan oleh pasukan pendudukan Israel sebagai “tahanan”.
Barat dan Zionis sekali lagi, seperti yang mereka lakukan terhadap ribuan video dan foto anak-anak Palestina yang dimutilasi dan dibunuh di Gaza, mengabaikan banyak tanda bahaya seputar klaim bahwa Perlawanan Palestina memperkosa perempuan Israel selama Operasi Banjir Al Aqsa.
AL MAYADEEN
Pilihan Editor: Korea Selatan Evakuasi Dua Pulau Setelah Tembakan Artileri Korut dekat Perbatasan