Profil Muhammad Yunus Penerima Nobel Perdamaian Asal Bangladesh yang Divonis 6 Bulan Bui

Rabu, 3 Januari 2024 16:51 WIB

Pemenang Nobel Perdamaian dan pendiri Bank Grameen Muhammad Yunus. ANTARA/AFP/Kazuhiro NOGI

TEMPO.CO, Jakarta - Muhammad Yunus, tokoh ekonomi terkemuka dan penerima hadiah Nobel Perdamaian asal Bangladesh, dinyatakan bersalah dalam kasus keuangan kontroversial yang menggemparkan negara tersebut.

Pengadilan Dhaka memutuskan untuk menghukumnya selama enam bulan setelah menyimpulkan bahwa Yunus bersalah untuk sejumlah tuduhan terkait pengelolaan dana mikrofinansial yang dikelolanya.

Yunus, 83 tahun, akan keluar dari penjara dengan jaminan, menurut pengacaranya Abdullah Al Mamun. Seorang pengawas ketenagakerjaan mengklaim bahwa karyawan Grameen Telecom, yang dipimpin oleh Yunus, tidak diberikan tunjangan termasuk cuti dan uang jaminan kesejahteraan. Dia membantah tuduhan tersebut.

“Profesor Yunus dan tiga rekannya di Grameen Telecom dinyatakan bersalah berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan dan dijatuhi hukuman enam bulan penjara,” kata jaksa Khurshid Alam Khan.

Muhammad Yunus dikenal sebagai pendiri Grameen Bank, lembaga keuangan mikro pertama di dunia, yang memberikan pinjaman kecil kepada masyarakat miskin untuk membantu mereka mengembangkan usaha kecil.

Advertising
Advertising

Profil Muhammad Yunus

Muhammad Yunus, ekonom dan pengusaha asal Bangladesh, telah mencetak namanya dalam sejarah sebagai penerima Nobel Perdamaian pada 2006. Kelahiran Yunus pada 28 Juni 1940 di desa Bathua, Chittagong, Bangladesh, menandai awal perjalanan luar biasa seorang tokoh yang telah mengubah paradigma pengentasan kemiskinan melalui konsep uniknya.

Yunus mengejar pendidikannya di Chittagong College dan kemudian melanjutkan studi ekonomi di Universitas Dhaka. Setelah meraih gelar doktor di bidang ekonomi dari Universitas Vanderbilt di Amerika Serikat, Yunus kembali ke Bangladesh pada tahun 1972. Pada masa itu, negaranya baru saja merdeka dari Pakistan.

Yunus memulai karirnya sebagai dosen di Universitas Chittagong, namun tak lama kemudian, dia mengalihkan fokusnya ke masalah kemiskinan yang merajalela di sekitar desa-desa. Pada tahun 1976, Yunus mendirikan Grameen Bank, sebuah lembaga keuangan mikro yang memberikan pinjaman tanpa jaminan kepada para petani kecil dan perempuan di desa-desa.

Grameen Bank, Inovasi dalam Pengentasan Kemiskinan

Grameen Bank yang didirikan Yunus bertujuan untuk memberikan akses keuangan kepada mereka yang tidak memiliki akses ke bank konvensional. Konsep utama di balik Grameen Bank adalah memberikan pinjaman kecil tanpa jaminan kepada mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Melalui sistem ini, Yunus berhasil memberdayakan jutaan orang untuk memulai usaha kecil mereka sendiri, seperti ternak, pertanian, dan kerajinan tangan.

Pendekatan inovatif Yunus terhadap perbankan mikro telah menjadi model untuk lembaga serupa di seluruh dunia. Keberhasilan Grameen Bank dalam mengurangi tingkat kemiskinan di Bangladesh telah menarik perhatian dunia internasional, dan Yunus dianugerahi Nobel Perdamaian pada tahun 2006 bersama dengan Grameen Bank.

Prestasi Yunus tidak hanya memengaruhi Bangladesh tetapi juga memiliki dampak global. Model perbankan mikro yang dikembangkan oleh Grameen Bank telah diterapkan di berbagai negara, membantu masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

Meskipun mendapat banyak pujian, Yunus juga menghadapi kritik, terutama terkait manajemen dan transparansi keuangan Grameen Bank. Pada 2011, Yunus mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala Grameen Bank setelah berdebat dengan pemerintah Bangladesh terkait peraturan usia pensiun bagi kepala lembaga keuangan mikro.

Legacy dan Keterlibatan Sosial

Setelah menerima Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus terus berdedikasi untuk memerangi kemiskinan. Ia mendirikan Yunus Centre, sebuah lembaga yang fokus pada pendidikan, pelatihan, dan penelitian untuk mempromosikan inovasi sosial dan ekonomi. Yunus juga terlibat dalam berbagai inisiatif global untuk memperkuat peran ekonomi dalam mengatasi ketidaksetaraan dan kemiskinan.

Muhammad Yunus, dengan visi dan dedikasinya terhadap pengentasan kemiskinan, telah menjadi ikon global. Grameen Bank dan karya-karyanya telah membuka jalan bagi pendekatan baru terhadap masalah sosial dan ekonomi. Dengan menginspirasi generasi baru pemimpin dan pengusaha sosial, Yunus terus membangun warisan positifnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh dunia.


ANGELINA TIARA PUSPITALOVA I SITA PLANASARI

Pilihan Editor: Pengadilan Bangladesh Hukum Peraih Nobel Muhammad Yunus Enam Bulan Penjara

Berita terkait

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

5 hari lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Lindungi Buruh Migran, Polri Bentuk Tim Khusus Pidana Ketenagakerjaan

7 hari lalu

Lindungi Buruh Migran, Polri Bentuk Tim Khusus Pidana Ketenagakerjaan

Polri menyoroti keselamatan buruh hingga sengketa buruh vs pengusaha, sehingga dirasa perlu pendampingan dari polisi.

Baca Selengkapnya

Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea Ditunjuk Jadi Staf Ahli Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

7 hari lalu

Presiden KSPSI Andi Gani Nena Wea Ditunjuk Jadi Staf Ahli Kapolri Bidang Ketenagakerjaan

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Andi Gani Nena Wea, ditunjuk menjadi Staf Ahli Kapolri Bidang Ketenagakerjaan.

Baca Selengkapnya

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

10 hari lalu

Sekolah di Bangladesh Dibuka Kembali Walau Gelombang Panas

Perubahan iklim telah berkontribusi pada gelombang panas yang semakin sering, semakin buruk dan semakin panjang selama musim panas di Bangladesh.

Baca Selengkapnya

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

15 hari lalu

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

Pakar Unair mewanti-wanti regulator soal bahaya AI terhadap dunia kerja. AI bisa menyulitkan angkatan kerja baru, terutama yang memiliki skill rendah.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

17 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

17 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Syarat dan Cara Daftar Akun SIAPkerja Kemnaker Berkonsep SSO

18 hari lalu

Syarat dan Cara Daftar Akun SIAPkerja Kemnaker Berkonsep SSO

SIAPkerja merupakan sistem dan aplikasi pelayanan dan ketenagakerjaan digital yang dirilis Kemnaker dengan konsep SSO. Begini maksudnya.

Baca Selengkapnya

Dinantikan Tiap Jelang Hari Raya, Siapa Pertama Kali Pencetus THR?

37 hari lalu

Dinantikan Tiap Jelang Hari Raya, Siapa Pertama Kali Pencetus THR?

Konsep pemberian THR telah ada sejak awal 1950. Pencetusnya adalah Soekiman Wirjosandjojo, Perdana Menteri Indonesia dari Partai Masyumi.

Baca Selengkapnya

Pengamat Ketenagakerjaan Sebut Aplikator Wajib Beri THR Ojol

39 hari lalu

Pengamat Ketenagakerjaan Sebut Aplikator Wajib Beri THR Ojol

Payaman menilai aplikator wajib memberikan THR kepada ojol karena masuk kategori pekerja dengan jam kerja tidak tentu.

Baca Selengkapnya