Tokoh Oposisi Rusia Navalny 'Dibuang' ke Penjara Bekas Kamp Kerja Paksa GULAC Era Soviet

Reporter

Tempo.co

Editor

Yudono Yanuar

Selasa, 26 Desember 2023 08:00 WIB

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny terlihat di layar melalui tautan video dari koloni hukuman korektif IK-2 di Pokrov selama sidang pengadilan untuk mempertimbangkan banding atas hukuman penjaranya di Moskow, Rusia 24 Mei 2022. REUTERS/ Evgenia Novozhenina

TEMPO.CO, Jakarta - Politisi oposisi Rusia, Alexei Navalny, dipindahkan ke koloni hukuman di utara Lingkaran Arktik, yang dulu pernah dipakai sebagai kamp kerja paksa GULAG di era Uni Soviet, kata juru bicaranya pada Senin, 25 Desember 2023. Posisinya sempat tidak diketahui setelah dipindahkan dari penjara sebelumnya sekitar dua pekan lalu.

Navalny dilacak hingga ke koloni hukuman IK-3 di Kharp di wilayah Yamal-Nenets, sekitar 1.900 km timur laut Moskow, kata juru bicara Kira Yarmysh.

Pengacara Navalny berhasil menemuinya pada hari Senin, kata Yarmysh.

"Alexei baik-baik saja," kata Yarmysh.

Para sekutu Navalny, yang menduga tokoh oposisi itu dipindah ke koloni “rezim khusus” atau tingkat paling keras dalam sistem penjara Rusia, mengatakan bahwa Navalny belum terlihat oleh pengacaranya sejak 6 Desember dan meningkatkan kekhawatiran tentang nasibnya.

“Terima kasih banyak kepada para pendukung, aktivis, jurnalis, dan media yang prihatin dengan nasib Alexei dan tidak bosan menulis tentang situasi ini,” kata pengacara Navalny, Ivan Zhdanov.

Advertising
Advertising

Penjara baru Navalny, yang dikenal sebagai koloni "Serigala Kutub", dianggap sebagai salah satu penjara terberat di Rusia. Sebagian besar tahanan di sana dihukum karena kejahatan berat. Musim dingin sangat keras dan suhu di sana diperkirakan akan turun hingga minus 28 derajat Celcius selama minggu depan. Sekitar 60 km utara Lingkaran Arktik, penjara ini didirikan pada tahun 1960-an sebagai bagian dari sistem kamp kerja paksa Soviet GULAG, menurut surat kabar Moskovsky Komsomolets.


“Kondisi di sana sangat buruk, dengan rezim khusus di lapisan es,” kata Leonid Volkov, ajudan Navalny. Dia mengatakan sulit berkomunikasi dengan tahanan yang ditahan di lokasi terpencil.

Pengacara Zhdanov mengatakan para pendukung Navalny telah mengirimkan 618 permintaan informasi tentang lokasinya dan menyarankan bahwa pihak berwenang Rusia ingin mengisolasi Navalny menjelang pemilihan presiden bulan Maret 2024.

Navalny, yang semula ditahan di penjara 235 km timur Moskow, mengatakan dia dipenjara karena dipandang sebagai ancaman oleh elit politik Rusia. Sebagai seorang tahanan, ia tidak dapat mencalonkan diri dalam pemilu.

Ia menyangkal semua tuduhan yang dijatuhkan padanya dan menilai sistem peradilan Rusia sangat korup. Rusia mengatakan dia adalah seorang terpidana kriminal.

Navalny, yang kini berusia 47 tahun, mendapat simpati dari berbagai oposisi di Rusia karena secara sukarela kembali ke Rusia pada 2021 dari Jerman, tempat ia dirawat karena diracun.

Navalny mengatakan dia diracun di Siberia pada Agustus 2020. Kremlin membantah mencoba membunuhnya dan mengatakan tidak ada bukti dia diracuni dengan agen saraf.

Para pendukungnya menganggapnya sebagai pemimpin masa depan Rusia yang suatu hari akan bebas dari penjara untuk memimpin negaranya, meskipun tidak jelas seberapa besar dukungan populer yang dimiliki Navalny di Rusia.

Pihak berwenang memandang dia dan para pendukungnya sebagai ekstremis yang memiliki hubungan dengan badan intelijen CIA dan berupaya mengganggu stabilitas Rusia. Kremlin telah melarang gerakannya, memaksa banyak pengikutnya mengungsi ke luar negeri.

Bulan lalu Navalny menyesali kondisi gigi narapidana di penjara Rusia yang buruk.

“Gizi yang buruk, kurang makanan padat, banyak makanan manis (makanan paling terjangkau), banyak teh kental, merokok, dan tidak adanya perawatan gigi menyebabkan hal-hal tersebut terjadi,” katanya saat itu.

REUTERS

Pilihan Editor Kisah di Sebuah Kuburan Gaza setelah Serangan Israel Menewaskan 100 Orang

Berita terkait

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

11 jam lalu

Uni Eropa Menolak Media asal Rusia, Ketua Parlemen Berang

Ketua parlemen Rusia mengecam Uni Eropa yang melarang distribusi empat media Rusia. Hal itu sama dengan menolak menerima sudut pandang alternatif

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

3 hari lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

3 hari lalu

Ingin Israel Dihukum, 5 Negara Ini Kritik Ancaman AS Kepada Mahkamah Pidana Internasional

Sejumlah pihak bereaksi setelah Amerika mengancam hakim ICC jika mengeluarkan surat penangkapan kepada PM Israel, Benjamin Netanyahu.

Baca Selengkapnya

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

3 hari lalu

Sri Lanka Akui 16 Warganya Tewas Saat Berperang dalam Konflik Rusia-Ukraina

Setidaknya 16 tentara bayaran Sri Lanka tewas dalam perang antara Rusia dan Ukraina, kata wakil menteri pertahanan pulau itu pada Rabu.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

3 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

4 hari lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

4 hari lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

5 hari lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

6 hari lalu

Siapakah Andrei Belousov, Menteri Pertahanan Pilihan Putin?

Presiden Rusia Vladimir Putin secara mengejutkan mengusulkan Andrei Belousov, seorang sipil ekonom menjadi menteri pertahanan.

Baca Selengkapnya

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

6 hari lalu

Rusia Rebut 5 Desa di Kharkiv dari Ukraina Lewat Pertempuran Sengit

Rusia merebut lima desa dari Ukraina di wilayah Kharkiv. Rusia melakukan serangan besar-besaran di akhir pekan lalu.

Baca Selengkapnya