TEMPO.CO, Jakarta - Di sebuah kompleks pemakaman di Gaza pada Senin, 25 Desember 2023, barisan warga Palestina menyentuh jajaran kain kafan putih sedikitnya 70 jenazah. Mereka adalah korban serangan udara tentara Israel ke Maghazi di tengah jalur Gaza yang terkepung.
Malam sebelumnya, terjadi serangan paling mematikan di wilayah kantong tersebut dalam pertempuran 11 minggu antara Israel dan Hamas. Seorang pria memeluk jenazah seorang anak yang meninggal dan yang lainnya histeris.
“Serangan terjadi pada pukul 2. Dinding dan tirai menimpa kami,” kata seorang pria. “Saya mencari anak saya yang berusia empat tahun, tetapi yang saya temukan hanyalah batu.”
Serangan yang dimulai beberapa jam sebelum tengah malam terus berlanjut hingga hari Senin. Media Palestina mengatakan Israel meningkatkan serangan udara dan darat di Gaza tengah dan penduduk setempat mengatakan mereka mengalami salah satu malam terburuk sejak perang dimulai.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf Al-Qidra mengatakan banyak dari mereka yang tewas di Maghazi adalah perempuan dan anak-anak. Delapan orang lainnya tewas ketika pesawat dan tank Israel melancarkan serangan udara terhadap rumah-rumah dan jalan-jalan di dekat al-Bureij dan al-Nusseirat, kata para pejabat kesehatan.
Petugas medis menambahkan bahwa serangan udara Israel di Khan Younis di Gaza selatan menewaskan 23 orang, menjadikan korban jiwa warga Palestina dalam semalam menjadi lebih dari 100 orang.
Paus Fransiskus mengatakan dalam pesan Natalnya pada hari Senin bahwa anak-anak yang tewas dalam perang, termasuk di Gaza, adalah “Yesus kecil masa kini” dan bahwa serangan Israel menuai “panen yang mengerikan” dari warga sipil yang tidak bersalah.
Beberapa warga mengajukan permohonan di media sosial agar masyarakat memberi mereka tempat berlindung karena mereka menjadi tunawisma setelah meninggalkan rumah mereka di Bureij.
“Ada 60 orang di rumah saya, orang-orang yang datang ke rumah saya percaya bahwa wilayah tengah Gaza aman. Sekarang kami sedang mencari tempat untuk mengungsi,” kata Odeh, salah satu warga pengungsi.
Tentara Israel mengatakan pihaknya sedang meninjau laporan insiden Maghazi dan berkomitmen untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil. Hamas membantah tuduhan Israel bahwa mereka beroperasi di daerah padat penduduk atau menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.
Bulan Sabit Merah Palestina menerbitkan rekaman warga yang terluka diangkut ke rumah sakit. Dikatakan bahwa pesawat-pesawat tempur Israel membom jalan-jalan utama, menghalangi lalu lintas ambulans dan kendaraan darurat.
Dalam pidatonya di Hari Natal “Urbi et Orbi” (kepada kota dan dunia), Paus Fransiskus juga menyebut serangan militan Hamas pada 7 Oktober di Israel sebagai “kekejian” dan sekali lagi menyerukan pembebasan sekitar 100 sandera yang masih ditahan di Gaza.
Para pemimpin agama membatalkan perayaan Natal di Bethlehem, kota Tepi Barat Palestina yang diduduki Israel di mana menurut tradisi Kristen, Yesus dilahirkan di sebuah kandang 2.000 tahun yang lalu.
Umat Kristen Palestina mengadakan perayaan Natal dengan penerangan lilin di Betlehem dengan nyanyian pujian dan doa untuk perdamaian di Gaza, bukan perayaan biasa.
Tidak ada pohon besar yang menjadi pusat perayaan Natal di Betlehem. Patung-patung Natal di gereja-gereja ditempatkan di tengah puing-puing dan kawat berduri sebagai bentuk solidaritas terhadap masyarakat Gaza.
REUTERS
Pilihan Editor Perayaan Natal di Cina: Umat Kristen Diminta Tak 'Membabi Buta' Ikuti Tradisi Asing