Temui Langsung Korban Pembantaian di Gaza, Dubes Dewan Keamanan PBB: Mengerikan!

Reporter

Tempo.co

Rabu, 13 Desember 2023 16:32 WIB

Seorang anak laki-laki bereaksi ketika dia dibantu, ketika warga Palestina yang terluka dalam serangan Israel berlindung di sebuah sekolah di mana mereka mengalami kekurangan makanan, dekat Rafah di selatan Jalur Gaza 7 Desember 2023. REUTERS/Arafat Barbakh

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah Duta Besar PBB yang kini menjadi anggota Dewan Keamanan memperoleh kesempatan langka untuk mengunjungi penyeberangan Rafah, pintu gerbang utama ke Gaza dari Mesir dan pusat respons kemanusiaan pada Senin lalu.

Sebuah penerbangan sewaan Uni Emirat Arab yang membawa diplomat, petugas kesehatan dan jurnalis mendarat di Bandara Al Arish, Mesir. Kunjungan ini bertujuan untuk menyoroti penderitaan kemanusiaan rakyat Palestina dan perlunya gencatan senjata segera di Gaza.

Inggris, Cina dan Rusia adalah tiga anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang turut serta dalam penerbangan tersebut. Prancis dan Amerika Serikat, yang memveto resolusi Dewan Keamanan yang menyerukan gencatan senjata pada Jumat, menolak untuk bergabung. Dari anggota tidak tetap DK PBB, hanya Gabon yang tidak turut serta.

Para duta besar ini menyaksikan sendiri truk-truk bantuan yang terhenti di perbatasan Gaza karena dilarang masuk oleh Israel hingga mengunjungi rumah sakit Mesir yang merawat warga Palestina dari Gaza dengan anggota tubuh yang harus diamputasi.

Perjalanan informal satu hari yang diselenggarakan oleh Uni Emirat Arab dan Mesir ini terjadi di tengah meningkatnya krisis kemanusiaan di Gaza yang dilanda perang.

Advertising
Advertising

Berbicara pada awal perjalanannya, utusan UEA Lana Nusseibeh mengatakan hal ini bukanlah tugas resmi Dewan Keamanan, dan para anggotanya mengambil bagian dalam inisiatif “nasional dan pribadi” mereka sendiri.

“Kami di sini hari ini untuk meninjau operasi kemanusiaan pengiriman bantuan ke Gaza melalui penyeberangan Rafah. Penting bagi anggota dewan yang telah melakukan perjalanan ke sini untuk melihat secara langsung tantangan yang dihadapi oleh para aktor kemanusiaan di lapangan,” kata Nusseibeh kepada The Nation.

“Kami telah melihat dengan jelas dalam laporan PBB bahwa bantuan yang sampai ke warga Gaza tidak mencukupi, karena proses inspeksi dan verifikasi saat ini dan karena tidak ada penyeberangan dan titik masuk lain yang dibuka untuk meningkatkan pengiriman bantuan. Kami berterima kasih kepada Mesir dan PBB, serta Otoritas Palestina atas upaya mereka yang tak kenal lelah dalam hal ini.”

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia yang melihat langsung kondisi di sana mengatakan,“Saya tidak yakin apa yang AS lihat hari ini akan sangat menyenangkan mereka. AS akan melihat apa yang sebenarnya terjadi dan bukan apa yang dilindungi oleh motif geostrategis mereka,” tambahnya, seraya menyebut situasi tersebut sebagai “bencana”.

Sebelumnya, para utusan tersebut mengunjungi sebuah rumah sakit di El-Arish dekat penyeberangan Rafah, merawat warga Gaza yang dievakuasi dari konflik.

Di antara mereka yang mereka temui adalah Wafaa Asaad, seorang perempuan berusia 27 tahun dari Gaza. Ia sedang hamil besar ketika rumahnya terkena serangan Israel, yang menewaskan suaminya dan melukai kedua putrinya.

Dia dievakuasi ke Mesir untuk perawatan medis dank arena kondisi lukanya yang sangat parah, Wafaa harus kehilangan lengan dan kakinya dalam oeprasi amputasi. Namun, ia secara ajaib berhasil melahirkan hanya beberapa jam setelah melintasi perbatasan, kata saudara perempuannya, Alaa.

“Pesan kami kepada PBB adalah kami ingin perang dihentikan,” kata Alaa dengan keponakannya yang baru lahir terbaring di tempat tidur di sampingnya.

Utusan Ekuador untuk PBB Jose de la Gasca mengatakan bahwa dia “hancur” dengan kunjungan ke rumah sakit tersebut.

“Saya baru saja bertemu dengan seorang ibu muda yang kehilangan anaknya dan memiliki seorang gadis kecil lagi yang terluka,” ujar Gasca. "Saya tidak ingin melihat lagi apa yang baru saja saya lihat. Ini mengerikan."

Para diplomat kemudian mengunjungi penyeberangan Rafah melalui jalan yang dipenuhi truk bantuan menunggu izin memasuki Gaza.

Keberangkatan melalui penyeberangan dikontrol dengan ketat, dan hanya warga negara asing dan orang-orang yang terluka parah yang diizinkan meninggalkan Gaza dalam sebagian besar keadaan.

Masuknya bantuan juga dibatasi ketat. Hanya sedikit orang yang memasuki wilayah pesisir Palestina sejak gencatan senjata selama seminggu gagal pada awal bulan.

“Truk-truknya, antrean truk yang panjang, saya tidak pernah membayangkan hal ini,” kata utusan Korea Selatan yang akan menduduki kursi di dewan tersebut tahun depan.

Kunjungan pada Senin ini menandai upaya diplomatik terakhir UEA untuk menggalang dukungan bagi gencatan senjata menjelang berakhirnya masa jabatan dua tahunnya di dewan keamanan pada akhir bulan.

Utusan Brasil untuk PBB Sergio Danese menyebut kunjungan itu sebagai “isyarat simbolis.”

"Kami menunjukkan ketertarikan. Kami menunjukkan bahwa kami terlibat dalam upaya melakukan sesuatu yang lebih bermakna...tapi kami perlu berbuat lebih banyak," katanya di depan gerbang hitam dan kawat penyeberangan Rafah tampak di belakangnya.

Philippe Lazzarini, kepala badan pengungsi Palestina di PBB, UNRWA, memberi pengarahan kepada para utusan tersebut mengenai situasi kemanusiaan sebelum ia menuju ke Gaza untuk kunjungan ketiganya sejak dimulainya perang pada Oktober.

Ada “frustasi mendalam, kekecewaan dan kemarahan... (bahwa) kita bahkan tidak dapat mencapai konsensus untuk gencatan senjata,” kata Lazzarini.

“Kelaparan merajalela di Gaza. Semakin banyak orang yang belum makan selama satu hari, dua hari, tiga hari…orang-orang kekurangan segalanya.”

Perang tersebut dipicu ketika Hamas, kelompok Islam Palestina yang menguasai Gaza, melakukan serangan paling mematikan yang pernah terjadi terhadap Israel pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, menurut data Israel, dan menyandera sekitar 240 orang kembali ke Gaza.

Israel membalasnya dengan pemboman tanpa henti dan serangan darat yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza dan menewaskan lebih 18.400 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Sebanyak 50.000 orang terluka, 20 persen diantaranya anak-anak yang harus mengalami amputasi baik kaki atau tangan maupun keduanya. Selain itu, 8.000 orang dilaporkan hilang, sebagian besar masih berada di bawah reruntuhan bangunan yang dibom Israel.

Pilihan Editor: Utusan Dewan Keamanan PBB Datangi Perbatasan Mesir dengan Gaza

FRANCE24 | THE NATIONAL

Berita terkait

Donor Internasional Janjikan Bantuan Lebih dari Rp32 Triliun untuk Gaza

1 menit lalu

Donor Internasional Janjikan Bantuan Lebih dari Rp32 Triliun untuk Gaza

Sebuah konferensi donor internasional di Kuwait menjanjikan bantuan lebih dari US$2 miliar atau sekitar Rp32 triliun ke Gaza

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Pasien Penerima Transplantasi Ginjal Babi Hasil Rekayasa Meninggal

2 jam lalu

Top 3 Dunia; Pasien Penerima Transplantasi Ginjal Babi Hasil Rekayasa Meninggal

Top 3 dunia pada 13 Mei 2024, di antaranya berita pasien penerima transplantasi ginjal babi hasil rekayasa genetika pertama meninggal

Baca Selengkapnya

Menteri Luar Negeri Spanyol Minta Israel Jangan Serang Rafah

2 jam lalu

Menteri Luar Negeri Spanyol Minta Israel Jangan Serang Rafah

Menteri Luar Negeri Spanyol mendesak Israel agar menghentikan operasi militernya di Rafah karena di sana ada ribuan warga sipil

Baca Selengkapnya

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

3 jam lalu

Senator AS Sarankan Israel Serang Gaza dengan Bom Nuklir

Senator AS Lindsey Graham melontarkan pernyataan kontroversial terkait agresi Israel di Gaza. Ia menyarankan Israel membom nuklir Gaza

Baca Selengkapnya

UNRWA Mencatat 360 Ribu Warga Tinggalkan Rafah

10 jam lalu

UNRWA Mencatat 360 Ribu Warga Tinggalkan Rafah

Jumlah warga Palestina yang terpaksa meninggalkan Rafah karena serangkaian serangan militer Israel meningkat menjadi 360 ribu orang.

Baca Selengkapnya

Militer Israel Kepung Gaza dari Utara Hingga Selatan, Kondisi Warga Palestina Semakin Sulit

11 jam lalu

Militer Israel Kepung Gaza dari Utara Hingga Selatan, Kondisi Warga Palestina Semakin Sulit

Pasukan Israel menyerbu jauh ke dalam reruntuhan di tepi utara Gaza , di saat bersamaan tank dan tentara Israel menerobos jalan raya menuju Rafah

Baca Selengkapnya

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

11 jam lalu

Ditangkap di Australia, Mantan Pilot Marinir AS Akui Bekerja dengan Peretas Cina

Mantan pilot Marinir AS yang menentang ekstradisi dari Australia, tanpa sadar bekerja dengan seorang peretas Tiongkok, kata pengacaranya.

Baca Selengkapnya

Visa Bersama untuk Enam Negara Teluk akan Diperkenalkan Akhir 2024

12 jam lalu

Visa Bersama untuk Enam Negara Teluk akan Diperkenalkan Akhir 2024

GCC akan memperkenalkan visa terpadu, mirip Schengen, untuk enam negara yakni Oman, Qatar, Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, Bahrain, dan Kuwait.

Baca Selengkapnya

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

12 jam lalu

Calon Menhan Rusia: Tentara Butuh Tunjangan dan Akses Kesejahteraan Lebih Baik

Calon menhan Rusia yang ditunjuk oleh Presiden Vladimir Putin menekankan perlunya kesejahteraan yang lebih baik bagi personel militer.

Baca Selengkapnya

Shin Bet Selidiki Kegagalan Keamanannya dalam Serangan 7 Oktober: Seharusnya Bisa Dicegah

13 jam lalu

Shin Bet Selidiki Kegagalan Keamanannya dalam Serangan 7 Oktober: Seharusnya Bisa Dicegah

Kepala Shin Bet Ronan Bar mengakui Shin Bet gagal memberikan payung keamanan kebanggaannya bagi Israel dalam serangan 7 Oktober.

Baca Selengkapnya