Bukan Uang, Cina Sebut Anak-anak Investasi Paling Berharga

Reporter

Tempo.co

Selasa, 12 Desember 2023 15:02 WIB

Orang-orang menunggu di luar rumah sakit anak-anak di tengah peningkatan pneumonia mikoplasma, di Beijing, Cina 24 November 2023. Cina tengah dilanda wabah Penemonia yang banyak menyerang anak-anak. REUTERS/Florence Lo

TEMPO.CO, Jakarta - Cina menyatakan anak-anak adalah investasi paling berharga bagi perekonomian untuk membantu merangsang konsumsi dan meningkatkan permintaan domestik. Selama enam dekade, Cina mencatat penurunan populasi selama lebih dari enam dekade sepanjang tahun lalu.

Cina adalah negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia. Saat ini Cina sedang berjuang untuk melakukan pemulihan pascapandemi yang kuat. Setiap penurunan jumlah tenaga kerja serta permintaan konsumen di masa depan dapat berdampak besar pada perekonomian.

"Dalam perekonomian Cina saat ini, anak-anak adalah investasi terbaik. Investasi infrastruktur menjadi jenuh, manufaktur mempunyai kapasitas berlebih namun investasi pada jumlah anak saja tidak cukup," menurut makalah kebijakan yang diterbitkan oleh lembaga Penelitian Populasi Yuwa pada Selasa, 12 Desember 2023.

Surat kabar tersebut mendesak pihak berwenang untuk meningkatkan jumlah bayi baru lahir. Keunggulan Cina akan menyusut di masa depan karena populasi generasi muda turun dengan cepat. Adapun langkah-langkah ekonomi seperti pemotongan suku bunga, mengaktifkan pasar modal dan mengoptimalkan peraturan real estate tidak membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemulihan masih lemah.

Untuk meningkatkan perekonomian, laporan Yuwa merekomendasikan agar subsidi persalinan didistribusikan di tingkat nasional, bukan di pemerintah daerah. Pemerintah daerah telah mengumumkan serangkaian langkah untuk membantu menurunkan biaya penitipan anak dalam beberapa tahun terakhir. Banyak kebijakan yang belum dilaksanakan atau masih di atas kertas karena kurangnya dana dan kurangnya motivasi dari pemerintah daerah, katanya

Advertising
Advertising

“Saat ini masyarakat tidak mau menikah dan mempunyai anak karena biaya melahirkan terlalu tinggi, sulitnya perempuan menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan. Kesuburan masyarakat Cina hampir terendah di dunia,” katanya.

Subsidi yang ada saat ini di Cina, belum mencukupi. Subsidi lebih rendah dibandingkan kebanyakan negara Eropa.

Cina melaporkan penurunan sekitar 850.000 orang dari populasi 1,41175 miliar pada tahun 2022, menandai penurunan pertama sejak 1961.

REUTERS

Berita terkait

Jokowi dan Gubernur Jenderal Australia Bertemu, Bahas Penguatan Hubungan antar Masyarakat

2 jam lalu

Jokowi dan Gubernur Jenderal Australia Bertemu, Bahas Penguatan Hubungan antar Masyarakat

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dalam keterangan pers usai pertemuan, menjelaskan, Jokowi dan Hurley misalnya mebahas upaya menggiatkan pengajaran bahasa di masing-masing negara.

Baca Selengkapnya

Pencabutan Izin Usaha Paytren Dinilai Menyelamatkan Lebih Banyak Calon Investor

4 jam lalu

Pencabutan Izin Usaha Paytren Dinilai Menyelamatkan Lebih Banyak Calon Investor

Ekonom Nailul Huda menilai langkah OJK mencabut izin PT Paytren Manajemen Investasi sudah tepat.

Baca Selengkapnya

Pertamina Hulu Energi dan ExxonMobil Kerja Sama Penangkapan dan Penyimpanan Karbon di IPA CONVEX ke-38

18 jam lalu

Pertamina Hulu Energi dan ExxonMobil Kerja Sama Penangkapan dan Penyimpanan Karbon di IPA CONVEX ke-38

PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menjajaki kerja sama dengan ExxonMobil Indonesia melalui pengembangan Asri Basin Project CCS Hub.

Baca Selengkapnya

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

19 jam lalu

Xi Jinping dan Putin Makin Mesra, Janjikan Hubungan Lebih Erat

Putin mengunjungi Cina dan bertemu Xi Jinping setelah dilantik kembali sebagai Presiden Rusia.

Baca Selengkapnya

Pemegang Saham Saratoga Sepakati Pembagian Dividen Rp 298,43 Miliar

21 jam lalu

Pemegang Saham Saratoga Sepakati Pembagian Dividen Rp 298,43 Miliar

PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. atau Saratoga (SRTG) akan membagikan dividen tunai sebesar Rp 298,43 miliar atau sekitar Rp 22 per lembar saham.

Baca Selengkapnya

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

1 hari lalu

Putin Tiba di Cina atas Undangan Xi Jinping, Pertama Sejak Terpilih Kembali

Presiden Rusia Vladimir Putin tiba di ibu kota Cina, Beijing, untuk memulai kunjungan resmi selama dua hari atas undangan Xi Jinping

Baca Selengkapnya

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

1 hari lalu

Cina kepada Pemimpin terpilih Taiwan: Pilih Damai atau Perang

Cina menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri, namun Taiwan bersikeras pihaknya sudah memiliki pemerintahan independen sejak 1949.

Baca Selengkapnya

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

1 hari lalu

Kalah dari Cina, Biden Naikkan Tarif Impor Termasuk Mobil Listrik

Biden memutuskan menaikkan tarif impor produk Cina termasuk mobil listrik dan baterainya.

Baca Selengkapnya

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

1 hari lalu

5 Proyek Besar Cina di Era Presiden Jokowi

Hubungan ekonomi Cina-Indonesia disebut mencapai masa keemasan di era Presiden Jokowi.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

2 hari lalu

Terkini: Jokowi Sebut Bantuan Beras Patut Disyukuri, Besaran Iuran BPJS Kesehatan Terbaru Setelah Diganti KRIS

Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebut bantuan beras merupakan langkah konkret untuk meringankan beban masyarakat.

Baca Selengkapnya