AS dan Indonesia Diskusikan Potensi Kesepakatan untuk Sumber Mineral EV
Editor
Ida Rosdalina
Senin, 13 November 2023 11:45 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat dan Indonesia, Senin, 13 November 2023, akan membahas cara memajukan kemitraan mineral potensial yang bertujuan untuk merangsang perdagangan nikel logam baterai kendaraan listrik (EV), menurut tiga orang yang mengetahui langsung percakapan tersebut.
Langkah selanjutnya yang dapat menggerakkan negara-negara tersebut menuju negosiasi formal mengenai kemitraan ini akan dibahas ketika Presiden Indonesia Joko Widodo mengunjungi Gedung Putih untuk bertemu dengan Presiden AS Joe Biden pada Senin, menurut salah satu sumber.
Pemerintahan Biden masih mengkhawatirkan standar lingkungan, sosial, dan tata kelola di Indonesia dan sedang mengkaji bagaimana kesepakatan tersebut bisa berjalan, kata sumber tersebut. Pemerintah juga merencanakan konsultasi lebih lanjut dengan anggota parlemen dan kelompok buruh AS dalam beberapa minggu mendatang, kata salah satu sumber.
“Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum kami dapat secara resmi mengumumkan perundingan mengenai kemitraan mineral penting,” kata orang tersebut.
Gedung Putih tidak menanggapi permintaan komentar.
Indonesia, yang memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia, pada September meminta Amerika Serikat untuk memulai diskusi mengenai kesepakatan perdagangan mineral penting sehingga ekspor dari negara Asia Tenggara tersebut dapat tercakup dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) AS.
Sebagian besar nikel Indonesia diolah menjadi logam mentah, namun pemerintah ingin mengembangkan rantai pasokan kendaraan listrik untuk memanfaatkan cadangan nikel yang sangat besar, yang dapat diolah menjadi bahan baterai.
Diskusi pemerintahan Biden, yang mencakup Perwakilan Dagang AS Katherine Tai serta Gedung Putih, fokus untuk memastikan bahwa potensi pasokan nikel diproduksi dengan dampak lingkungan sesedikit mungkin, menurut salah satu sumber, yang secara langsung memberi nasihat kepada pemerintah dan tidak berwenang untuk berbicara di depan umum.
“Momentumnya secara keseluruhan cukup menjanjikan, namun (kami) tidak ingin meremehkan fakta bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di sini,” kata salah satu sumber.
<!--more-->
Terbesar di Dunia
Persediaan nikel di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia dan penambangan nikel di sana dianggap sebagai penyebab deforestasi besar-besaran dan polusi air.
Berdasarkan pedoman undang-undang AS yang dikeluarkan pada Maret, Washington telah mewajibkan sejumlah mineral penting dalam baterai kendaraan listrik diproduksi atau dirakit di Amerika Utara atau mitra perdagangan bebas, agar kendaraan listrik yang dijual di Amerika Serikat memenuhi syarat untuk mendapatkan kredit pajak. Indonesia tidak memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Amerika Serikat.
Pemerintahan Biden juga sedang mendiskusikan cara untuk mendapatkan nikel apa pun yang diekstraksi dari Indonesia tetapi diproses di Cina untuk menerima kredit IRA, salah satu sumber menambahkan.
Sebuah perkiraan menyebutkan nilai pasar global untuk industri nikel sebesar $33,5 miliar pada tahun 2022, meskipun pasar mengalami kelebihan pasokan.
Satu-satunya tambang nikel di AS akan ditutup dalam beberapa tahun ke depan, dan negara tersebut tidak memiliki pabrik peleburan nikel, hal ini merupakan risiko terhadap tujuan Biden agar Amerika Serikat memimpin dalam manufaktur kendaraan listrik.
Pemerintah tahun lalu memberikan hampir $115 juta kepada Talon Metals, untuk mendanai sebagian pabrik pengolahan nikel di North Dakota yang akan memasok Tesla Inc.
Talon sedang mencari izin untuk usulan tambang nikel di Minnesota, namun mendapat tentangan dari masyarakat adat. Banyak penambang AS mengatakan bahwa pemerintahan Biden harus lebih fokus pada menyetujui proyek dalam negeri dibandingkan mencari pasokan internasional.
REUTERS
Pilihan Editor: Israel Mempertajam Peringatan ke Hizbullah saat Serangan Lintas Batas Meningkat