Israel Gempur Jalur Gaza dengan Serangan Udara Paling Sengit
Reporter
Tempo.co
Editor
Ida Rosdalina
Selasa, 10 Oktober 2023 19:59 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Israel menggempur Jalur Gaza pada Selasa, 10 Oktober 2023, dengan serangan udara paling sengit dalam 75 tahun sejarah konfliknya dengan Palestina, menghancurkan seluruh distrik hingga menjadi debu meskipun ada ancaman Hamas untuk mengeksekusi tawanan untuk setiap rumah yang diserang.
Israel telah bersumpah akan melakukan "balas dendam paling hebat" sejak kelompok Islam bersenjata mengamuk di kota-kotanya, meninggalkan jalan-jalan yang dipenuhi mayat, yang merupakan serangan paling mematikan dalam sejarah Israel.
Israel telah memanggil ratusan ribu tentara cadangan dan menempatkan Gaza, yang dipadati 2,3 juta orang, di bawah pengepungan.
Media Israel mengatakan kematian dari serangan Hamas, Sabtu, telah mencapai 900, kebanyakan warga sipil yang ditembaki di rumah-rumah, di jalan-jalan dan di sebuah pesta dansa padang pasir, mengecilkan jumlah korban dari serangan-serangan modern militan Islam di masa modern, kecuali 9/11.
Sejumlah orang Israel dan orang asing dibawa ke Gaza sebagai sandera. Beberapa diarak di jalan-jalan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 770 orang dan melukai lebih dari 4.000 orang. Serangan udara, yang merupakan serangan terberat yang pernah ada, semakin intensif pada Selasa malam, mengguncang tanah dan menimbulkan asap serta api ke langit pagi.
PBB mengatakan lebih dari 180.000 warga Gaza kehilangan tempat tinggal, banyak di antaranya berkerumun di jalan atau di sekolah. Pengeboman menutup jalan bagi kru darurat.
Di kamar mayat di rumah sakit Khan Younis di Gaza, jenazah dibaringkan di tanah di atas tandu dengan nama tertulis di perut mereka. Petugas medis meminta para kerabat untuk segera mengambil jenazah karena tidak ada lagi ruang untuk jenazah.
<!--more-->
Satu Distrik Dihapus
Ada banyak korban jiwa di bekas bangunan kota yang dihantam saat digunakan sebagai tempat penampungan darurat.
“Ada banyak sekali orang yang mati syahid, orang-orang masih berada di bawah reruntuhan, beberapa teman menjadi syahid atau terluka,” kata Ala Abu Tair, 35, yang mencari perlindungan di sana bersama keluarganya setelah melarikan diri dari Abassan Al-Kabira di dekat perbatasan. “Tidak ada tempat yang aman di Gaza, seperti yang Anda lihat, serangan terjadi di mana-mana.”
Radwan Abu al-Kass, seorang instruktur tinju dan ayah tiga anak, mengatakan dia adalah salah satu orang terakhir yang mengevakuasi gedung lima lantai di distrik Al Rimal setelah daerah tersebut diserang. Dia akhirnya pergi ketika sebuah rudal menghantam gedung tersebut, yang dihancurkan oleh serangan yang lebih besar setelah dia keluar.
“Satu distrik baru saja dihapus,” katanya.
Tiga jurnalis Palestina terbunuh ketika sebuah rudal Israel menghantam sebuah bangunan saat mereka berada di luar memberikan laporan, menambah jumlah jurnalis yang tewas menjadi enam. Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk mengatakan warga sipil menjadi korban dalam serangan terhadap blok menara, sekolah dan gedung PBB.
“Hukum humaniter internasional sudah jelas: kewajiban untuk selalu berhati-hati untuk menyelamatkan penduduk sipil dan benda-benda sipil tetap berlaku selama serangan terjadi,” katanya.
REUTERS
Pilihan Editor: Rusia Ingin Bantu Menyelesaikan Konflik Palestina-Israel