Junta Niger: Penarikan Pasukan Prancis akan Dimulai dengan 400 Tentara

Reporter

Tempo.co

Editor

Ida Rosdalina

Jumat, 6 Oktober 2023 20:42 WIB

Seseorang memegang kertas bertuliskan 'Kami tidak lagi menginginkan Prancis' saat perempuan Niger berdemonstrasi dengan memukul dan membawa peralatan dapur untuk mendukung para putschist di depan markas Angkatan Darat Prancis, di Niamey, Niger 30 Agustus 2023. REUTERS/ Mahamadou Hamidou

TEMPO.CO, Jakarta - Junta Niger pada Kamis malam, 5 Oktober 2023, mengatakan bahwa 400 tentara Prancis yang berbasis di kota barat daya Ouallam akan menjadi pasukan pertama yang melakukan penarikan. Hal ini merupakan pukulan lebih lanjut terhadap pengaruh Prancis di wilayah Sahel yang dilanda konflik.

Kepergian pasukan Prancis dari Niger telah menjadi tuntutan utama para perwira militer yang merebut kekuasaan pada Juli – salah satu dari serangkaian kudeta baru-baru ini di Sahel, Afrika Barat, yang secara drastis mengubah pertempuran yang telah berlangsung selama satu dekade melawan pemberontak yang terkait dengan Al Qaeda dan ISIS.

Prancis awalnya bertahan, menolak menerima legitimasi junta. Namun bulan lalu Presiden Emmanuel Macron memutuskan untuk mengakhiri kerja sama militer dengan Niger dan menarik seluruh 1.500 tentara Prancis, sehingga meninggalkan lubang besar dalam upaya Barat untuk melawan pemberontakan.

Kota Ouallam berada di garis depan krisis keamanan di Niger, dan menampung ribuan orang yang mengungsi dari desa-desa sekitarnya setelah bertahun-tahun diserang oleh kelompok bersenjata.

“400 tentara Prancis yang berbasis di Ouallam akan menjadi yang pertama berkemas dan berangkat,” kata junta dalam pernyataan yang dibacakan di radio nasional.

Advertising
Advertising

Junta juga mengatakan sebuah pangkalan udara di ibu kota Niamey, tempat sebagian besar tentara Prancis ditempatkan, akan dibongkar pada akhir tahun ini.

Belum ada komentar langsung dari Prancis, yang pengaruhnya terhadap bekas jajahannya di Afrika telah berkurang dalam tiga tahun terakhir karena para pemimpin kudeta di Mali, Burkina Faso dan Niger memutuskan hubungan di tengah gelombang sentimen anti-Prancis.

Paris mengatakan pada Kamis bahwa penarikan diri dari Niger akan dimulai minggu ini dan selesai pada akhir tahun ini, namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Sejak kudeta Niger, massa pendukung junta berkemah di luar pangkalan Niamey menuntut penarikan pasukan.

Mereka menuduh Prancis memberikan pengaruh berlebihan dan gagal menyelesaikan krisis keamanan yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan orang mengungsi di wilayah tersebut.

Beberapa analis mengatakan junta militer di Sahel menggunakan Prancis sebagai kambing hitam atas masalah yang sulit diselesaikan.

Kekerasan telah meningkat di Burkina Faso dan Mali sejak mereka mengusir pasukan Prancis setelah kudeta pada tahun 2020-2022, menurut data konflik.

REUTERS

Pilihan Editor: Menteri Pakistan Bela Keputusan untuk Mengusir Pengungsi Afghanistan

Berita terkait

Orang Jawa Banyak Jadi Penduduk di Kaledonia Baru yang Kini Dilanda Kerusuhan

2 hari lalu

Orang Jawa Banyak Jadi Penduduk di Kaledonia Baru yang Kini Dilanda Kerusuhan

Mayoritas penduduk Kaledonia Baru adalah orang Jawa. Kini kolonial Prancis tersebut sedang dilanda kerusuhan terburuk dalam 30 terakhir.

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

13 hari lalu

Emmanuel Macron Mengutuk Unjuk Rasa Mahasiswa Pro-Palestian yang Menutup Paksa Gerbang Kampus

Emmanuel Macron mengutuk blokade oleh demonstran pro-Palesitna yang menutup pintu-pintu gerbang masuk ke universitas.

Baca Selengkapnya

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

16 hari lalu

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

Amerika Serikat mengakui salah telah membunuh warga sipil saat menargetkan pemimpin Al Qaeda di Suriah dalam serangan drone.

Baca Selengkapnya

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

17 hari lalu

5 Fakta Osama bin Laden, Pendiri Al-Qaeda yang Ditembak Mati AS pada 2 Mei 2011

Hari ini, 2 Mei 2011, Osama bin Laden ditembak mati oleh pasukan Amerika. Berikut fakta-fakta Osama bin Laden.

Baca Selengkapnya

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

22 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

27 hari lalu

Emmanuel Macron Minta Hizbullah Ditarik dari Perbatasan Israel-Lebanon

Emmanuel Macron rapat dengan Perdana Menteri Lebanon untuk mendiskusikan kelompok Hizbullah.

Baca Selengkapnya

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

41 hari lalu

Rwanda Peringati 30 Tahun Genosida terhadap Ratusan Ribu Warga Suku Tutsi

Rwanda pada Minggu memulai peringatan selama satu pekan untuk memperingati 30 tahun genosida terhadap ratusan ribu warga etnis Tutsi pada 1994.

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

42 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

43 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

51 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya