Oposisi Afghanistan Janjikan Perang Gerilya untuk Memaksa Taliban Gelar Pemilu

Reporter

Tempo.co

Editor

Ida Rosdalina

Jumat, 29 September 2023 17:09 WIB

Ahmad Massoud, pemimpin Front Perlawanan Nasional Afghanistan (NRF) di pengasingan dan putra mantan komandan mujahidin anti-Soviet Ahmad Shah Massoud. REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta - Tidak ada pembicaraan dengan Taliban untuk merundingkan penyelesaian perdamaian, kata pemimpin anti-Taliban Afghanistan Ahmad Massoud pada Kamis, 28 September 2023, dan berjanji untuk meningkatkan "perang gerilya" untuk membawa kelompok Islam garis keras ke meja perundingan.

Berbicara dalam sebuah wawancara di Paris, Massoud, pemimpin Front Perlawanan Nasional Afghanistan (NRF) yang diasingkan, mengatakan bahwa satu-satunya cara bagi Taliban untuk mendapatkan legitimasi adalah dengan mengadakan pemilu, tetapi hal itu tidak mungkin terjadi untuk saat ini.

“Taliban menolak pembicaraan negosiasi apa pun dan mereka hanya ingin dunia dan rakyat Afghanistan menerima bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk maju, padahal sebenarnya tidak,” kata Massoud, putra mantan komandan mujahidin anti-Soviet. Ahmad Shah Massoud, mengatakan pada Kamis malam.

NRF mengelompokkan kekuatan oposisi yang setia kepada Massoud. Mereka menentang pengambilalihan Taliban dan bentrokan telah terjadi sejak Agustus 2021 antara kedua belah pihak di kubu gerakan perlawanan di Panjshir, sebelah utara ibu kota Kabul.

Massoud, yang beroperasi dari luar negeri, mengatakan NRF terpaksa mengubah taktik karena tidak dapat melawan Taliban yang memiliki persenjataan lengkap secara konvensional.

Advertising
Advertising

“Tahun lalu, kami memilih pendekatan yang lebih pragmatis dan itu adalah perang gerilya. Itu sebabnya Anda melihat jumlah kami lebih sedikit tetapi dampaknya lebih besar,” katanya, sambil menambahkan bahwa jumlah pejuangnya berkembang dari 1.200 menjadi 2.000.

Pria berusia 34 tahun, yang berada di Paris untuk meluncurkan buku baru, mengatakan para pejuangnya tidak menerima bantuan militer apa pun, namun mengandalkan persediaan dari perang selama beberapa dekade di negara tersebut dan membutuhkan amunisi.

“Perlawanan itu cukup membuat pusing Taliban, namun tidak untuk menjatuhkan mereka atau membuat mereka terlalu menderita sehingga mereka datang untuk melakukan perundingan yang tepat dan bermakna. Jadi, ini adalah hal yang harus dipahami dunia,” ujarnya.

Massoud menolak saran untuk kembali ke Afghanistan sebagai bagian dari skema reintegrasi mantan pejabat Taliban.

“Orang-orang yang meninggalkan Afghanistan, mereka pergi bukan hanya sekedar untuk rumah atau mobil. Mereka pergi karena tujuan mulia. Mereka pergi karena beberapa prinsip,” katanya.

“Jika Taliban mengumumkan bahwa mereka menerima pemilu, hari ini kami sebuah bisa kembali karena itulah yang kami inginkan.”

Pemilu terakhir di Afghanistan diadakan di bawah pemerintahan yang didukung AS yang digulingkan Taliban pada Agustus 2021 ketika pasukan Barat mundur. Taliban membubarkan komisi pemilu negara itu pada Desember 2021.

Banyak negara Barat yang secara formal tidak mengakui pemerintahan Taliban, terutama karena perlakuannya terhadap perempuan di negara tersebut. Namun hanya ada sedikit tekanan atau keinginan untuk sekali lagi terlibat di negara yang fokus utamanya adalah perang di Ukraina.

“Kami berusaha untuk memberitahu Barat bahwa mungkin Anda sibuk dengan Ukraina, tetapi pada saat yang sama Anda perlu memberi perhatian pada situasi di Afghanistan karena situasi di sana adalah bom waktu,’ kata Massoud.

REUTERS

Pilihan Editor: Putin Bertemu Komandan Baru Wagner, Pasukan Akan Dikirim Lagi ke Ukraina?

Berita terkait

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

4 hari lalu

Retno Marsudi Soroti Kesenjangan Pembangunan Jadi Tantangan Terbesar OKI

Retno Marsudi menyoroti kesenjangan pembangunan sebagai tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota OKI

Baca Selengkapnya

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

6 hari lalu

4 Kota di Afganistan yang Paling Menarik Dikunjungi, Banyak Peninggalan Sejarah

Afganistan yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah menawarkan banyak hal untuk dijelajahi, misalnya situs bersejarah dan budaya.

Baca Selengkapnya

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

6 hari lalu

Taliban Siapkan Promosi Wisata Afganistan untuk Tingkatkan Perekonomian

Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata Afganistan meningkat. Turis asing paling banyak berasal dari Cina.

Baca Selengkapnya

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

45 hari lalu

ISIS Cabang Afghanistan Klaim Bertanggung Jawab atas Serangan Moskow, Siapa Mereka?

Serangan mematikan di Moskow yang diklaim oleh afiliasi ISIS menyebabkan 137 orang tewas dan sekitar 100 orang terluka.

Baca Selengkapnya

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

8 Maret 2024

Indonesia Kirim Bantuan Vaksin Polio ke Afghanistan

Indonesia bekerja sama di antaranya dengan UNICEF memberikan bantuan vaksin polio bOPV ke Afghanistan

Baca Selengkapnya

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

6 Maret 2024

Inggris Tangkap 5 Anggota Pasukan Khusus SAS, Diduga Terlibat Kejahatan Perang di Suriah

Lima anggota unit pasukan khusus elit SAS Inggris ditangkap karena dicurigai melakukan kejahatan perang di Suriah

Baca Selengkapnya

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

2 Maret 2024

15 Orang Tewas Akibat Salju Lebat dan Badai di Afghanistan

Badai salju hebat di Afghanistan menyebabkan 15 orang tewas dan ribuan ternak mati.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

27 Februari 2024

Menlu Retno: Dewan HAM PBB Harus Tangani Pelanggaran HAM Israel atas Palestina

Menlu Retno mendesak Dewan HAM PBB untuk menangani pelanggaran hak asasi manusia berat yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.

Baca Selengkapnya

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

26 Februari 2024

Taliban Bebaskan Ekstrimis Anti-Imigran Austria, Lansia 84 Tahun

Taliban membebaskan Herbert Fritz, seorang ekstrimis anti-imigran berusia 84 tahun. Ia sedang membuat artikel wisata di Afghanistan.

Baca Selengkapnya

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

20 Februari 2024

Menlu Retno Angkat Isu Hak Perempuan di Konferensi PBB tentang Taliban

Menlu Retno Marsudi mengangkat isu hak-hak perempuan Afghanistan dalam konferensi PBB di Doha, Qatar yang membahas Taliban.

Baca Selengkapnya