Pekerja Migran Meninggal di Korea Selatan, Butuh Ratusan Juta untuk RS dan Pulangkan Jenazah

Reporter

Nabiila Azzahra

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 21 September 2023 08:00 WIB

Kota Seoul, Korea Selatan, 19 April 2022. REUTERS/Kim Hong-Ji

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pekerja migran Indonesia, Sofiyatun, meninggal karena pendarahan otak hari Senin, 18 September 2023, setelah belum lama bekerja di Korea Selatan. Jenazahnya belum dipulangkan ke Tanah Air karena membutuhkan biaya ratusan juta rupiah. Orang-orang terdekatnya pun tengah menggalang dana agar almarhumah bisa pulang.

Kedutaan Besar Republik Indonesia atau KBRI Seoul turut berupaya menutup biaya rumah sakit dan pemulangan jenazah Sofiyatun. Kondisi kesehatannya menurun di hari pertama kerja di sana, saat asuransinya belum diurus oleh perusahaan yang mempekerjakannya.

Menurut Atase Ketenagakerjaan KBRI Seoul, Yessie Kualasari, seluruh biaya akan ditanggung oleh perusahaan dan asuransi jika pekerja meninggal karena kecelakaan kerja. Namun bagi Sofiyatun, yang meninggal karena sakit, proses pelunasan biaya perlu melalui proses panjang yang sedang diusahakan banyak pihak.

Kronologi
Sofiyatun berangkat ke Korea Selatan pada 29 Agustus 2023 lalu, dan tiba keesokan harinya di kota Hwaseong. Dia segera dijemput oleh majikannya pada 1 September, dan mulai bekerja pada 2 September di kota Ansan.

Perempuan kelahiran 1996 ini adalah seorang pekerja migran yang dikirim untuk bekerja melalui skema penempatan pemerintah atau Government to Government (G2G). Proses perekrutan hingga pemberangkatan semuanya dilakukan oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2MI).

Di hari pertama bekerja, Sofiyatun pingsan, kemudian dilarikan ke klinik terdekat dan mendapat pengobatan. Dia pun tidak bisa lanjut bekerja, sehingga beristirahat di asrama perusahaan. Ketika ditemukan bahwa kondisinya serius, dia dirujuk ke rumah sakit yang lebih besar.

Yessie menjelaskan bahwa Sofiyatun mengalami kondisi pansitopenia, yaitu ketika sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit berada di bawah normal. Trombosit yang seharusnya membekukan darah tidak ada dalam sistem tubuhnya, sehingga terjadi pendarahan masif. Dokter bedah saraf pun disebut tidak bisa melakukan operasi, karena akan lebih membahayakan.

“Kami diminta menyampaikan ke keluarga. Kami lakukan Zoom dengan keluarga dan dokter, lalu kami sampaikan dia dalam keadaan koma, pendarahan otak, dan tidak bisa dilakukan operasi. Hanya dipasang life support (bantuan hidup),” kata Yessie kepada Tempo, Rabu, 20 September 2023.

Pada Senin siang, KBRI Seoul dibantu oleh penerjemah dari pusat dukungan untuk pekerja asing, serta teman yang dikuasakan oleh keluarga untuk mengurus perihal rumah sakit. Mereka diminta datang ke rumah sakit saat kondisi Sofiyatun memburuk siang itu, dan keluarga kembali dihubungi untuk diberi tahu bahwa fungsi otak Sofiyatun sudah berhenti.

Harapan hidupnya sangat kecil, dan hal itu mereka sampaikan pada keluarga Sofiyatun secara virtual.

“Dokter minta keluarga memperbolehkan life support dihentikan. Keluarga akhirnya mengikhlaskan dan dimulai secara alamiah, dalam artian dikurangi dosis obatnya perlahan-lahan, dan akhirnya di Senin malam pukul 20.30 dinyatakan meninggal,” kata Yessie.

Berikutnya: Butuh biaya ratusan juta

Berita terkait

Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

1 hari lalu

Belajar Teknologi Drone, 10 Mahasiswa STIK Polri Kursus Singkat di Universitas Kepolisian Korea Selatan

Selain teknologi drone, mahasiswa STIK Polri juga mempelajari forensik untuk mencari barang bukti penyebab terjadinya pembunuhan.

Baca Selengkapnya

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

1 hari lalu

Uni Eropa, UNODC dan ILO Luncurkan PROTECT untuk Lindungi Hak Perempuan Pekerja Migran

PROTECT ditujukan untuk memperkuat hak-hak perempuan pekerja migran, anak-anak dan kelompok berisiko di Indonesia

Baca Selengkapnya

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

2 hari lalu

PBB: Puluhan Ribu Jenazah di Gaza Belum Teridentifikasi

PBB mengatakan masih ada sekitar 10.000 jenazah di Gaza yang masih harus melalui proses identifikasi.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pembunuhan Berencana Mayat dalam Sarung di Pamulang

2 hari lalu

Kronologi Pembunuhan Berencana Mayat dalam Sarung di Pamulang

Pelaku pembunuhan berencana menghabisi sepupunya dengan alasan sakit hati karena diperlakuan tak baik.

Baca Selengkapnya

SBMI Somasi Kementerian Perhubungan terkait Pekerja Migran di Kapal Niaga dan Perikanan

2 hari lalu

SBMI Somasi Kementerian Perhubungan terkait Pekerja Migran di Kapal Niaga dan Perikanan

Serikat Buruh Migran Indonesia atau SBMI somasi Kementerian Perhubungan terkait perlindungan pekerja migran di kapal niaga dan perikanan.

Baca Selengkapnya

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

2 hari lalu

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

Anggota Majelis Nasional Korea Selatan Kim Gi-Hyeon menilai Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) adalah sosok revolusioner

Baca Selengkapnya

Militer Israel Kepung Gaza dari Utara Hingga Selatan, Kondisi Warga Palestina Semakin Sulit

3 hari lalu

Militer Israel Kepung Gaza dari Utara Hingga Selatan, Kondisi Warga Palestina Semakin Sulit

Pasukan Israel menyerbu jauh ke dalam reruntuhan di tepi utara Gaza , di saat bersamaan tank dan tentara Israel menerobos jalan raya menuju Rafah

Baca Selengkapnya

Jaksa Interogasi Pendeta Pemberi Hadiah Tas Mewah Ibu Negara Korea Selatan

3 hari lalu

Jaksa Interogasi Pendeta Pemberi Hadiah Tas Mewah Ibu Negara Korea Selatan

Kejaksaan Korea Selatan menginterogasi pendeta yang diam-diam merekam dirinya menyerahkan tas tangan mewah merk Dior kepada Ibu Negara Kim Keon Hee

Baca Selengkapnya

Mengenal Iroha Member Termuda Girl Group ILLIT Asal Jepang

3 hari lalu

Mengenal Iroha Member Termuda Girl Group ILLIT Asal Jepang

Grup idol ILLIT sedang naik daun setelah merilis debut pertama mereka lewat lagu berjudul Magnetic. Membernya tak semua asal Korea Selatan.

Baca Selengkapnya

Viral Peti Jenazah Bayar Bea Masuk 30 Persen, Pengurus Jenazah Luar Negeri: Bisa Jadi Salah Urus

4 hari lalu

Viral Peti Jenazah Bayar Bea Masuk 30 Persen, Pengurus Jenazah Luar Negeri: Bisa Jadi Salah Urus

Pengambilan peti jenazah dari luar negeri tak sepenuhnya bebas biaya. Bea Cukai menetapkan biaya resmi dengan rincian tertentu.

Baca Selengkapnya