TikTok Kena Denda 345 Euro oleh Irlandia, Melanggar Aturan Privasi

Minggu, 17 September 2023 13:04 WIB

Logo TikTok (tiktok.com)

TEMPO.CO, Jakarta - TikTok didenda sebesar 345 juta euro atau setara Rp5,65 triliun, karena melanggar undang-undang privasi terkait pemrosesan data pribadi anak-anak di Uni Eropa, kata regulator utama di blok tersebut pada Jumat, 15 September 2023, menurut laporan Reuters dikutip dari Antara.

TikTok kena denda karena diduga melanggar sejumlah undang-undang privasi UE antara 31 Juli 2020 hingga 31 Desember 2020, menurut keterangan dari Komisaris Perlindungan Data (DPC) Irlandia.

TikTok Didenda

Advertising
Advertising

Komisi Perlindungan Data (DPC) Irlandia telah mengenakan denda untuk TikTok. Langkah itu buntut dari penyelidikan yang telah dilakukan DPC sejak 2021. Penyelidikan itu mengevaluasi kepatuhan TikTok terhadap undang-undang Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) Eropa. Pengawas data Irlandia yang mengawasi aplikasi tersebut di seluruh Uni Eropa, menemukan TikTok telah melanggar regulasi itu.

Dikutip dari Gadgets Now, DPC Irlandia menemukan, TikTok melanggar GDPR dengan menyetel akun anak-anak ke publik secara default, mengizinkan orang dewasa mengaktifkan direct message atau pesan langsung untuk pengguna berusia di atas 16 tahun. Tak ada pertimbangan risiko bagi pengguna di bawah 13 tahun di platform tersebut.

Penemuan tersebut mengungkap, anak-anak berusia antara 13 tahun dan 17 tahun diarahkan melalui proses sign up akun mereka ditetapkan ke publik secara default. Artinya siapa pun bisa melihat konten akun dan mengomentarinya.

Fitur Family Pairing menghubungkan akun anak-anak ke akun orang dewasa untuk mengelola pengaturan aplikasi. Tak ada verifikasi orang dewasa tersebut benar-benar orang tua atau wali dari anak tersebut. DPC Irlandia menemukan, profil dewasa yang belum diverifikasi bisa ditautkan untuk mengirim pesan langsung.

Upaya TikTok untuk menjauhkan anak-anak di bawah 13 tahun dari platform ini dipertanyakan. Meskipun metode verifikasi usia mematuhi GDPR, privasi pengguna di bawah umur tidak terlindungi secara ideal.

DPC mengkritik proses pengaturan sebelumnya yang memungkinkan siapa pun melihat konten pengguna di bawah umur. Fitur seperti Duet dan Stitch diaktifkan secara otomatis untuk pengguna di bawah 17 tahun. TikTok memiliki waktu tiga bulan untuk mematuhi peraturan baru.

Sebelumnya, TikTok juga pernah didenda sebesar 12,7 juta Poundsterling atau setara Rp241 miliar pada April oleh regulator data Inggris. Itu karena secara ilegal memproses data 1,4 juta anak di bawah 13 tahun yang menggunakan platformnya tanpa izin orang tua.

“Kami dengan hormat tidak setuju dengan keputusan tersebut, terutama besaran denda yang dikenakan. Kritik DPC terfokus fitur dan pengaturan yang diterapkan tiga tahun lalu,” menurut keterangan TikTok. "Kami melakukan perubahan jauh sebelum penyelidikan dimulai, seperti mengatur semua akun di bawah 16 tahun menjadi pribadi secara default."

Sejak 2021, semua akun TikTok lama dan baru untuk anak berusia 13 hingga 15 tahun telah disetel ke mode private secara default. Hanya orang yang disetujui oleh pengguna yang bisa melihat konten. Perubahan ini dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang diangkat dalam penyelidikan.

Pilihan Editor: TikTok Resmi Luncurkan Bisnis Belanja Online di AS

Berita terkait

Cerita Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Lapor Polisi, Alami Kerugian Rp 30 Juta

1 hari lalu

Cerita Korban Penipuan Beasiswa S3 ke Filipina Lapor Polisi, Alami Kerugian Rp 30 Juta

Program pendidikan yang dia ikuti itu akan dilaksanakan di Philippine Women's University pada 2024 di Manila dengan skema beasiswa parsial doktoral.

Baca Selengkapnya

Beri Makan Gibran yang Kelaparan di Bogor, TikToker Asal Depok Malah Diancam Dipenjarakan

7 hari lalu

Beri Makan Gibran yang Kelaparan di Bogor, TikToker Asal Depok Malah Diancam Dipenjarakan

TikToker asal Depok diancam dipenjarakan akibat video memberi makan bocah yang kelaparan di Desa Rawa Panjang, Kabupaten Bogor viral di media sosial.

Baca Selengkapnya

Cerita TikToker Awbimax Ditawari Jadi Buzzer Bea Cukai, Patok Harga Rp100 Juta

9 hari lalu

Cerita TikToker Awbimax Ditawari Jadi Buzzer Bea Cukai, Patok Harga Rp100 Juta

Tiktokers @awbimax atau Bima viral mengakui ditawari menjadi buzzer Bea Cukai.

Baca Selengkapnya

Viral TikTokers Bima Unggah Penawaran jadi Buzzer Bea Cukai, Begini Tanggapan Bea Cukai

9 hari lalu

Viral TikTokers Bima Unggah Penawaran jadi Buzzer Bea Cukai, Begini Tanggapan Bea Cukai

Bima tidak ingin menjadi pembohong karena harus berbicara testimoninya tentang Bea Cukai menggunakan skrip yang dibuat oleh agensi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

10 hari lalu

Mahasiswa Irlandia Berkemah di Trinity College Dublin untuk Protes Pro-Palestina

Mahasiswa Irlandia mendirikan perkemahan di Trinity College Dublin untuk memprotes serangan Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Twitch Meluncurkan Umpan Penemuan seperti TikTok

11 hari lalu

Twitch Meluncurkan Umpan Penemuan seperti TikTok

Twitch meluncurkan umpan penemuan baru yang mirip seperti TikTok untuk semua penggunanya

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

11 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

Cara Mengembalikan Akun TikTok yang Ditangguhkan dengan Mudah

13 hari lalu

Cara Mengembalikan Akun TikTok yang Ditangguhkan dengan Mudah

Aplikasi TikTok bisa dibanned karena beberapa alasan, seperti kesalahan konten. Berikut ini cara mengembalikan akun TikTok yang ditangguhkan.

Baca Selengkapnya

Rayakan Hari Pendidikan Nasional Lewat 35 Link Twibbon Ini

14 hari lalu

Rayakan Hari Pendidikan Nasional Lewat 35 Link Twibbon Ini

35 Twibbon Hari Pendidikan Nasional, silakan download dan upload untuk merayakannya.

Baca Selengkapnya

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

14 hari lalu

Survei: 58 Persen Responden Percaya Beijing Gunakan TikTok untuk Pengaruhi Opini Warga Amerika Serikat

Jajak pendapat yang dilakukan Reuters/Ipsos mengungkap 58 persen responden percaya Beijing menggunakan TikTok untuk mempengaruhi opini warga Amerika.

Baca Selengkapnya