36 Tahun Malala Yousafzai, Aktivis Pendidikan Peraih Nobel Perdamaian Termuda

Kamis, 13 Juli 2023 00:49 WIB

Peraih Nobel Malala Yousafzai bersama ayahnya Ziauddin Yousafzai berfoto dengan dan murid-murid di sekolah yang didanai Unicef di kamp Bakassi di Maiduguri, Nigeria, 18 Juli 2017. Reuters/Afolabi Sotunde

TEMPO.CO, Jakarta - Malala Yousafzai merupakan salah satu peraih hadiah Nobel Perdamaian termuda dalam sejarah yang meraihnya dalam usia 17 tahun. Capaiannya itu tidak lepas dari keberaniannya memperjuangkan hak perempuan dan pendidikan serta menentang Taliban. Siapakah dia?

Kehidupan Awal

Melansir dari britannica, Malala Yousafzai lahir pada 12 Juli 1997 di Mingora, Lembah Swat, Pakistan. Ia merupakan aktivis Pakistan yang ketika remaja berbicara secara terbuka menentang larangan pendidikan anak perempuan yang diberlakukan oleh Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP) atau yang juga disebut Pakistani Taliban.

Dia mendapat perhatian global ketika dia selamat dari upaya pembunuhan pada usia 15 tahun. Pada tahun 2014 Yousafzai dan Kailash Satyarthi bersama-sama dianugerahi Penghargaan Nobel Perdamaian sebagai pengakuan atas upaya mereka atas nama hak-hak anak.

Ayah Malala, Ziauddin, mendirikan dan mengelola lembaga pendidikan tempat dia bersekolah, Sekolah Menengah dan Kolese Khushal Girls di kota Mingora. Kiprah Ziauddin yang juga bergelut dalam pendidikan mendorong putrinya untuk mengikuti jejaknya.

Pada 2007, lembah Swat yang pernah menjadi tujuan liburan, diserbu oleh TTP. Dipimpin oleh Maulana Fazlullah, TTP mulai memberlakukan hukum Islam yang ketat. Mereka menghancurkan atau menutup sekolah perempuan, melarang perempuan berperan aktif dalam masyarakat, dan melakukan bom bunuh diri. Yousafzai dan keluarganya melarikan diri dari wilayah itu demi keselamatan mereka, tetapi mereka kembali ketika ketegangan dan kekerasan mereda.

Advertising
Advertising

Pada 1 September 2008 ketika Malala berusia 11 tahun, ayahnya membawanya ke klub pers lokal di Peshawar untuk memprotes penutupan sekolah, dan dia memberikan pidato pertamanya. “Beraninya Taliban Mengambil Hak Dasar Saya untuk Pendidikan?”.

Pidatonya tersebut dipublikasikan di seluruh Pakistan. Dan menjelang akhir 2008, TTP mengumumkan bahwa semua sekolah perempuan di Swat akan ditutup pada 15 Januari 2009. British Broadcasting Corporation (BBC) mendekati ayah Malala untuk mencari seseorang yang mungkin membuat blog untuk mereka tentang seperti apa rasanya hidup di bawah aturan TTP.

Dengan nama Gul Makai, Malala Yousafzai mulai menulis entri reguler untuk BBC Urdu tentang kehidupan sehari-harinya. Dia menulis dari Januari hingga awal Maret tahun itu dengan 35 entri yang juga diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Sementara itu, TTP menutup semua sekolah perempuan di Swat dan meledakkan lebih dari 100 sekolah.

Di awal tahun 2009 reporter The New York Times, Adam Ellick bekerja dengan Malala untuk membuat film dokumenter, Class Dismissed yang berisi potongan 13 menit tentang penutupan sekolah. Ellick membuat film kedua dengannya berjudul “Pengembaraan Seorang Siswi”.

Pada Oktober 2011, Malala dinominasikan oleh aktivis hak asasi manusia Desmond Tutu untuk Penghargaan Perdamaian Anak Internasional. Pada Desember tahun itu juga, dia dianugerahi Hadiah Perdamaian Pemuda Nasional pertama Pakistan (kemudian berganti nama menjadi Hadiah Perdamaian Malala Nasional).

Penembakan Oleh Taliban

Pada 9 Oktober 2012, Malala ditembak di kepala oleh seorang pria bersenjata TTP saat dia dalam perjalanan pulang dari sekolah. Fazlullah dan TTP bertanggung jawab atas percobaan pembunuhan terhadapnya.

Dia selamat dari insiden itu dan diterbangkan dari Peshawar...
<!--more-->

Dia selamat dari insiden itu dan diterbangkan dari Peshawar ke Birmingham, Inggris, untuk operasi. Insiden tersebut menimbulkan protes, dan penyebabnya diangkat ke seluruh dunia, termasuk oleh utusan khusus PBB untuk pendidikan global, Gordon Brown, yang memperkenalkan petisi yang meminta semua anak di seluruh dunia untuk kembali bersekolah pada 2015.

Malala Yousafzai dinobatkan menjadi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Termuda sekaligus pemenang Hadiah Nobel Termuda oleh Guinnes World Records. Pada 2014, Malala memeroleh penghargaan Nobel tersebut ketika dirinya berusia 17 tahun. REUTERS

Petisi tersebut menghasilkan ratifikasi RUU Hak atas Pendidikan pertama di Pakistan. Pada bulan Desember 2012 Presiden PakistanAsif Ali Zardari mengumumkan peluncuran dana pendidikan 10 juta US Dollar untuk menghormati Malala. Pada waktu yang sama, the Malala Fund didirikan oleh Vital Voices Global Partnership untuk mendukung pendidikan bagi semua anak perempuan di seluruh dunia.

Tinggal di Inggris

Setelah pulih, Malala tinggal bersama keluarganya di Birmingham, di mana ia kembali ke studinya dan aktivisme. Untuk pertama kalinya sejak ditembak, dia tampil di depan umum pada 12 Juli 2013 pada ulang tahunnya yang ke-16, dan berbicara kepada 500 penonton di Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York City.

Di antara banyak penghargaannya, pada tahun 2013 Yousafzai memenangkan Penghargaan Hak Asasi Manusia PBB, yang diberikan setiap lima tahun. Dia dinobatkan sebagai salah satu orang paling berpengaruh di majalah Time pada tahun 2013 dan muncul di salah satu dari tujuh sampul yang dicetak untuk edisi itu.

Malala dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2013, tetapi ia tidak meraihnya di tahun itu. Hingga pada 2014, Malala memenangkan hadiah tersebut, dan menjadi peraih Nobel termuda.

Setelah memenangkan Hadiah Nobel, Yousafzai terus bersekolah di Inggris hingga lulus dari Universitas Oxford pada 2020. Dengan pengaruh profil publiknya, ia menarik perhatian pada masalah hak asasi manusia di seluruh dunia.

Hidup Malala Yousafzai, sebelum dan sesudah serangan yang dialaminya, diabadikan dalam film dokumenter berjudul “He Named Me Malala” (2015). Judul tersebut merujuk pada fakta bahwa Yousafzai dinamai untuk pahlawan wanita Afghanistan Malalai, atau Malala, yang konon memimpin rakyatnya menuju kemenangan melawan Inggris pada tahun 1880 Pertempuran Maiwand.

NOBELPRIZE.ORG | UN | MALALA.ORG
Pilihan editor : 12 Juli Diperingati sebagai Hari Malala Berikut Kilas-balik Penetapannya oleh PBB

Berita terkait

Mengenal Sadiq Khan Wali Kota London Tiga Periode

1 hari lalu

Mengenal Sadiq Khan Wali Kota London Tiga Periode

Sadiq Khan meraih kemenangan periode ketiga sebagai Wali Kota London. Ia dari Partai Buruh

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

2 hari lalu

10 Negara dengan Jumah Penduduk Terbanyak di Dunia

Dilansir dari World Population by Country, ada 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Indonesia termasuk ke dalam 5 besar.

Baca Selengkapnya

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

7 hari lalu

Setahun Menjabat PM Skotlandia Humza Yousaf Mengundurkan Diri, Ini Alasannya

PM Skotlandia Humza Yousaf dilantik saat usianya masih 37 tahun, setahun lalu. Tak sampai setahun ia mengundurkan diri. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

17 hari lalu

Diserang Israel, Presiden Iran Justru Kunjungi Pakistan Pekan Ini

Presiden Iran Ebrahim Raisi akan melakukan kunjungan resmi ke Pakistan mulai pekan ini, meski negara itu baru saja diserang Israel pada Jumat lalu

Baca Selengkapnya

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

23 hari lalu

10 Negara dengan Biaya Hidup Termurah di Dunia, Indonesia Masuk?

Negara dengan biaya hidup termurah di dunia pada 2024, Pakistan berada di urutan pertama

Baca Selengkapnya

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

24 hari lalu

Profil Korban Jiwa Penusukan di Australia: Ibu Baru, Mahasiswi Cina hingga Pengungsi Ahmadiyah

Warga Australia berduka atas kematian lima perempuan dan seorang pria penjaga keamanan pengungsi asal Pakistan.

Baca Selengkapnya

Jerman Disebut Minta NATO Blokir Embargo Senjata PBB terhadap Israel

33 hari lalu

Jerman Disebut Minta NATO Blokir Embargo Senjata PBB terhadap Israel

Menlu Jerman Annalena Baerbock disebut mendesak NATO untuk memblokir rancangan resolusi PBB yang menyerukan penghentian ekspor senjata ke Israel.

Baca Selengkapnya

Risiko Genosida di Gaza, Dewan HAM PBB Rancang Resolusi Embargo Senjata Israel

35 hari lalu

Risiko Genosida di Gaza, Dewan HAM PBB Rancang Resolusi Embargo Senjata Israel

Dewan HAM PBB akan mempertimbangkan rancangan resolusi pada Jumat 5 April 2024 yang menyerukan embargo senjata terhadap Israel.

Baca Selengkapnya

Asif Ali Zardari Terpilih sebagai Presiden Pakistan, Mengenali Perjalanan Politiknya

58 hari lalu

Asif Ali Zardari Terpilih sebagai Presiden Pakistan, Mengenali Perjalanan Politiknya

Asif Ali Zardari mantan suami Benazir Bhutto yang dua kali menjabat perdana menteri Pakistan

Baca Selengkapnya

Putusan Pengadilan Pakistan: Hukuman Gantung Zulfikar Ali Bhutto Sewenang-wenang

6 Maret 2024

Putusan Pengadilan Pakistan: Hukuman Gantung Zulfikar Ali Bhutto Sewenang-wenang

44 tahun lalu, Zulfikar Ali Bhutto, ayah Benazir Bhutto, dihukum gantung dengang sewenang-wenang di bawah rezim militer Pakistan Jenderal Zia-ul-Haq.

Baca Selengkapnya