Studi Ungkap Warga Amerika Serikat Terseok-seok Hadapi Kenaikan Harga Sembako
Editor
Suci Sekarwati
Kamis, 1 Juni 2023 07:30 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah studi yang dipublikasi oleh Propel mengungkap akan ada lebih banyak keluarga di Amerika Serikat yang mengalami kelaparan menyusul naiknya harga-harga sembako dan dipangkasnya uang bantuan langsung tunai. Kondisi ini bisa mendorong ketahanan pangan Negeri Abang Sam ke level terburuk.
Studi tersebut diungkap oleh Propel, yakni sebuah aplikasi di ponsel yang membantu para penggunanya mengelola apa yang disebut kupon makan. Propel menemukan sebanyak 44 persen responden mengaku melewatkan banyak waktu makan dalam sebulan terakhir. Angka itu mengalami kenaikan 7 persen dibanding pada April 2023.
Hasil studi ini juga memperlihatkan adanya kerawanan pangan dikalangan para pengguna aplikasi Propel di level yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam dua bulan berturut-turut. Temuan Propel juga mengilustrasikan bagaimana kesulitan warga Amerika yang bergantung pada program bantuan Supplemental Nutrition Assistance Program (SNAP) untuk bertahan setelah 32 negara mulai memangkasi uang bantuan langsung tunai mulai Maret 2023. Pemangkasan itu berdampak pada lebih dari 30 juta orang dan terjadi saat harga-harga sembako di Amerika Serikat naik sekitar 20 persen dari dua tahun lalu.
Satu dari tiga responden mengatakan pada Propel mereka bergantung pada anggota keluarga atau teman untuk memberikan mereka makanan dalam sebulan terakhir. Hampir separuh dari responden Propel mengaku tidak mampu membeli makanan yang mereka inginkan dan 54 persen responden mengaku mereka terpaksa mengurangi makan.
“Kami tidak mampu menghabiskan uang untuk membeli makanan. Semuanya terasa begitu mahal. Kami ke bank makanan, namun suplai bahan makanan di sana tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti susu, roti, telur dan minyak. Jadi, kami keluar dengan tangan kosong hingga uang bantuan langsung tunai SNAP cair,” kata salah satu pengguna aplikasi Propel.
Propel mengungkap kenaikan bahan-bahan kebutuhan pokok seperti listrik, telah berkontribusi pada krisis ketahanan pangan. Lebih dari 43 persen responden yang mengikuti survei Propel memiliki utang kebutuhan pokok yang sudah jatuh tempo dan 26 persen menunggak utang sewa tempat tinggal. Sekitar 57 persen pengguna aplikasi Propel memproyeksikan uang di tangan mereka hanya bertahan kurang dari satu atau dua hari.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Saat Mobil Jokowi Terseok-seok di Jalan Terusan Ryacudu yang Rusak di Lampung
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.