Usai Gencatan Senjata, Dua Faksi dalam Konflik Sudan Bersiap Eskalasi
Reporter
Terjemahan
Editor
Ida Rosdalina
Senin, 29 Mei 2023 15:10 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi dan Amerika Serikat, Minggu, 28 Mei 2023, menyerukan perpanjangan kesepakatan gencatan senjata yang telah menghentikan perang enam minggu antara faksi militer, tetapi mengatakan kedua belah pihak telah menghambat upaya bantuan dan sedang bersiap untuk eskalasi lebih lanjut.
Bentrokan terdengar Sabtu malam dan pada Minggu di ibu kota Khartoum, kata penduduk, sementara pemantau hak asasi manusia melaporkan pertempuran mematikan di El Fashir, salah satu kota utama di wilayah barat Darfur.
Konflik Sudan antara militer dan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang pecah pada 15 April telah membuat ibu kota terguncang akibat pertempuran hebat, ketiadaan hukum dan runtuhnya pelayanan, mengusir hampir 1,4 juta orang dari rumah-rumah mereka dan mengancam destabilisasi kawasan.
Gencatan senjata seminggu penuh yang dimediasi dalam pembicaraan yang dipimpin oleh Arab Saudi dan AS di Jeddah jatuh tempo hingga Senin malam.
Kedua negara memonitor kesepakatan itu dan menyerukan tentara dan milisi RSF untuk memperbarui gencatan senjata “yang tidak sempurna diamati” untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan.
“Ada pelanggaran oleh kedua pihak yang menghambat bantuan kemanusiaan dan pemulihan layanan-layanan penting,” kata Arab Saudi dan AS dalam sebuah pernyataan bersama.
Pernyataan tersebut mengutip pelanggaran gencatan senjata, termasuk serangan udara dan pengambilan pasokan medis oleh tentara, dan pendudukan bangunan sipil dan penjarahan oleh RSF.
"Kedua belah pihak telah memberi tahu fasilitator bahwa tujuan mereka adalah deeskalasi untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan dan perbaikan penting, namun kedua belah pihak bersiap untuk eskalasi lebih lanjut," katanya.
RSF mengatakan siap untuk membahas kemungkinan pembaruan dan akan terus memantau gencatan senjata "untuk menguji keseriusan dan komitmen pihak lain untuk melanjutkan pembaruan perjanjian atau tidak".
Militer Sudan mengatakan mereka tengah membicarakan kemungkinan perpanjangan.
<!--more-->
Melintasi Perbatasan
Hampir 350.000 orang telah melintasi perbatasan Sudan sejak pertempuran meletus, dengan jumlah terbesar menuju utara ke Mesir dari Khartoum atau barat ke Chad dari Darfur.
Di Khartoum, pabrik, kantor, rumah, dan bank telah dijarah atau dihancurkan. Listrik, air, dan telekomunikasi sering terputus, obat-obatan dan peralatan medis sangat langka, dan persediaan makanan hampir habis.
"Kami pergi karena dampak perang. Saya punya anak dan saya mengkhawatirkan mereka karena kurangnya perawatan medis," kata salah satu penduduk ibu kota, Samia Suleiman, 29 tahun, kepada Reuters dari jalan menuju Mesir.
"Saya juga ingin anak-anak saya memiliki kesempatan untuk bersekolah. Saya rasa hal-hal di Khartoum tidak akan segera pulih."
Kesepakatan gencatan senjata telah membawa jeda dari pertempuran sengit tetapi bentrokan sporadis dan serangan udara terus berlanjut.
PBB dan kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan mengatakan bahwa terlepas dari gencatan senjata, mereka telah berusaha untuk mendapatkan persetujuan birokrasi dan jaminan keamanan untuk mengirim bantuan kemanusiaan dan staf ke Khartoum dan tempat-tempat lain dan membutuhkan. Gudang-gudang telah dijarah.
Ada peningkatan laporan kekerasan berbasis gender, terutama dari orang-orang yang mengungsi di Sudan, kata kantor kemanusiaan PBB dalam sebuah pernyataan.
Kekerasan telah berkobar di beberapa bagian Darfur, yang telah dilanda konflik dan pemindahan, dengan ratusan kematian tercatat di El Geneina dekat perbatasan dengan Chad selama serangan yang dituduhkan penduduk pada milisi "Janjaweed" yang diambil dari suku nomaden Arab yang terkait dengan RSF.
Gubernur Darfur, Minni Minawi, mantan pemberontak yang faksinya berperang melawan milisi dalam konflik Darfur, mengatakan dalam sebuah tweet bahwa warga harus mengangkat senjata untuk mempertahankan harta benda mereka.
Dalam beberapa hari terakhir, juga terjadi pertempuran di El Fashir, ibu kota negara bagian Darfur Utara.
Satu rumah sakit El Fashir mencatat tiga kematian dan 26 cedera pada Sabtu, termasuk anak-anak, menurut Darfur Bar Association, sebuah kelompok aktivis. Lebih banyak orang hilang, katanya.
Di seluruh negeri, kementerian kesehatan mengatakan sedikitnya 730 orang tewas dalam pertempuran itu, meski angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi. Tercatat secara terpisah hingga 510 kematian di El Geneina.
REUTERS
Pilihan Editor: Erdogan Menang Pemilu Turki, Joko Widodo Ucapkan: Selamat Saudaraku