Perebutan Kekuasaan di Sudan Masih Berkecamuk: Pertempuran Sengit Pecah di Khartoum

Reporter

Daniel A. Fajri

Editor

Yudono Yanuar

Kamis, 4 Mei 2023 18:30 WIB

Kepulan asap mengepul di tengah bentrokan antara paramiliter dan tentara, di Bahri, Khartoum Utara (difilmkan dari Omdurman), Sudan 28 April 2023, di layar ini diambil dari video media sosial. Video Diperoleh oleh REUTERS

TEMPO.CO, Jakarta – Pertempuran sengit terdengar di pusat Khartoum, Sudan, pada Kamis, 4 Mei 2023, ketika tentara berusaha memukul mundur kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dari daerah sekitar istana presiden dan markas tentara. Gencatan senjata permanen tampaknya sulit dicapai.

Masing-masing pihak tampaknya berjuang untuk menguasai wilayah di ibu kota Khartoum menjelang kemungkinan negosiasi. Para pemimpin dari kedua faksi tidak menunjukkan keinginan untuk mengadakan pembicaraan setelah lebih dari dua minggu pertempuran.

Pengeboman besar-besaran juga terdengar di kota-kota tetangga Omdurman dan Bahri. Kedua belah pihak telah menyetujui gencatan senjata tujuh hari. Namun janji itu telah dilanggar.

"Sejak kemarin malam, dan pagi ini, ada serangan udara dan suara bentrokan," kata Al-Sadiq Ahmed, seorang insinyur berusia 49 tahun yang berbicara dari Khartoum.

"Kami mengalami teror permanen karena pertempuran terjadi di sekitar pusat lingkungan perumahan. Kami tidak tahu kapan mimpi buruk ini dan ketakutan akan berakhir."

Advertising
Advertising

Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa mendesak faksi-faksi yang bertikai di Sudan pada Rabu, 3 Mei 2023, untuk menjamin pengiriman bantuan kemanusiaan. Sebab, sebelumnya enam truk dijarah dan serangan udara di ibu kota merusak gencatan senjata yang seharusnya.

Kepala bantuan PBB Martin Griffiths mengatakan dia berharap untuk mengadakan pertemuan tatap muka dengan pihak-pihak yang bertikai di Sudan dalam dua hingga tiga hari untuk mendapatkan jaminan dari mereka untuk konvoi bantuan untuk mengirimkan pasokan bantuan.

PBB telah memperingatkan bahwa pertempuran antara tentara dan RSF, yang meletus pada 15 April, berisiko menyebabkan bencana kemanusiaan yang dapat meluas ke negara lain. Sudan mengatakan pada Selasa bahwa 550 orang tewas dan 4.926 orang terluka sejauh ini dalam konflik tersebut.

Sekitar 100.000 orang telah melarikan diri dari Sudan dengan sedikit makanan atau air ke negara tetangga, kata PBB.

Tentara mengatakan telah membunuh pejuang RSF dan menghancurkan sejumlah kendaraan "milik pemberontak", setelah bentrok dengan kelompok itu di wilayah militer Bahri.

Tentara dan RSF sebenarnya bersekutu dalam kudeta dua tahun lalu dan telah berbagi kekuasaan. Kerja sama mereka merupakan bagian dari transisi yang didukung internasional menuju pemilihan bebas dan pemerintahan sipil sebelum berselisih karena transisi.

RSF menuduh tentara melanggar gencatan senjata dan menyerang pasukan sejak fajar. Tentara disebut menyerang lingkungan perumahannya dengan artileri dan pesawat dengan "cara pengecut".

REUTERS

Berita terkait

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

1 hari lalu

OCHA Ingatkan Warga Sudan Terancam Kelaparan dan Wabah Penyakit

Dari total sumbangan dana USD2.7 miliar (Rp43 triliun) yang dibutuhkan, baru 12 persen yang diterima OCHA untuk mengatasi kelaparan di Sudan.

Baca Selengkapnya

Mengenal Joe Alwyn Aktor Inggris yang Menyerukan Gencatan Senjata di Palestina

4 hari lalu

Mengenal Joe Alwyn Aktor Inggris yang Menyerukan Gencatan Senjata di Palestina

Joe Alwyn tergabung dalam Artist4Ceasefire yang menyerukan gencatan senjata di Palestina

Baca Selengkapnya

PM Qatar Sebut Negosiasi Gencatan Senjata Buntu setelah Serangan Israel di Rafah

4 hari lalu

PM Qatar Sebut Negosiasi Gencatan Senjata Buntu setelah Serangan Israel di Rafah

Perdana Menteri Qatar mengatakan negaranya akan terus melakukan mediasi antara Hamas dan Israel.

Baca Selengkapnya

Bertahan selama Perang Gaza, Yahya Sinwar Menjadi Simbol Kegagalan Israel

6 hari lalu

Bertahan selama Perang Gaza, Yahya Sinwar Menjadi Simbol Kegagalan Israel

Menurut lawan dan musuhnya, Yahya Sinwar telah muncul tidak hanya sebagai pemimpin yang berkemauan keras, namun juga sebagai negosiator yang cerdik.

Baca Selengkapnya

Recep Tayyip Erdogan Menilai Amerika Serikat dan Eropa Masih Kurang Tegas terhadap Israel

6 hari lalu

Recep Tayyip Erdogan Menilai Amerika Serikat dan Eropa Masih Kurang Tegas terhadap Israel

Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan mengkritik respons Amerika Serikat dan Eropa masih kurang tegas terhadap Israel.

Baca Selengkapnya

Televisi Belgia Boikot Kontestan Israel di Eurovision

7 hari lalu

Televisi Belgia Boikot Kontestan Israel di Eurovision

Stasiun televisi Belgia VRT menghentikan siaran kontes lagu Eurovision untuk mengutuk pelanggaran hak asasi manusia oleh Israel di Gaza

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia; Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hamas Gagal Lagi

8 hari lalu

Top 3 Dunia; Kesepakatan Gencatan Senjata Israel-Hamas Gagal Lagi

Top 3 dunia pada 10 Mei 2024 didominasi berita soal perang Gaza, di mana kesepakatan gencatan senjata lagi-lagi gagal tercapai.

Baca Selengkapnya

Gedung Putih Yakin Menyerang Rafah Tak Akan Membuat Kemajuan Apapun

9 hari lalu

Gedung Putih Yakin Menyerang Rafah Tak Akan Membuat Kemajuan Apapun

Joe Biden sangat yakin operasi militer di Rafah oleh tentara Israel tidak akan membuat kemajuan apapun dalam memerangi kelompok Hamas

Baca Selengkapnya

Perundingan Gencatan Senjata Gagal, Israel Lancarkan Serangan ke Rafah Timur

9 hari lalu

Perundingan Gencatan Senjata Gagal, Israel Lancarkan Serangan ke Rafah Timur

Israel menyerang Rafah timur ketika perundingan gencatan senjata dengan Hamas tak kunjung mencapai kesepakatan.

Baca Selengkapnya

Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Gagal, Hamas: Kendali Kini di Tangan Israel

9 hari lalu

Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza Gagal, Hamas: Kendali Kini di Tangan Israel

Delegasi Hamas telah meninggalkan Kairo setelah perundingan gencatan senjata dengan Israel gagal

Baca Selengkapnya