Konflik Sudan, Eks PM Abdalla Hamdok Berkali-Kali Ingatkan Pentingnya Transisi Menuju Pemerintahan Sipil saat Menjabat

Reporter

Tempo.co

Selasa, 2 Mei 2023 12:57 WIB

Perdana Menteri baru Sudan dalam pemerintahan transisi Abdalla Hamdok, berbicara selama wawancara Reuters di Khartoum, Sudan 24 Agustus 2019. [REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah/File Photo]

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok pada Sabtu, 29 April 2023, mengutarakan kekhawatirannya kalau konflik Sudan bisa memicu terjadinya sebuah perang sipil, yang disebutnya bisa menjadi mimpi buruk bagi dunia. Sudan adalah sebuah negara yang terletak di timur laut benua Afrika.

“Tuhan melarang Sudan mencapai titik perang sipil,” kata Hamdok dalam sebuah acara di Ibu Kota Nairobi, Kenya, Sabtu, 29 April 2023.

Hamdok sangat yakin perang sipil di Suriah, Yaman dan Libya hanyalah perang kecil jika dibanding ketakutan-ketakutan yang mungkin bakal meletup di Sudan. Jika terjadi perang sipil di Sudan, maka itu akan menjadi sebuah mimpi buruk bagi dunia.

Hamdok menambahkan dia melihat konflik di Sudan saat ini tidak masuk akal. Tidak ada pihak yang bakal keluar sebagai pemenang dalam konflik ini sehingga dia pun berharap konflik segera dihentikan.

Saat menjabat, Hamdok melakukan banyak program kerja mulai menjadikan penyelesaian krisis ekonomi sebagai prioritasnya hingga berkali-kali mendukung transisi Sudan menuju pemerintahan yang dipimpin oleh sipil.<!--more-->

Penyelesaian Krisis Ekonomi Jadi Prioritas Hamdok

Advertising
Advertising

Setelah dilantik, Hamdok menyatakan bahwa prioritasnya termasuk menyelesaikan krisis ekonomi, menangani beban hutang publik, dan mencapai perdamaian di negara yang lama terpecah akibat perang saudara seperti dilansir Al Jazeera.

Ia segera memulai pembicaraan dengan International Monetary Fund alias IMF dan Bank Dunia untuk membahas restrukturisasi hutang Sudan. Ia juga membuka pembicaraan dengan Amerika Serikat untuk mengeluarkan Sudan dari daftar "penyandang sponsor negara teroris", sebuah status yang telah mengisolasi Sudan dari sistem keuangan internasional sejak 1993. Sudan dihapus dari daftar tersebut pada tahun 2020.

Selama masa pemerintahannya, IMF menerima Sudan ke dalam inisiatif Negara-Negara Miskin yang Berutang Berat (HIPC) berdasarkan komitmen Sudan terhadap reformasi makroekonomi, menempatkan Sudan pada jalur pembebasan dari hutang lebih dari 56 miliar dolar dan akses ke dana baru.

Reformasi ekonomi yang ia promosikan meliputi penghapusan subsidi bahan bakar yang menghabiskan beberapa miliar dolar setiap tahun dan devaluasi serta mengambangnya nilai tukar mata uang. Ia juga berusaha untuk mengambil alih kendali perusahaan yang dimiliki oleh keamanan negara.

Beberapa minggu sebelum ia dipecat dari jabatannya pada 25 Oktober, ia mengakui kesulitan yang timbul akibat reformasi tersebut tetapi berharap bahwa dampak positifnya akan segera terasa di lapangan.

"Rakyat Sudan telah menanggung biaya yang sangat tinggi dari reformasi ini dan kami tidak dapat menganggap kesabaran mereka sebagai sesuatu yang pasti," katanya.<!--more-->

Berkali-kali Sebut Transisi Sudan ke Pemerintahan yang Dipimpin Sipil

Hamdok telah berkali-kali menyatakan dukungannya yang kuat untuk transisi Sudan ke pemerintahan yang dipimpin oleh sipil. Ketika ketegangan meningkat antara militer dan sipil dalam pemerintahan berbagi kekuasaan pada bulan September, Hamdok menyajikan peta jalan keluar dari krisis tersebut.

Sikapnya telah memenangkan dukungan di antara penduduk. Selama aksi unjuk rasa menentang kudeta, para demonstran membawa foto Hamdok dan menggantung spanduk yang menampilkan gambar dirinya dari papan reklame.

Setelah kembali sebagai perdana menteri di bawah kesepakatan yang ia tandatangani dengan al-Burhan, sebuah tindakan yang ditentang oleh banyak demonstran dan tokoh politik yang sebelumnya mendukungnya, Hamdok mengatakan bahwa ia melakukannya untuk menghentikan pertumpahan darah setelah beberapa puluh warga sipil tewas selama demonstrasi.

Dalam pernyataannya di televisi, Hamdok sempat mengatakan bahwa Sudan perlu terlibat dalam dialog baru untuk setuju pada "piagam nasional" dan "menggambar peta jalan" untuk menyelesaikan transisi ke pemerintahan yang dipimpin oleh sipil.

Dia juga memperingatkan bahwa kebuntuan politik dapat menjadi krisis eksistensial.

"Negara kita sedang mengalami titik balik yang berbahaya yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya kecuali segera diperbaiki," katanya.

Mantan Perdana Menteri Hamdok didongkel dari kekuasaannya oleh Panglima Militer Abdel Fattah al-Burhan pada Oktober 2021. Sudan sedang berada dalam masa transisi yang rapuh untuk menuju pemerintahan yang demokratis.

SUCI SEKARWATI | NAUFAL RIDHWAN

Pilihan Editor: Profil Abdalla Hamdok, Eks PM yang Ingatkan Potensi Perang Sipil dalam Konflik Sudan

Berita terkait

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

3 hari lalu

Anggota Parlemen Korea Selatan Puji Jokowi: Sosok Revolusioner!

Anggota Majelis Nasional Korea Selatan Kim Gi-Hyeon menilai Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) adalah sosok revolusioner

Baca Selengkapnya

Mengenal Ragam Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan TNI

28 hari lalu

Mengenal Ragam Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan TNI

Gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan TNI memiliki makna yang berbeda. Berikut adalah penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Sederet Kritik Rencana Pemerintah Mengizinkan TNI-Polri Duduki Jabatan ASN

16 Maret 2024

Sederet Kritik Rencana Pemerintah Mengizinkan TNI-Polri Duduki Jabatan ASN

Rencana pemerintah mengizinkan TNI-Polri mengisi jabatan ASN menuai kritik dari pengamat militer dan organisasi masyarakat sipil.

Baca Selengkapnya

Dokter Korea Selatan Mogok Kerja, Menhan Minta Rumah Sakit Militer Layani Pasien Sipil

22 Februari 2024

Dokter Korea Selatan Mogok Kerja, Menhan Minta Rumah Sakit Militer Layani Pasien Sipil

Menteri Pertahanan Korea Selatan meminta rumah sakit militer melayani pasien sipil di tengah mogok massal dokter residen.

Baca Selengkapnya

OPM Klaim Serang TNI Hingga Mayatnya Membusuk di Intan Jaya Papua, Ancam Tembak Pesawat Sipil

27 Januari 2024

OPM Klaim Serang TNI Hingga Mayatnya Membusuk di Intan Jaya Papua, Ancam Tembak Pesawat Sipil

Panglima Undius Kogeya melaporkan anggota TNI yang ditembak mati oleh TPNPB OPM pada 25 Januari 2024 di Titigi, Intan Jaya, Papua, belum dievakuasi.

Baca Selengkapnya

PBB: Hampir 25 Juta Orang di Sudan Butuh Bantuan Kemanusiaan

5 Januari 2024

PBB: Hampir 25 Juta Orang di Sudan Butuh Bantuan Kemanusiaan

Perang saudara yang berlangsung selama hampir sembilan bulan telah membuat Sudan terpuruk dan semakin hancur dari hari ke hari.

Baca Selengkapnya

2024, Lima Krisis Kemanusiaan Teratas yang Tak Boleh Diabaikan Dunia

2 Januari 2024

2024, Lima Krisis Kemanusiaan Teratas yang Tak Boleh Diabaikan Dunia

Dunia telah menyaksikan krisis kemanusiaan terburuk di negara-negara konflik, seperti Sudan dan Palestina pada 2023.

Baca Selengkapnya

Konflik Sudan Makin Parah, Milisi RSF Lancarkan Pembersihan Etnis

8 November 2023

Konflik Sudan Makin Parah, Milisi RSF Lancarkan Pembersihan Etnis

Konflik Sudan memasuki tahapan baru, milisi RSF menguasai pangkalan militer utama di El Geneina dan melakukan pembunuhan berdasarkan etnis.

Baca Selengkapnya

Serangan Terbaru Tentara Sudan Tewaskan Setidaknya 32 Warga Sipil

7 September 2023

Serangan Terbaru Tentara Sudan Tewaskan Setidaknya 32 Warga Sipil

Jumlah ini adalah yang tertinggi dalam satu hari sejak pertempuran Tentara Sudan melawan Milisi RSF pecah pada April.

Baca Selengkapnya

AS Kutuk Kekerasan Seksual atas Kaum Perempuan Terkait Konflik Sudan

26 Agustus 2023

AS Kutuk Kekerasan Seksual atas Kaum Perempuan Terkait Konflik Sudan

AS mengutuk kekerasan seksual terkait konflik Sudan yang menurut sumber yang dapat dipercaya termasuk para korban dilakukan oleh Paramiliter RSF.

Baca Selengkapnya