Inggris Buat UU Represif terhadap Demonstran, PBB: Sangat Meresahkan

Reporter

Daniel A. Fajri

Editor

Yudono Yanuar

Jumat, 28 April 2023 09:00 WIB

Petugas polisi menahan seorang pengunjuk rasa Pemberontakan Punah dalam mengkampanyekan Perubahan Iklim di dekat Gedung Parlemen di London, Inggris, 8 Oktober 2019. REUTERS/Henry Nicholls

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Tinggi HAM PBB, Volker Turk, meminta Pemerintah Inggris membatalkan undang-undang yang disahkan untuk menekan protes. Aturan itu memberi polisi di Inggris dan Wales lebih banyak kekuatan untuk bertindak guna mencegah gangguan serius.

Turk mengatakan undang-undang itu "sangat meresahkan" dan memberlakukan pembatasan kebebasan berekspresi dan berkumpul secara damai yang "tidak perlu atau proporsional".

"Undang-undang ini sama sekali tidak diperlukan karena polisi Inggris sudah memiliki kekuatan untuk bertindak melawan demonstrasi yang keras dan mengganggu," kata Turk dalam sebuah pernyataan, Kamis, 27 April 2023. "Saya meminta pemerintah Inggris untuk membatalkan undang-undang ini secepat mungkin."

Turk lebih lanjut mengatakan undang-undang itu tidak sesuai dengan kewajiban hak asasi manusia internasional Inggris.

Pemerintah Konservatif mengatakan kekuatan baru diperlukan untuk mencegah minoritas kecil - yang telah melakukan protes terutama atas masalah lingkungan - mengganggu kehidupan masyarakat luas.

Advertising
Advertising

RUU Ketertiban Umum, yang disahkan parlemen Inggris pada Rabu, 26 April 2023, menuai kecaman keras dari kelompok-kelompok hak sipil karena dinilai memberi polisi terlalu banyak kekuasaan.

UU tersebut membatasi kebebasan pengunjuk rasa karena polisi berhak menghentikan mereka yang dianggap menyebabkan gangguan serius pada infrastruktur, termasuk bandara dan kereta api. Mereka yang berusaha mengunci diri di objek atau bangunan akan dikenai pasal pidana.

"Saya juga prihatin bahwa undang-undang tersebut tampaknya menargetkan tindakan damai tertentu yang digunakan oleh mereka yang memprotes masalah hak asasi manusia dan lingkungan," kata Turk.

"Ketika dunia menghadapi krisis perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati dan polusi, pemerintah harus melindungi dan memfasilitasi protes damai pada topik eksistensial seperti itu, bukan menghalangi mereka."

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak demonstrasi dilakukan dengan menutup sebagian besar pusat kota London dan memblokir lalu lintas di jalan raya, hingga menyebabkan seruan agar polisi memiliki lebih banyak kekuatan untuk menghentikan gangguan tersebut.

REUTERS

Pilihan Editor Israel Rusak Bab Al-Rahma di Kompleks Al-Aqsa

Berita terkait

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

1 hari lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

Terpopuler: Airlangga dan Menteri Perdagangan Inggris Bahas Produk Susu, Gunung Ruang Erupsi 5 Bandara di Sulawesi Kemarin Masih Ditutup

2 hari lalu

Terpopuler: Airlangga dan Menteri Perdagangan Inggris Bahas Produk Susu, Gunung Ruang Erupsi 5 Bandara di Sulawesi Kemarin Masih Ditutup

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto saat melakukan kunjungan kerja di London, bertemu dengan Menteri Perdagangan Inggris The Rt. Hon. Greg Hands MP

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

2 hari lalu

Menko Airlangga Bahas Produk Susu dengan Menteri Perdagangan Inggris: RI akan Lakukan Deregulasi

Menko Airlangga menegaskan Indonesia tengah melakukan deregulasi yang menekankan mekanisme lebih mudah untuk pendaftaran produk susu dan turunannya.

Baca Selengkapnya

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

2 hari lalu

Untuk Pertama Kali, AstraZeneca Akui Vaksin Covidnya Punya Efek Samping Langka

Perusahaan farmasi AstraZeneca digugat dalam gugatan class action atas klaim bahwa vaksin Covid-19 produksinya menyebabkan kematian dan cedera serius

Baca Selengkapnya

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

3 hari lalu

Indonesia akan Gugat KPK Inggris soal Kasus Suap Pembelian Pesawat Garuda

Lembaga antikorupsi Inggris, Serious Fraud Office (SFO), mendapat kompensasi 992 juta Euro terkait kasus suap pembelian pesawat Garuda pada 2017

Baca Selengkapnya

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

3 hari lalu

Menko Airlangga Bicara Ekonomi RI hingga Hasil Pemilu di Hadapan Pebisnis Inggris

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bicara perkembangan ekonomi terkini, perkembangan politik domestik dan keberlanjutan kebijakan pasca Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

4 hari lalu

Sepak Terjang Band Metal Kontroversial dari Inggris Cradle of Filth

Cradle of Filth tak hanya sebuah band metal, mereka simbol keberanian untuk mengekspresikan ketidaknyamanan, kegelapan, dan imajinasi lintas batas.

Baca Selengkapnya

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

5 hari lalu

Inggris akan Bangun Tugu Peringatan bagi Tentara Muslim Pahlawan Perang Dunia

Inggris membangun tugu peringatan perang untuk jutaan tentara Muslim yang bertugas bersama pasukan Inggris dan Persemakmuran selama dua perang dunia

Baca Selengkapnya

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

5 hari lalu

Irlandia Kewalahan Hadapi Naiknya Jumlah Imigran

Dampak dari diloloskannya RUU Safety of Rwanda telah membuat Irlandia kebanjiran imigran yang ingin meminta suaka.

Baca Selengkapnya

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

6 hari lalu

Eks Diplomat Inggris: AS Panik Drone Rusia Hancurkan Tank Abrams Ukraina

Percepatan bantuan militer senilai US$6 miliar ke Ukraina mencerminkan kepanikan yang dirasakan oleh pemerintahan Joe Biden dan Kongres AS

Baca Selengkapnya