Presiden Argentina Alberto Fernandez Mundur dari Pemilu 2023

Reporter

Daniel A. Fajri

Editor

Ida Rosdalina

Sabtu, 22 April 2023 14:59 WIB

Presiden Argentina, Alberto Fernandez. Euronews

TEMPO.CO, Jakarta – Presiden Argentina Alberto Fernandez tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan umum yang rencananya akan digelar Oktober mendatang. Keputusan yang diambil pemimpin kiri-tengah ini membuka perlombaan untuk memimpin koalisi Peronis di pemungutan suara, di tengah krisis ekonomi di Argentina yang berputar-putar.

Dalam sebuah pesan video pada Jumat, 21 April 2023, Fernandez, mengatakan dia akan "menyerahkan selempang presiden kepada siapa pun yang telah dipilih secara sah di tempat pemungutan suara melalui pemilu" dan tidak mencari masa jabatan kedua. Fernandez mulai menjabat pada akhir 2019.

Partai Peronis, kekuatan politik terkemuka Argentina, terlibat pertikaian antarfaksi soal siapa yang harus menjadi calon presiden utamanya. Partai terguncang oleh tegangan ini, menurut jajak pendapat. Pemerintahan tertekan inflasi yang mencapai lebih dari 100 persen dan cadangan dolar yang berkurang

"Konteks ekonomi memberi terlalu banyak tekanan padanya," kata Mariel Fornoni, direktur Management & Fit. Dia menambahkan "tekanan internal" telah memaksanya, meskipun pada kenyataannya dengan peringkat persetujuannya di bawah 20 persen dia tidak pernah memiliki banyak peluang untuk menang.

"Alberto Fernández mengeluarkan dirinya dari perlombaan yang sebenarnya tidak pernah dia ikuti."

Advertising
Advertising

Keputusan ini muncul setelah desakan yang kuat dari kubu sayap kiri yang dipimpin oleh Wakil Presiden Cristina Fernandez de Kirchner yang kuat. Dia menjabat sebagai presiden dari 2007-2015 dan terkadang berselisih dengan Fernandez.

Langkah tersebut dilakukan di tengah krisis ekonomi yang mendalam dengan melonjaknya harga yang mendorong kemiskinan hingga mendekati 40 persen, memukul pendapatan dan daya beli pemilih. Namun ini dipercaya dapat meningkatkan peluang Peronis untuk memenangkan pemilihan menurut lembaga survei.

"Pada prinsipnya, hal itu bisa dilihat secara positif selama membantu mengurangi ketegangan internal di partai yang berkuasa," kata ekonom Fundcorp Roberto Geretto. "Di sisi negatifnya, dengan dia menjadi presiden keluar begitu cepat, itu bisa membuat sulit untuk mengelola sampai akhir mandat."

Mauricio Macri, pemimpin partai oposisi kanan-tengah utama dan presiden dari 2015 hingga 2019, mengatakan bulan lalu, dia juga tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden. Wakil Presiden Fernandez de Kirchner juga tak mencalonkan diri.

Di jalanan Buenos Aires, hanya sedikit orang yang terkejut dengan pengumuman Fernandez. "Saya pikir itu adalah sesuatu yang diharapkan karena keadaan tidak berubah di Argentina dan malah semakin buruk," kata guru Tamara Rodriguez, mengutip inflasi, gaji yang rendah dan devaluasi peso lokal terhadap dolar.

"Kami berharap sesuatu yang lebih baik akan datang berikutnya,” katanya.

REUTERS

Pilihan Editor: Joe Biden Janjikan Upaya untuk Mencegah Serangan Nuklir dari Korea Utara

Berita terkait

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

1 hari lalu

BI Beberkan Langkah Sinergi Pengendalian Inflasi

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan pihaknya terus memperkuat sinergi dan mendukung upaya pengendalian inflasi daerah.

Baca Selengkapnya

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

2 hari lalu

6 Penyebab Rupiah Melemah, Ini Pemicu dari Faktor Domestik dan Global

Rupiah melemah dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, apa saja?

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

2 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 15.923 per Dolar AS

Kurs rupiah hari ini ditutup menguat 104 poin ke level Rp 15.923 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

3 hari lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya

Pj Bupati Banyuasin Berikan Bibit Cabai dan Jagung Bagi Masyarakat Kabupaten Banyuasin

3 hari lalu

Pj Bupati Banyuasin Berikan Bibit Cabai dan Jagung Bagi Masyarakat Kabupaten Banyuasin

Penjabat (Pj) Bupati Banyuasin, Hani S Rustam, mendukung gerakan menanam untuk pengendalian inflasi di Kabupaten Banyuasin, dengan memberikan bantuan bibit cabai dan jagung.

Baca Selengkapnya

PSBS Biak Siap Dilatih Juan Esnaider Eks Pemain Real Madrid, Berikut Profilnya

3 hari lalu

PSBS Biak Siap Dilatih Juan Esnaider Eks Pemain Real Madrid, Berikut Profilnya

Juan Esnaider bersiap menjadi pelatih PSBS Biak, setelah klub ini musim depan berlaga di Liga 1. Ini profil eks pemain Real Madrid dan Juventus.

Baca Selengkapnya

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

3 hari lalu

IHSG Berpotensi Mendatar, Pasar Wait and See Data Inflasi AS

IHSG pada Rabu berpotensi bergerak mendatar seiring pelaku pasar sedang bersikap wait and see terhadap data inflasi Amerika Serikat (AS)

Baca Selengkapnya

Hari Ini Rupiah Makin Terpuruk ke Rp 16.100 per Dolar AS, Pedagang Tunggu Rilis Data Inflasi Terbaru

4 hari lalu

Hari Ini Rupiah Makin Terpuruk ke Rp 16.100 per Dolar AS, Pedagang Tunggu Rilis Data Inflasi Terbaru

Kurs rupiah ditutup melemah 20 poin ke level Rp 16.100 per dolar AS. Pada perdagangan kemarin, kurs rupiah per dolar AS ditutup pada level Rp 16.080

Baca Selengkapnya

Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan

4 hari lalu

Wamenkeu Suahasil Nazara Memperkirakan Suku Bunga the Fed Belum akan Turun Dalam Waktu Dekat, Rupiah Tertekan

Wamenkeu Suahasil Nazara memperkirakan suku bunga The Fed belum akan turun dalam waktu dekat, sehingga indeks dolar meningkat dan menekan nilai tukar rupiah.

Baca Selengkapnya

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

4 hari lalu

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

Sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB, 9 negara menolak dan 25 negara lain abstain. Apa alasan mereka menolak?

Baca Selengkapnya