Profil Dominic Raab, Wakil PM Inggris yang Mengundurkan Diri atas Tuduhan Bullying
Reporter
Tempo.co
Editor
Naufal Ridhwan
Sabtu, 22 April 2023 11:50 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Perdana Menteri Inggris sekaligus Menteri Kehakiman Dominic Raab mengundurkan diri pada Jumat, 21 April 2023, menyusul penyelidikan independen atas pengaduan formal tentang bullying atau intimidasi terhadap stafnya.
Dalam sepucuk surat kepada Perdana Menteri Rishi Sunak yang dipublikasikan di Twitter, Raab mengatakan penyelidikan tersebut telah menjadi preseden yang berbahaya. Kendati demikian, dia menyatakan akan tetap mendukung pemerintahan Sunak.
"Saya menyerukan penyelidikan dan berjanji untuk mengundurkan diri, jika ada temuan intimidasi apapun. Saya yakin penting untuk menepati janji," kata Raab.
Namun, dia menambahkan: "Dengan menetapkan ambang batas intimidasi yang sangat rendah, penyelidikan ini telah menjadi preseden yang berbahaya. Ini akan mendorong pengaduan palsu terhadap Menteri, dan berdampak buruk pada mereka yang mendorong perubahan atas nama pemerintah Anda, dan pada akhirnya Inggris rakyat."
Raab dituduh menyebabkan staf menangis atau muntah sebelum rapat. Menteri itu juga dituduh melempar tomat Pret-A-Manger ke seberang ruangan karena "marah", klaim yang dia bantah.
Pemimpin pegawai sipil FDA, Dave Penman, mengatakan beberapa staf yang bekerja dengan menteri senior Tory itu telah menderita "krisis kesehatan mental" dan terpaksa berhenti dan menurunkan pekerjaan karena bekerja dengannya terlalu sulit.
Lalu, bagaimana profil Dominic Raab?<!--more-->
Profil Dominic Raab, awali karir sebagai pengacara
Sebelum menjadi politisi, Raab adalah seorang pengacara. Pria kelahiran tahun 1974 tersebut bermodal pendidikan hukum yang didapatkan di Oxford University dan Cambridge, dua universitas prestisius di Inggris. Adapun spesialisasinya adalah sektor komersil.
Selama bekerja sebagai pengacara, Raab tertarik untuk masuk ke politik. Ia mengawalinya dengan bekerja untuk Departemen Luar Negeri. Kemudian, pada 2006, ia masuk lebih dalam dengan menjadi staf ahli anggota parlemen David Davis, salah satu pendukung keras Brexit di kemudian hari.
"Ia kemudian menjadi anggota parlemen di tahun 2010...Ia mengisi posisi 'back bencher' selama lima tahun," sebagaimana dikutip dari BBC. Sebagai back bencher, Raab belum memiliki kesempatan untuk maju ke depan dan menyuarakan pendapatnya di gedung parlemen Inggris.
Pada 2015, ia menjadi Menteri Hukum Muda untuk perdana menteri David Cameron. Ia berperan besar dalam kampanye Brexit di tahun 2016. Namun, kemudian, ia dipecat oleh Theresa May ketika dirinya menggantikan David Cameron.
Ditunjuk jadi sekretaris Brexit
Tahun 2017, Raab kembali ke pemerintahan, masih sebagai Menteri Hukum. Ia hanya setahun di posisi tersebut karena setahun kemudian di-reshuffle ke posisi Menteri Perumahan. Di posisi itu lah Raab kemudian ditunjuk oleh May sebagai sekretaris Brexit.
Seperti yang sudah disebutkan, Raab mundur dari jabatannya 4 bulan setelah ditunjuk sebagai sekretaris Brexit. Raab tidak setuju dengan kesepakatan-kesepakatan yang dibuat May. Salah satunya soal kesepakatan "Backstop" yang mengatur peran Irlandia dan Irlandia Utara terkait akses ke pasar Eropa.
"Sebagai figur berpengaruh dalam kampanye Brexit, kritik Raab dianggap memperbesar pengaruh oposisi dalam penyusunan kesepakatan Brexit,".
Ketika May mundur, Raab mengajukan diri sebagai ketua Partai Konservatif. Ia gagal mendapat suara cukup, hanya berhasil mengumpulkan 33 suara. Boris Johnson mengalahkannya. Namun, anggota Partai Konservatif merasa Raab berhak mendapatkan posisi di pemerintahan karena ia berperan banyak di Brexit.
Johnson ternyata juga memandang Raab pantas dipertahankan di pemerintahan. Raab sendiri memutuskan untuk mendukung Johnson sebagai Perdana Menteri Inggris yang baru.
Sempat gantikan Boris Johnson saat terkena Covid-19
Sebelumnya, masuknya Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ke ruang ICU akibat Covid-19 menjadikan Dominic Raab sebagai penggantinya. Penunjukkan ini tidak dadakan karena Raab sendiri sudah ditunjuk oleh Johnson sebagai pengganti jika kondisi kesehatannya memburuk.
Johnson tertarik dengan Raab karena perannya dalam negosiasi Brexit. Ia memandang Raab sebagai figur yang sejalan dengannya. Sebab, ketika negosiasi Brexit masih berlangsung, Raab kerap berbeda pendapat dengan Perdana Menteri Inggris sebelumnya, Theresa May. Padahal, saat itu, posisi Raab adalah Sekretaris Brexit.
SITA PLANASARI | ISTMAN MUSAHARUN
Pilihan Editor: Dokumen AS Bocor: China Siapkan Unit Drone Mata-mata Supersonik dan Abaikan Permintaan Senjata Wagner