Saingi Dolar AS Mata Uang BRICS Segera Diluncurkan, Apa Itu BRICS?

Editor

Dwi Arjanto

Sabtu, 8 April 2023 05:58 WIB

Ilustrasi mata uang dollar. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Dolar AS atau US Dollar (USD) adalah mata uang yang paling kuat dan paling banyak digunakan di dunia. USD digunakan sebagai alat pembayaran internasional dan menjadi mata uang cadangan utama bagi bank sentral di seluruh dunia.

Penggunaan USD sebagai mata uang internasional memberikan dampak besar pada perekonomian dunia. USD menjadi alat pembayaran utama dalam perdagangan internasional dan merupakan basis untuk harga barang dan jasa. Selain itu, USD juga menjadi instrumen dalam perdagangan komoditas seperti minyak dan emas.

USD yang stabil dan kuat dapat mengakibatkan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang menjadi lemah, sehingga harga barang dan jasa dari negara-negara tersebut menjadi lebih mahal. Hal ini mempengaruhi daya saing negara tersebut di pasar internasional dan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, penggunaan USD juga memberikan keuntungan bagi Amerika Serikat, terutama dalam hal kebijakan moneter dan keuangan. USD memungkinkan Amerika Serikat untuk mencetak uang dan membiayai defisit anggaran dengan mudah, sementara negara-negara lain harus mempertahankan stabilitas mata uang mereka untuk meminimalkan risiko inflasi.

Dedolarisasi

Penggunaan USD mulanya digunakan berbagai negara karena nilai mata uang yang dinilai stabil, penggunaannya pun tidak terbatas oleh negara yang memiliki hubungan dagang dengan Amerika Serikat, bahkan negara yang tidak memiliki hubungan dagang dengan Amerika Serikat pun menggunakannya juga. Namun demikian, kebiasaan tersebut membuat negara-negara yang bergantung pada USD harus tunduk pada yurisdiksi Amerika Serikat untuk menghindari sanksi ekonomi yang dibuat oleh Amerika Serikat.

Advertising
Advertising

Seperti dilansir dari jurnal ilmiah yang ditulis oleh Aprilia Dwi Rasdiyanti dan Suyeno dengan judul “Analisis SWOT Kebijakan Local Currency Settlement Indonesia-China.”

Dalam jurnal ilmiah tersebut, pemerintahan Amerika Serikat pernah dengan kesewenangannya memutus sepihak perjanjian nuklir Iran pada 2015 dan 2018 serta mengancam perusahaan asing yang melakukan hubungan bisnis dengan Iran. Setelah penerapan kebijakan tersebut, perusahaan energi asal Prancis, Total akhirnya harus meninggalkan proyek ladang gas alamnya yang telah diatur dari pasca perjanjian nuklir dengan Iran pada tahun 2015.

Pada saat ini, beberapa negara di Eropa, China, dan Korea Selatan sudah mulai mengurangi ketergantungannya terhadap USD. Hal tersebut dapat dilihat sebagai suatu upaya dedolarisasi atau pengurangan penggunaan USD untuk menghindari efek ketergantungan.

Selain ketiga negara yang telah disebutkan sebelumnya, Indonesia dan China telah menerapkan kebijakan Local Currency Settlement atau transaksi dengan menggunakan uang lokal. Hal tersebut didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia No. 22/12/PBI/2020 tentang Penyelesaian Transaksi Bilateral menggunakan Mata Uang Lokal yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia No. 23/16/PADG/2021 dan untuk mendukung kebijakan tersebut, kedua negara telah menunjuk bank di kedua negara yang bertindak sebagai fasilitator.

BRICS

Selain upaya yang dilakukan oleh Indonesia dan China dengan LCS-nya, upaya lainnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap USD dapat dilihat melalui munculnya mata uang BRICS. Dilansir dari laman themoneycloud.com, BRICS merupakan singkatan dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, kelima negara tersebut mengupayakan sebuah agenda reformasi perekonomian global dengan berupaya menciptakan diversifikasi mata uang internasional sehingga tidak hanya bergantung pada USD.

Namun demikian, hingga saat ini mata uang BRICS masih terbatas pada sebuah ide yang kemungkinan besar akan terwujud pada bulan Agustus mendatang setelah konferensi BRICS di Afrika Selatan. Selama ini, kelima negara tersebut menggunakan mata uangnya masing-masing dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara.

Menurut Alexander Babakov, seorang politisi Rusia seperti dilansir dari laman firstpost.com, nantinya Rusia dan India akan mengambil inisiatif untuk membentuk lembaga yang mengatur regulasi tersebut seperti IMF atau World Bank, nantinya bentuk mata uang bersama tersebut dapat berupa ruble atau rupee dalam bentuk digital. Selamat tinggal dolar AS.

FIRSTPOST | THE MONEY CLOUD

Pilihan editor : Sudah Saling Mendukung, Rusia dan India Tak Butuh Dolar AS




Berita terkait

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

6 jam lalu

Rupiah Menguat Setelah Rilis Indeks Harga Produsen Amerika Serikat Membaik

Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Rabu ditutup menguat setelah rilis data inflasi Indeks Harga Produsen (PPI) Amerika Serikat menguat.

Baca Selengkapnya

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

9 jam lalu

Vladimir Putin Akui Dapat Dukungan Beijing untuk Akhiri Perang Ukraina dengan Damai

Vladimir Putin mendapat dukungan dari Beijing agar bisa menyelesaikan krisis Ukraina dengan damai.

Baca Selengkapnya

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

9 jam lalu

Belum Terbitkan Surat Penangkapan untuk Netanyahu, Jaksa ICC Dikecam Tiga Negara Ini

Jaksa ICC disebut takut terhadap ancaman dari Kongres AS dan dipertanyakan independensinya.

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

11 jam lalu

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Minta Kongres Evaluasi Bantuan Senjata Rp16 T ke Israel

Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyerahkan paket bantuan senjata untuk Israel senilai USD1 miliar (Rp16 triliun)

Baca Selengkapnya

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

13 jam lalu

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL Latihan Militer Bersama CARAT

Marinir Amerika Serikat dan TNI AL memulai latihan militer bersama bernama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2024

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Fluktuatif, Citroen Terapkan Strategi Khusus Jual Produk Anyar

18 jam lalu

Nilai Tukar Rupiah Fluktuatif, Citroen Terapkan Strategi Khusus Jual Produk Anyar

Masih sangat berfluktuasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat sejumlah produsen mobil menerapkan strategi khusus dalam menjual produknya.

Baca Selengkapnya

Hari Ini Rupiah Makin Terpuruk ke Rp 16.100 per Dolar AS, Pedagang Tunggu Rilis Data Inflasi Terbaru

1 hari lalu

Hari Ini Rupiah Makin Terpuruk ke Rp 16.100 per Dolar AS, Pedagang Tunggu Rilis Data Inflasi Terbaru

Kurs rupiah ditutup melemah 20 poin ke level Rp 16.100 per dolar AS. Pada perdagangan kemarin, kurs rupiah per dolar AS ditutup pada level Rp 16.080

Baca Selengkapnya

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

1 hari lalu

Perwira Angkatan Darat AS Mundur, Protes Dukungan terhadap Israel untuk Serang Gaza

Harrison Mann, perwira Angkatan Darat Amerika Serikat mengumumkan mundur sebagai protes atas dukungan Washington terhadap perang Israel di Gaza.

Baca Selengkapnya

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

1 hari lalu

Alasan 9 Negara Ini Menolak Palestina Jadi Anggota Penuh PBB, Termasuk Argentina dan Papua Nugini

Sebanyak 143 negara mendukung Palestina menjadi anggota penuh PBB, 9 negara menolak dan 25 negara lain abstain. Apa alasan mereka menolak?

Baca Selengkapnya

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

1 hari lalu

Korban Tewas Lebih 35.000 Orang, AS Bantah Israel Lakukan Genosida di Gaza

Gedung Putih membantah bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Warga Palestina yang tewas di Gaza sudah lebih dari 35.000 orang.

Baca Selengkapnya